Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    andragogi dalam perspektif baru

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    andragogi dalam perspektif baru Empty andragogi dalam perspektif baru

    Post by ratri Fri Jun 18, 2010 9:01 pm

    Abstract:

    Istilah Pedagogi nampaknya tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu
    dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Hal ini memunculkan suatu masalah
    yang tidak disadari bahwa dalam istilah pedagogi terdapat kata “Paid” yang
    berarti anak. Demikian juga dalam istilah pedagogi tentang konsep tujuan
    pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itulah
    sehingga pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan.
    Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai
    dengan perkembangan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu dewasa ini telah
    muncul suatu teori baru cara membelajarkan orang dewasa yang dikenal dengan
    istilah Andragogi, yaitu suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa
    belajar, yang secara prinsip asumsi yang digunakan berbeda dengan Pedagogi,
    terutama mengenai konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi
    terhadap belajar.
    Kata kunci: Andragogi, orientasi baru,
    Pembelajaran


    Pengetahuan tentang belajar kebanyakan diperoleh dari pengalaman atau
    penelitian tentang belajar pada anak-anak ataupun binatang. Demikian pula
    halnya dengan pengetahuan tentang pengajaran, kebanyakan diperoleh dari
    pengalaman pengajaran anak-anak dalam situasi di mana anak-anak tersebut
    diwajibkan untuk mengikuti suatu proses belajar-mengajar yang berlangsung di
    lembaga-lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan proses belajar-mengajar tersebut
    didasarkan pada definisi pendidikan sebagai suatu proses penyampaian
    kebudayaan.
    Definisi pendidikan tersebut pada dasarnya bersumber dari suatu istilah
    pendidikan yaitu Pedagogi. Istilah
    pedagogi ini berasal dari bahasa Yunani “paid” artinya anak dan “agogos”
    artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai
    “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
    Dalam perkembangan penggunaan istilah tersebut, muncul suatu masalah yaitu kata
    “anak” sebagai bagian integral dari pengertian istilah pedagogi telah hilang,
    sehingga dalam pemikiran manusia yang juga telah ditulis dalam buku-buku
    pendidikan dan kamus, di mana istilah pedagogi diartikan sebagai seni dan ilmu
    mengajar. Bahkan dalam buku-buku tentang pendidikan orang dewasa ditemukan
    istilah “Pedagogy of Adult Education” . Orang rupanya tidak menyadari bahwa
    dalam istilah pedagogi terdapat kata “paid” yang berarti anak, sehingga istilah
    pedagogi sangat tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni
    dalam membantu orang dewasa belajar. Masalah lain yang muncul sehubungan dengan
    pengertian yang ditarik dari istilah pedagogi ialah tentang konsep tujuan
    pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itu
    pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan.
    Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai
    dengan perkembangan dan kehidupan manusia.
    Selain itu masalah yang timbul dalam pengertian pedagogi adalah adanya
    pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat
    mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi
    seperti inovasi dalam teknologi, mobilitas penduduk, perubahan sistem ekonomi,
    politik dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini
    pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 20 tahun akan menjadi
    usang ketika ia berumur 40 tahun. Jika demikian halnya, maka pendidikan sebagai
    suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern.
    Oleh karena itu pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan sebagai upaya untuk
    mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses penemuan
    sepanjang hayat terhadap apa yang dibutuhkan untuk diketahui.
    Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang baik
    di Eropa maupun di Amerika, suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa.
    Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori baru tersebut di kenal dengan nama
    Andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “andr” yang berarti orang
    dewasa dan “agogos” yang berarti memimpin atau membimbing. Dengan demikian
    andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa
    belajar.
    ASUMSI ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI
    Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan
    Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan
    orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut:






    Konsep
    Diri
    .
    Menurut Knowles, dalam pendekatan pedagogi peranan peserta didik bergantung
    pada guru. Dalam hal ini guru diharapkan oleh masyarakat memegang tanggungjawab
    penuh untuk menentukan apa yang akan dipelajari oleh pada peserta didik, kapan
    waktunya belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan apakah suatu bahan telah
    selesai dipelajari atau belum. Sedangakan dalam pendekatan andragogi, proses
    pematangan manusia merupakan kewajaran bagi seorang individu untuk bergerak
    dari ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap dan
    dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan dimensi
    kehidupannya. Para guru orang dewasa bertanggungjawab untuk menggalakkan dan
    memelihara gerakan ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam
    untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu bergantung pada pihak
    lain.



    Pengalaman.

    Peranan pengalamn yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang bernilai.
    Hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi sumber
    belajar yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis
    buku, pencipta Audio-Visual Aids dan ahli-ahli lainnya. Karena itu teknik utama
    yang digunakan adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan
    sebagainya). Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan berkembang mereka
    menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak
    habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka secara pribadi maupun bagi orang
    lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang
    diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu
    teknik utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium,
    diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya).



    Kesiapan
    Belajar.

    Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama sekolah
    untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka. Sebagian
    orang yang sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu pelajaran
    hendaknya diatur ke dalam suatu kurikulum yang benar-benar baku, dengan suatu
    penjenjangan yang seragam bagi semua peserta didik. Dalam andragogi, orang
    menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk
    mempelajari hal itu. dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau
    persoalan hidup mereka dengan yang lebih memuaskan. Pendidik memegang
    tanggungjawab menciptakan kondisi dan menyediakan alat-alat serta prosedur
    untuk membantu para peserta didik menemukan kebutuhan atau keingintahuan
    mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusun menurut kategori
    penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik.



    Orientasi
    Terhadap Belajar.

    Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk memperoleh
    bahan pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap hanya akan berguna di
    kemudian hari. Karena itu kurikulum seharusnya diatur menjadi satuan-satuan
    pelajaran yang mengikuti urutan logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi
    orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran. Sebaliknya dalam andragogi, para
    peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan kemampuan
    untuk mencapai potensi kehidupan yang paripurna. Mereka ingin dapat menerapkan
    pengetahuan dan keterampilan apapun yang mereka peroleh saat ini untuk
    kehidupan esok yang lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar seharusnya
    disusun menurut kategori-kategori pengembangan kemampuan. Jadi orientasi mereka
    terhadap belajar berpusat pada karya atau prestasi. Dari asumsi dasar tersebut
    di atas dapat dikemukakan bahwa: 1) orang dewasa mempunyai konsep diri, yaitu
    suatu pribadi yang tidak tergantung kepada orang lain yang mempunyai kemampuan
    mengarahkan dirinya sendiri dan kemampuan mengambil keputusan, 2) orang dewasa
    mempunyai kekayaan pengalaman yang merupakan sumber yang penting dalam belajar,
    3) Kesiapan belajar orang dewasa berorientasi kepada tugas-tugas
    perkembangannya sesuai dengan peranan sosialnya
    4) orang dewasa mempunyai perspektif waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya
    mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.



    FUNGSI PENDIDIK ORANG DEWASA.
    Pendidik orang dewasa mempunyai fungsi antara lain:





    1.
    Menilai kebutuhan belajar
    individu, lembaga dan masyarakat untuk pendidikan orang dewasa yang sesuai
    dengan lingkungan organisasinya (fungsi diagnostik).


    2.
    Menetapkan dan mengelola
    struktur organisasi untuk pengembangan dan pelaksanaan yang efektif dari suatu
    program pendidikan orang dewasa (fungsi organisasi).


    3.
    Merumuskan tujuan yang sesuai
    dengan kebutuhan belajar yang telah ditetapkan, dan merencanakan suatu program
    kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (fungsi perencanaan).


    4.
    Menciptakan dan mengawasi
    prosedur yang diperuntukan bagi pelaksanaan suatu program secara efektif,
    termasuk memilih dan melatih ketua-ketua kelompok belajar, tutor, mengatur
    fasilitas dan proses administrasi, seleksi dan penerimaan pebelajar, dan
    pembiayaan (fungsi administrasi).


    5.
    Menilai efektivitas program
    pendidikan yang dilaksanakan (fungsi evaluasi).



    MISI PENDIDIK ORANG DEWASA
    isi pendidik orang dewasa dapat digambarkan dengan mengaitkan antara kebutuhan
    dan tujuan individu.
    Misi setiap pendidik orang dewasa adalah membantu individu untuk memenuhi
    kebutuhan dan mencapai tujuan, membantu individu untuk mengembangkan sikap
    bahwa belajar itu adalah kegiatan yang berlangsung sepanjang hayat, dan dengan
    pendidikan itu
    dapat diperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat digunakan untuk
    bekerja secara mandiri serta dapat mengembangkan potensi-potensi yang kita
    miliki. Dalam proses belajar ini dapat dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk
    mengembangkan dirinya, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan orang
    dewasa lainnya.
    Pendidik orang dewasa dalam merencanakan program pembelajarannya hendaknya
    didasarkan pada kebutuhan belajar yang diinginkan oleh orang dewasa, tanpa
    demikian pendidikan orang dewasa akan mengalami kegagalan.

    TEKNIK DAN METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
    Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan kegiatan belajar memerlukan adanya
    pengambilan keputusan mengenai teknik dan bahan belajar apa yang paling
    bermanfaat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajarn. Dan selanjutnya
    menentukan strategi pembelajaran dengan mengikutsertakan peserta. Posisi
    pelatih dalam proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan sebagai narasumber.

    Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk membantu orang
    dewasa belajar, antara lain:





    1.
    Presentasi. Teknik ini
    meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi,
    film, slide, pameran, darmawisata, dan membaca.


    2.
    Teknik Partisipasi peserta.
    Teknik ini meliputi antara lain: tanyajawab, permainan peran, kelompok
    pendengar panel reaksi, dn panel yang diperluas.


    3.
    Teknik Diskusi. Teknik ini
    terdidi atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari buku, diskusi
    pemecahan masalah, dan diskusi kasus.


    4.
    Teknik Simulasi. Teknik ini
    terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis, metode kasus, dan
    permainan.



    IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
    Dari asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa
    ketiga pendapat tersebut di atas memiliki kesamaan di dalam memandang
    pebelajar, baik dalam pembelajaran pedagogi maupun andragogi terutama dalam
    konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Oleh
    karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam pembelajaran orang dewasa perlu
    diperhatikan hal-hal sebagai berikut:





    1. Iklim
    belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Baik ruangan yang
    digunakan maupun peralatan (kursi, meja, dan sebagainya) diatur sesuai dengan
    selera orang dewasa agar dapat memberi kenyamanan bagi mereka. Selain itu,
    dalam iklim belajar tersebut, perlu diciptakan kerjasama yang saling menghargai
    antara para peserta dengan peserta lain maupun dengan para pelatih/fasilitator.
    Ini berarti bahwa setiap peserta diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
    mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut dihukum maupun dipermalukan.
    Iklim belajar seperti ini akan sangat tergantung kepada pelatih/fasilitator.


    2. Peserta
    diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya. Mereka akan merasa
    terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila apa yang akan dipelajarinya itu
    sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipelajari.


    3. Peserta
    dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya. Dalam perencanaan ini
    fasilitator lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing dan manusia sumber.


    4. Dalam
    proses belajar-mengajar merupakan tanggungjawab bersama antara
    pelatih/failitator dan peserta. Kedudukan pelatih/fasilitator lebih banyak
    berperan sebagai manusia sumber, pembimbing, dan katalist dari pada sebagai
    guru.


    5. Evaluasi
    belajar lebih menekankan pada cara evaluasi diri sendiri dalam mengetahui
    kemajuan belajar peserta.


    6. Karena
    orang dewasa merupakan sumber belajar yang lebih kaya dibandingkan anak-anak,
    maka proses belajarnya lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap
    pengalaman mereka seperti: kelompok diskusi, metode kasus, simulasi, permainan
    peran, latihan praktek, demonstrasi, bimbingan konsultasi, seminar, dan
    sebagainya.


    7. Penekanan
    dalam proses belajar bagi orang dewasa adalah pada aplikasi praktis dan atas
    dasar pengalaman mereka.


    8. Urutan
    kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas
    perkembangannya dan bukan atas dasar urutan logik mata pelajaran atau kebutuhan
    kelembagaan. Misalnya suatu program latihan orientasi untuk para pekerja baru,
    bukan dimulai dengan sejarah atau filsafat perusahaan, tetapi dimulai dengan
    kehidupan nyata yang menjadi perhatian para pekerja baru, seperti: di mana saya
    harus bekerja, dengan siapa saya bekerja, apa yang diharapkan dari saya, dan
    sebagainya.


    9. Adanya
    konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberi
    petunjuk dalam belajar secara kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan, maka
    belajar secara kelompok yang anggota kelompoknya bersifat homogen akan lebih
    efektif.


    10.
    Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan
    sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi ia
    berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.


    11.
    Kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa
    tidak berorientasi kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada
    masalah. Hal ini karena orang dewasa cenderung berorientasikan kepada masalah
    dalam orientasi belajarnya.


    12.
    Oleh karena orang dewasa dalam belajar
    berorientasi kepada masalah, maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan
    pula pada masalah atau perhatian yang ada dalam benak mereka.


    DAFTAR RUJUKAN
    Amalius Sahide. 1990. Pendidikan Orang Dewasa. Ujungpandang: FIP IKIP
    Knowles, Malcolm. 1977. The Modern Practice of Adult Education, Andragogy
    Versus Pedagogy. New York: Assosiation Press.
    Zainuddin Arif. 1984. Andragogi. Bandung: Angkasa.




      Waktu sekarang Fri May 10, 2024 2:50 am