Abstract:
Istilah Pedagogi nampaknya tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu
dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Hal ini memunculkan suatu masalah
yang tidak disadari bahwa dalam istilah pedagogi terdapat kata “Paid” yang
berarti anak. Demikian juga dalam istilah pedagogi tentang konsep tujuan
pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itulah
sehingga pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan.
Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai
dengan perkembangan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu dewasa ini telah
muncul suatu teori baru cara membelajarkan orang dewasa yang dikenal dengan
istilah Andragogi, yaitu suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa
belajar, yang secara prinsip asumsi yang digunakan berbeda dengan Pedagogi,
terutama mengenai konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi
terhadap belajar.
Kata kunci: Andragogi, orientasi baru,
Pembelajaran
Pengetahuan tentang belajar kebanyakan diperoleh dari pengalaman atau
penelitian tentang belajar pada anak-anak ataupun binatang. Demikian pula
halnya dengan pengetahuan tentang pengajaran, kebanyakan diperoleh dari
pengalaman pengajaran anak-anak dalam situasi di mana anak-anak tersebut
diwajibkan untuk mengikuti suatu proses belajar-mengajar yang berlangsung di
lembaga-lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan proses belajar-mengajar tersebut
didasarkan pada definisi pendidikan sebagai suatu proses penyampaian
kebudayaan.
Definisi pendidikan tersebut pada dasarnya bersumber dari suatu istilah
pendidikan yaitu Pedagogi. Istilah
pedagogi ini berasal dari bahasa Yunani “paid” artinya anak dan “agogos”
artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai
“ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
Dalam perkembangan penggunaan istilah tersebut, muncul suatu masalah yaitu kata
“anak” sebagai bagian integral dari pengertian istilah pedagogi telah hilang,
sehingga dalam pemikiran manusia yang juga telah ditulis dalam buku-buku
pendidikan dan kamus, di mana istilah pedagogi diartikan sebagai seni dan ilmu
mengajar. Bahkan dalam buku-buku tentang pendidikan orang dewasa ditemukan
istilah “Pedagogy of Adult Education” . Orang rupanya tidak menyadari bahwa
dalam istilah pedagogi terdapat kata “paid” yang berarti anak, sehingga istilah
pedagogi sangat tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni
dalam membantu orang dewasa belajar. Masalah lain yang muncul sehubungan dengan
pengertian yang ditarik dari istilah pedagogi ialah tentang konsep tujuan
pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itu
pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan.
Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai
dengan perkembangan dan kehidupan manusia.
Selain itu masalah yang timbul dalam pengertian pedagogi adalah adanya
pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat
mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi
seperti inovasi dalam teknologi, mobilitas penduduk, perubahan sistem ekonomi,
politik dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini
pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 20 tahun akan menjadi
usang ketika ia berumur 40 tahun. Jika demikian halnya, maka pendidikan sebagai
suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern.
Oleh karena itu pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan sebagai upaya untuk
mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses penemuan
sepanjang hayat terhadap apa yang dibutuhkan untuk diketahui.
Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang baik
di Eropa maupun di Amerika, suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa.
Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori baru tersebut di kenal dengan nama
Andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “andr” yang berarti orang
dewasa dan “agogos” yang berarti memimpin atau membimbing. Dengan demikian
andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa
belajar.
ASUMSI ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI
Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan
Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan
orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
•
Konsep
Diri.
Menurut Knowles, dalam pendekatan pedagogi peranan peserta didik bergantung
pada guru. Dalam hal ini guru diharapkan oleh masyarakat memegang tanggungjawab
penuh untuk menentukan apa yang akan dipelajari oleh pada peserta didik, kapan
waktunya belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan apakah suatu bahan telah
selesai dipelajari atau belum. Sedangakan dalam pendekatan andragogi, proses
pematangan manusia merupakan kewajaran bagi seorang individu untuk bergerak
dari ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap dan
dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan dimensi
kehidupannya. Para guru orang dewasa bertanggungjawab untuk menggalakkan dan
memelihara gerakan ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam
untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu bergantung pada pihak
lain.
•
Pengalaman.
Peranan pengalamn yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang bernilai.
Hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi sumber
belajar yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis
buku, pencipta Audio-Visual Aids dan ahli-ahli lainnya. Karena itu teknik utama
yang digunakan adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan
sebagainya). Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan berkembang mereka
menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak
habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka secara pribadi maupun bagi orang
lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu
teknik utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium,
diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya).
•
Kesiapan
Belajar.
Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama sekolah
untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka. Sebagian
orang yang sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu pelajaran
hendaknya diatur ke dalam suatu kurikulum yang benar-benar baku, dengan suatu
penjenjangan yang seragam bagi semua peserta didik. Dalam andragogi, orang
menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk
mempelajari hal itu. dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau
persoalan hidup mereka dengan yang lebih memuaskan. Pendidik memegang
tanggungjawab menciptakan kondisi dan menyediakan alat-alat serta prosedur
untuk membantu para peserta didik menemukan kebutuhan atau keingintahuan
mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusun menurut kategori
penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik.
•
Orientasi
Terhadap Belajar.
Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk memperoleh
bahan pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap hanya akan berguna di
kemudian hari. Karena itu kurikulum seharusnya diatur menjadi satuan-satuan
pelajaran yang mengikuti urutan logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi
orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran. Sebaliknya dalam andragogi, para
peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan kemampuan
untuk mencapai potensi kehidupan yang paripurna. Mereka ingin dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan apapun yang mereka peroleh saat ini untuk
kehidupan esok yang lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar seharusnya
disusun menurut kategori-kategori pengembangan kemampuan. Jadi orientasi mereka
terhadap belajar berpusat pada karya atau prestasi. Dari asumsi dasar tersebut
di atas dapat dikemukakan bahwa: 1) orang dewasa mempunyai konsep diri, yaitu
suatu pribadi yang tidak tergantung kepada orang lain yang mempunyai kemampuan
mengarahkan dirinya sendiri dan kemampuan mengambil keputusan, 2) orang dewasa
mempunyai kekayaan pengalaman yang merupakan sumber yang penting dalam belajar,
3) Kesiapan belajar orang dewasa berorientasi kepada tugas-tugas
perkembangannya sesuai dengan peranan sosialnya
4) orang dewasa mempunyai perspektif waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya
mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.
FUNGSI PENDIDIK ORANG DEWASA.
Pendidik orang dewasa mempunyai fungsi antara lain:
1.
Menilai kebutuhan belajar
individu, lembaga dan masyarakat untuk pendidikan orang dewasa yang sesuai
dengan lingkungan organisasinya (fungsi diagnostik).
2.
Menetapkan dan mengelola
struktur organisasi untuk pengembangan dan pelaksanaan yang efektif dari suatu
program pendidikan orang dewasa (fungsi organisasi).
3.
Merumuskan tujuan yang sesuai
dengan kebutuhan belajar yang telah ditetapkan, dan merencanakan suatu program
kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (fungsi perencanaan).
4.
Menciptakan dan mengawasi
prosedur yang diperuntukan bagi pelaksanaan suatu program secara efektif,
termasuk memilih dan melatih ketua-ketua kelompok belajar, tutor, mengatur
fasilitas dan proses administrasi, seleksi dan penerimaan pebelajar, dan
pembiayaan (fungsi administrasi).
5.
Menilai efektivitas program
pendidikan yang dilaksanakan (fungsi evaluasi).
MISI PENDIDIK ORANG DEWASA
isi pendidik orang dewasa dapat digambarkan dengan mengaitkan antara kebutuhan
dan tujuan individu.
Misi setiap pendidik orang dewasa adalah membantu individu untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, membantu individu untuk mengembangkan sikap
bahwa belajar itu adalah kegiatan yang berlangsung sepanjang hayat, dan dengan
pendidikan itu
dapat diperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat digunakan untuk
bekerja secara mandiri serta dapat mengembangkan potensi-potensi yang kita
miliki. Dalam proses belajar ini dapat dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk
mengembangkan dirinya, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan orang
dewasa lainnya.
Pendidik orang dewasa dalam merencanakan program pembelajarannya hendaknya
didasarkan pada kebutuhan belajar yang diinginkan oleh orang dewasa, tanpa
demikian pendidikan orang dewasa akan mengalami kegagalan.
TEKNIK DAN METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan kegiatan belajar memerlukan adanya
pengambilan keputusan mengenai teknik dan bahan belajar apa yang paling
bermanfaat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajarn. Dan selanjutnya
menentukan strategi pembelajaran dengan mengikutsertakan peserta. Posisi
pelatih dalam proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan sebagai narasumber.
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk membantu orang
dewasa belajar, antara lain:
1.
Presentasi. Teknik ini
meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi,
film, slide, pameran, darmawisata, dan membaca.
2.
Teknik Partisipasi peserta.
Teknik ini meliputi antara lain: tanyajawab, permainan peran, kelompok
pendengar panel reaksi, dn panel yang diperluas.
3.
Teknik Diskusi. Teknik ini
terdidi atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari buku, diskusi
pemecahan masalah, dan diskusi kasus.
4.
Teknik Simulasi. Teknik ini
terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis, metode kasus, dan
permainan.
IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Dari asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa
ketiga pendapat tersebut di atas memiliki kesamaan di dalam memandang
pebelajar, baik dalam pembelajaran pedagogi maupun andragogi terutama dalam
konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Oleh
karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam pembelajaran orang dewasa perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Iklim
belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Baik ruangan yang
digunakan maupun peralatan (kursi, meja, dan sebagainya) diatur sesuai dengan
selera orang dewasa agar dapat memberi kenyamanan bagi mereka. Selain itu,
dalam iklim belajar tersebut, perlu diciptakan kerjasama yang saling menghargai
antara para peserta dengan peserta lain maupun dengan para pelatih/fasilitator.
Ini berarti bahwa setiap peserta diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut dihukum maupun dipermalukan.
Iklim belajar seperti ini akan sangat tergantung kepada pelatih/fasilitator.
2. Peserta
diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya. Mereka akan merasa
terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila apa yang akan dipelajarinya itu
sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipelajari.
3. Peserta
dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya. Dalam perencanaan ini
fasilitator lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing dan manusia sumber.
4. Dalam
proses belajar-mengajar merupakan tanggungjawab bersama antara
pelatih/failitator dan peserta. Kedudukan pelatih/fasilitator lebih banyak
berperan sebagai manusia sumber, pembimbing, dan katalist dari pada sebagai
guru.
5. Evaluasi
belajar lebih menekankan pada cara evaluasi diri sendiri dalam mengetahui
kemajuan belajar peserta.
6. Karena
orang dewasa merupakan sumber belajar yang lebih kaya dibandingkan anak-anak,
maka proses belajarnya lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap
pengalaman mereka seperti: kelompok diskusi, metode kasus, simulasi, permainan
peran, latihan praktek, demonstrasi, bimbingan konsultasi, seminar, dan
sebagainya.
7. Penekanan
dalam proses belajar bagi orang dewasa adalah pada aplikasi praktis dan atas
dasar pengalaman mereka.
8. Urutan
kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas
perkembangannya dan bukan atas dasar urutan logik mata pelajaran atau kebutuhan
kelembagaan. Misalnya suatu program latihan orientasi untuk para pekerja baru,
bukan dimulai dengan sejarah atau filsafat perusahaan, tetapi dimulai dengan
kehidupan nyata yang menjadi perhatian para pekerja baru, seperti: di mana saya
harus bekerja, dengan siapa saya bekerja, apa yang diharapkan dari saya, dan
sebagainya.
9. Adanya
konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberi
petunjuk dalam belajar secara kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan, maka
belajar secara kelompok yang anggota kelompoknya bersifat homogen akan lebih
efektif.
10.
Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan
sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi ia
berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
11.
Kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa
tidak berorientasi kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada
masalah. Hal ini karena orang dewasa cenderung berorientasikan kepada masalah
dalam orientasi belajarnya.
12.
Oleh karena orang dewasa dalam belajar
berorientasi kepada masalah, maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan
pula pada masalah atau perhatian yang ada dalam benak mereka.
DAFTAR RUJUKAN
Amalius Sahide. 1990. Pendidikan Orang Dewasa. Ujungpandang: FIP IKIP
Knowles, Malcolm. 1977. The Modern Practice of Adult Education, Andragogy
Versus Pedagogy. New York: Assosiation Press.
Zainuddin Arif. 1984. Andragogi. Bandung: Angkasa.
Istilah Pedagogi nampaknya tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu
dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Hal ini memunculkan suatu masalah
yang tidak disadari bahwa dalam istilah pedagogi terdapat kata “Paid” yang
berarti anak. Demikian juga dalam istilah pedagogi tentang konsep tujuan
pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itulah
sehingga pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan.
Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai
dengan perkembangan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu dewasa ini telah
muncul suatu teori baru cara membelajarkan orang dewasa yang dikenal dengan
istilah Andragogi, yaitu suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa
belajar, yang secara prinsip asumsi yang digunakan berbeda dengan Pedagogi,
terutama mengenai konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi
terhadap belajar.
Kata kunci: Andragogi, orientasi baru,
Pembelajaran
Pengetahuan tentang belajar kebanyakan diperoleh dari pengalaman atau
penelitian tentang belajar pada anak-anak ataupun binatang. Demikian pula
halnya dengan pengetahuan tentang pengajaran, kebanyakan diperoleh dari
pengalaman pengajaran anak-anak dalam situasi di mana anak-anak tersebut
diwajibkan untuk mengikuti suatu proses belajar-mengajar yang berlangsung di
lembaga-lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan proses belajar-mengajar tersebut
didasarkan pada definisi pendidikan sebagai suatu proses penyampaian
kebudayaan.
Definisi pendidikan tersebut pada dasarnya bersumber dari suatu istilah
pendidikan yaitu Pedagogi. Istilah
pedagogi ini berasal dari bahasa Yunani “paid” artinya anak dan “agogos”
artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai
“ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
Dalam perkembangan penggunaan istilah tersebut, muncul suatu masalah yaitu kata
“anak” sebagai bagian integral dari pengertian istilah pedagogi telah hilang,
sehingga dalam pemikiran manusia yang juga telah ditulis dalam buku-buku
pendidikan dan kamus, di mana istilah pedagogi diartikan sebagai seni dan ilmu
mengajar. Bahkan dalam buku-buku tentang pendidikan orang dewasa ditemukan
istilah “Pedagogy of Adult Education” . Orang rupanya tidak menyadari bahwa
dalam istilah pedagogi terdapat kata “paid” yang berarti anak, sehingga istilah
pedagogi sangat tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni
dalam membantu orang dewasa belajar. Masalah lain yang muncul sehubungan dengan
pengertian yang ditarik dari istilah pedagogi ialah tentang konsep tujuan
pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itu
pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan.
Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai
dengan perkembangan dan kehidupan manusia.
Selain itu masalah yang timbul dalam pengertian pedagogi adalah adanya
pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat
mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi
seperti inovasi dalam teknologi, mobilitas penduduk, perubahan sistem ekonomi,
politik dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini
pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 20 tahun akan menjadi
usang ketika ia berumur 40 tahun. Jika demikian halnya, maka pendidikan sebagai
suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern.
Oleh karena itu pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan sebagai upaya untuk
mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses penemuan
sepanjang hayat terhadap apa yang dibutuhkan untuk diketahui.
Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang baik
di Eropa maupun di Amerika, suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa.
Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori baru tersebut di kenal dengan nama
Andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “andr” yang berarti orang
dewasa dan “agogos” yang berarti memimpin atau membimbing. Dengan demikian
andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa
belajar.
ASUMSI ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI
Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan
Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan
orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
•
Konsep
Diri.
Menurut Knowles, dalam pendekatan pedagogi peranan peserta didik bergantung
pada guru. Dalam hal ini guru diharapkan oleh masyarakat memegang tanggungjawab
penuh untuk menentukan apa yang akan dipelajari oleh pada peserta didik, kapan
waktunya belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan apakah suatu bahan telah
selesai dipelajari atau belum. Sedangakan dalam pendekatan andragogi, proses
pematangan manusia merupakan kewajaran bagi seorang individu untuk bergerak
dari ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap dan
dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan dimensi
kehidupannya. Para guru orang dewasa bertanggungjawab untuk menggalakkan dan
memelihara gerakan ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam
untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu bergantung pada pihak
lain.
•
Pengalaman.
Peranan pengalamn yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang bernilai.
Hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi sumber
belajar yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis
buku, pencipta Audio-Visual Aids dan ahli-ahli lainnya. Karena itu teknik utama
yang digunakan adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan
sebagainya). Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan berkembang mereka
menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak
habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka secara pribadi maupun bagi orang
lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu
teknik utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium,
diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya).
•
Kesiapan
Belajar.
Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama sekolah
untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka. Sebagian
orang yang sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu pelajaran
hendaknya diatur ke dalam suatu kurikulum yang benar-benar baku, dengan suatu
penjenjangan yang seragam bagi semua peserta didik. Dalam andragogi, orang
menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk
mempelajari hal itu. dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau
persoalan hidup mereka dengan yang lebih memuaskan. Pendidik memegang
tanggungjawab menciptakan kondisi dan menyediakan alat-alat serta prosedur
untuk membantu para peserta didik menemukan kebutuhan atau keingintahuan
mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusun menurut kategori
penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik.
•
Orientasi
Terhadap Belajar.
Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk memperoleh
bahan pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap hanya akan berguna di
kemudian hari. Karena itu kurikulum seharusnya diatur menjadi satuan-satuan
pelajaran yang mengikuti urutan logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi
orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran. Sebaliknya dalam andragogi, para
peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan kemampuan
untuk mencapai potensi kehidupan yang paripurna. Mereka ingin dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan apapun yang mereka peroleh saat ini untuk
kehidupan esok yang lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar seharusnya
disusun menurut kategori-kategori pengembangan kemampuan. Jadi orientasi mereka
terhadap belajar berpusat pada karya atau prestasi. Dari asumsi dasar tersebut
di atas dapat dikemukakan bahwa: 1) orang dewasa mempunyai konsep diri, yaitu
suatu pribadi yang tidak tergantung kepada orang lain yang mempunyai kemampuan
mengarahkan dirinya sendiri dan kemampuan mengambil keputusan, 2) orang dewasa
mempunyai kekayaan pengalaman yang merupakan sumber yang penting dalam belajar,
3) Kesiapan belajar orang dewasa berorientasi kepada tugas-tugas
perkembangannya sesuai dengan peranan sosialnya
4) orang dewasa mempunyai perspektif waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya
mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.
FUNGSI PENDIDIK ORANG DEWASA.
Pendidik orang dewasa mempunyai fungsi antara lain:
1.
Menilai kebutuhan belajar
individu, lembaga dan masyarakat untuk pendidikan orang dewasa yang sesuai
dengan lingkungan organisasinya (fungsi diagnostik).
2.
Menetapkan dan mengelola
struktur organisasi untuk pengembangan dan pelaksanaan yang efektif dari suatu
program pendidikan orang dewasa (fungsi organisasi).
3.
Merumuskan tujuan yang sesuai
dengan kebutuhan belajar yang telah ditetapkan, dan merencanakan suatu program
kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (fungsi perencanaan).
4.
Menciptakan dan mengawasi
prosedur yang diperuntukan bagi pelaksanaan suatu program secara efektif,
termasuk memilih dan melatih ketua-ketua kelompok belajar, tutor, mengatur
fasilitas dan proses administrasi, seleksi dan penerimaan pebelajar, dan
pembiayaan (fungsi administrasi).
5.
Menilai efektivitas program
pendidikan yang dilaksanakan (fungsi evaluasi).
MISI PENDIDIK ORANG DEWASA
isi pendidik orang dewasa dapat digambarkan dengan mengaitkan antara kebutuhan
dan tujuan individu.
Misi setiap pendidik orang dewasa adalah membantu individu untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, membantu individu untuk mengembangkan sikap
bahwa belajar itu adalah kegiatan yang berlangsung sepanjang hayat, dan dengan
pendidikan itu
dapat diperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat digunakan untuk
bekerja secara mandiri serta dapat mengembangkan potensi-potensi yang kita
miliki. Dalam proses belajar ini dapat dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk
mengembangkan dirinya, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan orang
dewasa lainnya.
Pendidik orang dewasa dalam merencanakan program pembelajarannya hendaknya
didasarkan pada kebutuhan belajar yang diinginkan oleh orang dewasa, tanpa
demikian pendidikan orang dewasa akan mengalami kegagalan.
TEKNIK DAN METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan kegiatan belajar memerlukan adanya
pengambilan keputusan mengenai teknik dan bahan belajar apa yang paling
bermanfaat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajarn. Dan selanjutnya
menentukan strategi pembelajaran dengan mengikutsertakan peserta. Posisi
pelatih dalam proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan sebagai narasumber.
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk membantu orang
dewasa belajar, antara lain:
1.
Presentasi. Teknik ini
meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi,
film, slide, pameran, darmawisata, dan membaca.
2.
Teknik Partisipasi peserta.
Teknik ini meliputi antara lain: tanyajawab, permainan peran, kelompok
pendengar panel reaksi, dn panel yang diperluas.
3.
Teknik Diskusi. Teknik ini
terdidi atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari buku, diskusi
pemecahan masalah, dan diskusi kasus.
4.
Teknik Simulasi. Teknik ini
terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis, metode kasus, dan
permainan.
IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Dari asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa
ketiga pendapat tersebut di atas memiliki kesamaan di dalam memandang
pebelajar, baik dalam pembelajaran pedagogi maupun andragogi terutama dalam
konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Oleh
karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam pembelajaran orang dewasa perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Iklim
belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Baik ruangan yang
digunakan maupun peralatan (kursi, meja, dan sebagainya) diatur sesuai dengan
selera orang dewasa agar dapat memberi kenyamanan bagi mereka. Selain itu,
dalam iklim belajar tersebut, perlu diciptakan kerjasama yang saling menghargai
antara para peserta dengan peserta lain maupun dengan para pelatih/fasilitator.
Ini berarti bahwa setiap peserta diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut dihukum maupun dipermalukan.
Iklim belajar seperti ini akan sangat tergantung kepada pelatih/fasilitator.
2. Peserta
diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya. Mereka akan merasa
terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila apa yang akan dipelajarinya itu
sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipelajari.
3. Peserta
dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya. Dalam perencanaan ini
fasilitator lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing dan manusia sumber.
4. Dalam
proses belajar-mengajar merupakan tanggungjawab bersama antara
pelatih/failitator dan peserta. Kedudukan pelatih/fasilitator lebih banyak
berperan sebagai manusia sumber, pembimbing, dan katalist dari pada sebagai
guru.
5. Evaluasi
belajar lebih menekankan pada cara evaluasi diri sendiri dalam mengetahui
kemajuan belajar peserta.
6. Karena
orang dewasa merupakan sumber belajar yang lebih kaya dibandingkan anak-anak,
maka proses belajarnya lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap
pengalaman mereka seperti: kelompok diskusi, metode kasus, simulasi, permainan
peran, latihan praktek, demonstrasi, bimbingan konsultasi, seminar, dan
sebagainya.
7. Penekanan
dalam proses belajar bagi orang dewasa adalah pada aplikasi praktis dan atas
dasar pengalaman mereka.
8. Urutan
kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas
perkembangannya dan bukan atas dasar urutan logik mata pelajaran atau kebutuhan
kelembagaan. Misalnya suatu program latihan orientasi untuk para pekerja baru,
bukan dimulai dengan sejarah atau filsafat perusahaan, tetapi dimulai dengan
kehidupan nyata yang menjadi perhatian para pekerja baru, seperti: di mana saya
harus bekerja, dengan siapa saya bekerja, apa yang diharapkan dari saya, dan
sebagainya.
9. Adanya
konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberi
petunjuk dalam belajar secara kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan, maka
belajar secara kelompok yang anggota kelompoknya bersifat homogen akan lebih
efektif.
10.
Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan
sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi ia
berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
11.
Kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa
tidak berorientasi kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada
masalah. Hal ini karena orang dewasa cenderung berorientasikan kepada masalah
dalam orientasi belajarnya.
12.
Oleh karena orang dewasa dalam belajar
berorientasi kepada masalah, maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan
pula pada masalah atau perhatian yang ada dalam benak mereka.
DAFTAR RUJUKAN
Amalius Sahide. 1990. Pendidikan Orang Dewasa. Ujungpandang: FIP IKIP
Knowles, Malcolm. 1977. The Modern Practice of Adult Education, Andragogy
Versus Pedagogy. New York: Assosiation Press.
Zainuddin Arif. 1984. Andragogi. Bandung: Angkasa.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as