Bahasa Iklan Bukan Baku
PABELAN - Bahasa iklan,
termasuk untuk perbankan, menurut Prof Dr H Abdul Ngalim MM MHum, diakui
mempunyai wacana dan bahasa khas yang populer. Ungkapan, variasi, dan pilihan
kata-katanya tidak normatif seperti halnya bahasa Indonesia baku.
Sebab, menurut dosen
sosiolinguistik Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu, para
pembuat iklan sudah memperhitungkan bahwa sasarannya ditujukan bagi khalayak
dari berbagai kalangan masyarakat.
"Tujuan iklan kan untuk memberi informasi
dan membujuk atau memengaruhi orang. Ini terkait penjualan. Bagi pembuatnya,
yang penting iklannya mudah dibaca dan dimengerti. Maka iklan punya bahasa khas
dan tidak normatif layaknya bahasa Indonesia baku," kata dia yang dikukuhkan menjadi
guru besar UMS, kemarin.
Dosen Kopertis
Wilayah VI itu mengemukakan, wacana khas dalam iklan belum tentu berupa sebuah
cerita utuh. Bisa saja cerita bernada ajakan bagi masyarakat untuk membeli atau
mengikuti suatu produk yang diiklankan itu, terwakili dalam satu paragraf, atau
bahkan satu kalimat.
Apakah tidak khawatir
bahasa-bahasa iklan itu akan merusak bahasa baku, menurutnya, kekhawatiran itu ada. Namun
tidak bisa dimungkiri bahwa perkembangan bahasa, termasuk digunakannya
istilah-istilah asing, dalam penggunaan bahasa nonformal di masyarakat, tidak
dapat serta-merta ditolak.
Lalu bagaimana
orang-orang ahli linguistik menyikapi masalah itu?
"Orang-orang
linguistik tidak hanya menghadapi bahasa baku,
tapi kami juga melihat siapa yang diajak bicara dan di mana,"
tuturnya.(D11-36v)
PABELAN - Bahasa iklan,
termasuk untuk perbankan, menurut Prof Dr H Abdul Ngalim MM MHum, diakui
mempunyai wacana dan bahasa khas yang populer. Ungkapan, variasi, dan pilihan
kata-katanya tidak normatif seperti halnya bahasa Indonesia baku.
Sebab, menurut dosen
sosiolinguistik Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu, para
pembuat iklan sudah memperhitungkan bahwa sasarannya ditujukan bagi khalayak
dari berbagai kalangan masyarakat.
"Tujuan iklan kan untuk memberi informasi
dan membujuk atau memengaruhi orang. Ini terkait penjualan. Bagi pembuatnya,
yang penting iklannya mudah dibaca dan dimengerti. Maka iklan punya bahasa khas
dan tidak normatif layaknya bahasa Indonesia baku," kata dia yang dikukuhkan menjadi
guru besar UMS, kemarin.
Dosen Kopertis
Wilayah VI itu mengemukakan, wacana khas dalam iklan belum tentu berupa sebuah
cerita utuh. Bisa saja cerita bernada ajakan bagi masyarakat untuk membeli atau
mengikuti suatu produk yang diiklankan itu, terwakili dalam satu paragraf, atau
bahkan satu kalimat.
Apakah tidak khawatir
bahasa-bahasa iklan itu akan merusak bahasa baku, menurutnya, kekhawatiran itu ada. Namun
tidak bisa dimungkiri bahwa perkembangan bahasa, termasuk digunakannya
istilah-istilah asing, dalam penggunaan bahasa nonformal di masyarakat, tidak
dapat serta-merta ditolak.
Lalu bagaimana
orang-orang ahli linguistik menyikapi masalah itu?
"Orang-orang
linguistik tidak hanya menghadapi bahasa baku,
tapi kami juga melihat siapa yang diajak bicara dan di mana,"
tuturnya.(D11-36v)
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as