Pembahasan
“ Kenapa ya, reformasi kok malah
menyengsarakan rakyat? Harga-harga tambah naik, sekolah mahal sementara upah
tetap! Padahal di zaman presiden mbah harto dulu kita adem ayem, semua bisa
tercukupi dengan mudah. Terus Siapa yang salah suharto atau mahasiwa? ”(
seloroh bik ti pemilik warung pinggir kampus)
Ungkapan diatas bisa
jadi wakil dari sebagian besar perasaan yang menghinggapi orang awam di negeri
ini. Dan pertanyaan ini adalah pertanyaan besar yang cukup menampar bagi seluruh kalangan yang mengatasnamakan
diri sebagai bagian dari proses perubahan di Indonesia. Perlu kiranya kita
membelejati apa yang sedang terjadi pada
bulan mei 1998 tepatnya ketika tergulinya presiden suharto. Pelajaran atau
referensi yang cukup berharga bagi kita dan seluruh rakyat untuk kembali
memformulasikan dengan tepat model perubahn yang akan diusung dikemudian hari.
Apakah reformasi masih cukup relevan menjadi pilihan perjuangan saat ini?
Apakah mahasiswa tetap menjadi trigger dalam perubahan? Atau bahkan belum cukupkah
kesejahteraan rakyat di jawab dengan puluhan ribu massa mahasiwa yang mengepung DPR RI?
Sejarah perjuangan mahasiswa Indonesia dari tahun ke tahun
selalu menarik untuk kita bicarakan mulai dari warung kopi sampai seminar di
hotel berbintang lima.
Topik ini menjadi hangat dan penuh perhatian terutama di kalangan mahasiswa,
baik yang hanya mau mendengarkan saja lalu cuek balik ke kost-kostan dan tidur,
para kutu buku, komunitas penggemar dikusi atau bahkan pecinta klab malam
sekalipun.
1. sejarah gerakan mahasiwa.
Dari aspek kesejarahan
gerakan mahasiswa mempunyai cirri tersendi dalam setiap dekadenya tentunya ini
sesuai dengan kondisi obyektif negra dan kondisi subyektif mahasiswa. Ada fase yang pasca kemerdekaan yang memiliki cirri
tersendiri antara lain:
a. Angkatan 66
Dibawah kepemimpinan sukarno ruang berpolitik cukup di buka
selebar-lebarnya dimikian pula dikampus-kampus. Politik sebagai panglima
menjadi angin segar bagi tumbuh dan berkembangnya organisasi maupun serikat.
kebebasan berpolitik membangun daya parisipasi rakyat semakin tinggi.
Nasionalis, agama dan komunis atau biasa di sebut NASAKOM menjadi pilar dalam politik yang di galang
oleh sukarno.gerakan mhasiswa pada waktu itu hamper dipastikan berafiliasi di
bawah partai sebut saja GMNI yang merupakan underbow PNI, CGMI yang berafiliasi
dengan PKI, GEMSOS dibawah PSI demikian pula MAHSYUMI yang memandu HMI. Namun
pada perkembangannya kebebasan politik ini menjadi boomerang bagi sukarno tepatnya
tahun 1966 gelombang massa
mahasiswa terkonsolidir dalam KAMI atau kesatuan aksi mahasiswa Indonesia yang
dikomandoi akbar tanjung, kosmas batubara dan mar’i muhamad menggelar
serangkaian aksi. Gerakan mahasiswa yang mengusung isu TRITURA (tiga tuntutan
rakyat) itu berangkat dari ketidakpuasan mahasiswa terhadap kepemimpinan presiden
sukarno yang cenderung otoriter. Polemik ini mencuat ketika pertama, presiden
soekarno dalam steatmennya akan menjadi presiden seumur hidup Negara Indonesia dan
itu di legalkan oleh dewan konstituante. kedua, bertepatan dengan terjadinya
krisis ekonomi yang mengakibatkan melambungnya harga-harga keburtuhan pokok
gejolak sosial itu kemudian menjadi landasan mahasiswa bahwa sukarno tidak
pecus lagi menjadi persiden. Tuntutan mahasiswa itu semakin meluas sampai
kedaerah daerah yang pada puncakya presiden sukarno terguling. Namun dalam
penggulingan sukarno tidak terbukti akan adanya perbaikan kesejahteraan rakyat.
B.Angkatan 80an
Paska tergulingnya Orde
lama dari tampuk kepemimpinan Indonesia.
Suharto berhasil naik menjadi presiden. Pada fase kepemimpinan soeharto
pandangan Negara berbalik seratus lapan
puluh derajat. Yang dulunya politik sebagai panglima maka sekarang bergeser
menjadi ekonomi menjadi panglima. UU PMA (penanaman modal asing) Tahun 1967
muncul tidak lama setelah suharto diangkat menjadi bukti kongrit bahwa
liberalisasi ekonomi mulai dibuka selebar-lebarnya. Ditambah dengan program
jangka panjang (PJP) dan REPELITA (rencana pembangunan lima tahun) semakin memantapkan niatan
suharto yang akan membawa Negara ini menjadi Negara industri. Ditengah program
ekonomi yang tersusun rapi ternyata menyipan prsoalan dalam perjuangan massa. Organisasi dan
serikat mulai dipangkas dan dikerdilkan gerakannya. Organisasi-organisasi
kepemudaan harus menggapangkan diri dalam KNPI, serikat-serikat buruh harus
rela dibawah payung SPSI semantara puluhan partai terpaksa dirangkum dalam tiga
partai yang harus berideologikan pancasila.
Dalam kondisi yang cukup represif tersebut bukan berarti gerakan massa mengalami kelemahan
beberapa momen seperti malaria tahun 1974 dan penolakan pencalonan presiden
suharto tahun 1978 serta aksi tani pada
tahun 80an tetap menjadi poin penting dalam dalam perjalanan gerakan ditengah
kepungan otoritarian suharto.
Kondisi obyektif pada
waktu itu menyebabkan pilihan pejuangan menjadi lebih luwes. formulasi gerakan
dikemas dalam bentuk yang berbeda. Perjuangan
tidak menyandarkan Pada perjuangan massa
atau membangun organisasi-orgasnisasi massa
akan tetapi Penyadaran atau pendampingan massa
dan advokasi menjadi pilihan yang dominan pada era 80an. lembaga swdaya
masyarakat (LSM) atau NGO (non govermen organization ) menjamur sampai
pelosok-pelosok negeri sebagai konsekwesi atas represifitas Negara. Maka
gerakan –gerakan pada waktu itu semakin tumpul karena tidak mendapat dukungan
dari massa
luas.
c. Angkatan 90an
setelah 32 tahun
suharto menjadi presiden di Indonesia
ternyata masih menyisakan banyak persoalan. Pemerintahan yang dibangun dibawah
diktaktor-otoritarian yang menghamba pada kepentingan modal luar negeri
mengalami krisis yang kronis. Mulai dari munculnya krisis ekonomi atau yang
sering kita dengar krisis moneter membuat Negara dalam inflasi yang cukup
tinggi. ini berakibat pada meningkatnya kebutuhan pokok atau sembako. Kondisi
perekonomian yang drop semakin mengurangi kepercayan massa rakyat terhadap kepemimpinana Orde
baru di bawah suharto.
Ditengah gejolak dalam masyarakat tersebut maka gerakan yang dilakukan
mahasiswa hadir. Mahasiswa yang mengatasnamakan agen of change (agen perubahan)
atau agen of control (agen pengontrol) mulai melakukan relly-relly aksi baik di
kota besar
maupu daerah-daerah. Seluruh kampus di Indonesia mengusung REFORMASI
sebagai satu-satunnya jalan terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
bangsa. Beberapa tuntutan mulai dari cabut dwifungsi ABRI, tegakkan supremasi
hukum sampai turunkan harga kebutuhan pokok terus terpropagandakan dikalangan
mahasiswa secara luas dan disambut pula seluas luasnya oleh mahasiswa.
Gelombang aksi semakin membesar dan seruan turunkan suharto secara
terus-menerus mengarah pada pusat pemerintahan Jakarta. Maka tepat pada bulan mei 1998
presiden suharto mengundurkan diri dan REFORMASI menjadi wacana yang paling
hangat di masyarakat terutama mahasiswa
.
2. Latar
belakang Reformasi 1998
. tahun 1998 menjadi saksi
bagi tragedi perekonomian bangsa. Keadaannya berlangsung sangat tragis dan
tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian Indonesia.
Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita selalu mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi
ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929 yang juga disebut sebagai malaise.
Hanya
dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai
dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus membalikkan semua
bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga.
Selama periode
sembilan bulan pertama 1998, tak pelak lagi merupakan periode paling hiruk
pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam bulan selama tahun
1997,berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisis pun mulai
dirasakan secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha.
Dana
Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun
terbukti tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Bahkan
situasi seperti lepas kendali, bagai layang-layang yang putus talinya. Krisis
ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara.
Seperti efek bola
salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di
Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis
ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.
Akhirnya,
dia juga berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan nyaris seluruh
sendi-sendi kehidupan bangsa. Katakan, sektor apa di negara ini yang tidak
goyah. Bahkan kursi atau tahta mantan Presiden Soeharto pun goyah, dan akhirnya
dia tinggalkan. Mungkin Soeharto, selama sisa hidupnya akan mengutuk devaluasi
baht, yang menjadi pemicu semua itu.
Efek bola salju
Faktor
yang mempercepat efek bola salju ini adalah menguapnya dengan cepat kepercayaan
masyarakat, memburuknya kondisi kesehatan Presiden Soeharto memasuki tahun
1998, ketidakpastian suksesi kepemimpinan, sikap plin-plan pemerintah dalam pengambilan kebijakan, besarnya utang
luar negeri yang segera jatuh tempo, situasi perdagangan internasional yang
kurang menguntungkan, dan bencana alam La Nina yang membawa kekeringan terburuk
dalam 50 tahun terakhir.
Dari total utang
luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 milyar dollar AS, sekitar 72,5
milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana
sekitar 20 milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara pada
saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 milyar dollar AS.
Terpuruknya
kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850/dollar
AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dollar AS
pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang
tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
Rupiah
yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dollar untuk membayar
utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/ 1999 yang diumumkan
6 Januari 1998 dan dinilai tak realistis.
Krisis
yang membuka borok-borok kerapuhan fundamental ekonomi ini dengan cepat
merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar
uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional dalam kesulitan besar dan
peringkat internasional bank-bank besar bahkan juga surat utang pemerintah
terus merosot ke level di bawah junk
atau menjadi sampah.
Puluhan, bahkan
ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga konglomerat, bertumbangan.
Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent atau nota bene bangkrut.
Sektor
yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi, manufaktur, dan
perbankan, sehingga melahirkan gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an,
yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja.
Akibat PHK dan
naiknya harga-harga dengan cepat ini, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan
juga meningkat mencapai sekitar 50 persen dari total penduduk. Sementara si
kaya sibuk menyerbu toko-toko sembako dalam suasana kepanikan luar biasa,
khawatir harga akan terus melonjak.
3.Evaluasi terhadap Reformasi
1998
Banyak kalangan mengangap perubahan suatu
bangsa berada pada punggung mahasiswa. Asumsi itu cukup beralasan mengingat
dalam catatan sejarah mahasiswa cukup mampu membuat dinamaika yang cukup masif
dan kemampuan intelektual yang memadai adalah kehususan yang dimiliki mahasiswa
dimata rakyat. Gejala ini kemudian membumi sedemikian hebat dan cukup
berlebihan sampai-sampai mahasiswa diplot sebagai pahlawan bangsa atau koboy yang akan turun gunung jika
terjadi kejahatan. Moralitas mahasiswa yang tercermin dalam gerakan moralnya
(moral force) diturunkan dalam bahasa praktek bahwa posisi mahasiswa adalah
agen of change dan agen of control. Ini adalah salah satu cara pandang yang
haus kita kritisi. Sebagai bagian dari kritik terhadap reformasi yang pada
prakteknya tidak sanggup menjawab perubahan yang cukup mendasar di negeri ini.
Beberapa persoalan kenapa terjadi kegagalan terhadap reformasi :
Pertama, reformasi atau perubahan kekuasaan melalui
pergantian struktur dan pelaku-pelakunya adalah tipe perubahan yang memandang
perubahan akan selesai ketika pimpinan-pimpinan negera diganti. Reformasi akan menyandarkan perbaikan
rakyat lewat suksesi presiden. Pengalaman gerakan mahasiswa dari decade 60an
sampai 98 hanya menghasilkan pergantian kursi kepresidenan dan it uterus
berulang. Perubahan secara gejala ini yang
menjadi kenyataan bahwa reformasi mengalami kegagaln untuk menyelesaikan
persoalan bangsa. Beberapa isu yang diusung dalam kampanye reformasi tidak ada
satupun sampai hari ini yang berhasil. Maka semakin jelas ketika pilihan
perjuangan ada pada reformasi pada teori perubahahannya cukup lemah dan pada
prkteknya tidak teruji sama sekali. Bisa dikatakan sekarang ini reformasi sudah
menjadi wacana yng bangrut.
Kedua, meletakkan mahasiswa sebagai kekuatan pokok
perubahan, dalam praktek 1966 dan 1998 diakui mahasiswa sanggup membuat
gelombang massa yang cukup besar Namun tidak pernah di dukung oleh kekuatan
rakyat yang hari ini nyata-nyat cukup tertindas yaitu buruh dan tani kenyataan itu adalah tamparan
yang keras bagi mahasiswa sebagai kekuatan itu tidak mampu mendobrak tatanan
lama. Harus diakui mahasiswa adalah sebagian kecil dari masyarakat secara
kuantitas.mahasiswa memiliki watak burjuis kecil yang mempunyai potensi besar untuk menhisap atau
menidas rakyat yang lainnya. Kenyataan membutikan pimpinan-pimpinan KAMI ( komite aksi mahasiswa Indonesia ) antara lain akbar
tanjung, cosmas batubara dan mar’I muhamad lebih menikmati menjadi elit politik
yang tidak lebih akan kontraproduktif dengan perjuangan rakyat. Maka menyandarkan
mahasiswa sebagai kekuatan pokok adalah analisa yang kurang tepat
Ketiga, menyerahkan kepemimpinan pada tokoh-tokoh
ciganjur yang memiliki watak bimbang dan ragu artinya pandangan terhadap
persoalan bangsa bisa selesai ketika ada pemimpin yang demoratis. Namun
kenyataan nya pemaknaan demokratis hanya akan disandarkan pada demokrasi
liberal atau demokrasi yang permukaan saja segala kebuijakan tidak berangkat
dari kepetingan, suara dan perasaan rakyat. Bukti kongkrit tokoh-tokoh ciganjur
tidak pernah berlawan terhadap pemodal internasinal yang berdominasi dinegara
kita. Tambah melakukan kerjasama. Tokoh-tokoh ciganjur tidak pernah menolak
dengan keras hutang luar negeri, lembaga lembaga donor internasional ( IMF ,ADB
, WorldBank), perjanjian WTO yang
menjerat dan merugikan negara kita. Atau
penolakan terhadap perusahaaan Trasnasional dan multinasional (TNC’s dan MNC’s) yang mengekploitasi
kekayaan dan perdagangan Indonesia.
Maka tidak seharusnyalah kepemiminan perubahan dimandatkan pada tokoh-tokoh
yang pro terhadap neoliberalisme.
4.Apa yang harus dilakukan ?
Membangun organisasi massa demokratis dan
menggalang persatuan rakyat yang
berlawan terhadap Neoliberalisme dan perjuangan demokrasi dalam negeri
Membangun
gerakan massa
demokratis.
Selama
hampir 30 tahun, indonesia
mengalami pasang surut gerakan massa
demokratis. Gerakan massa
demokratis adalah gerakan massa
yang bertujuan menuntut pemenuhan hak-hak demoratia ( kepentingan
sosial-ekonomi massanya ). Tahun 70an gerakan massa bangkit melalui beberapa momen seperti
malari tahun 1974 maupun penolakan pencalonan presiden suharto tahun 1978.
represifitas memaksa gerakn massa
tiarap. Tahun 80an gerakan massa
bangkit kemballi (kasus kedung ombo, badega, nipah dll)kemudian menghilang .
pada ahir kekuasaan suharto kembali lagi
dengan pelengsetran suharto.
Pasca reformas gerakan massa berjalan namun
dengan ekskalasi yang rendahpersoalannya belum terkosolidasikan dengan rapi.aksi-aksi
demokratis belumbertujuan pada penghancuran neoliberalisme dan perjuangan dalam
negeri kongkritnya memusnahkan sisa-sisa feodalisme. Upaya menarik dukungan
massa seluas-luasnya adalah upaya yang harus tetap digelorakan dalam membangun
gerakan massa demokratis.
Gerakan massa demoratis melawan neliberalisme
dann perjuangan domokrasi dalam negeri.
Rejim
yang memimpin indonesia
saat ini pada hakekatnya adalah rejim yang merupakan kepanjangan tangan dari
neoliberalisme . sudah menjadi watak rejim yang demikian untuk melakukan
penyelewengan kekuasaan guna mengeruk keuntungan pribadi maupun golongan.
Pemerintahan indonesia
dari tahu ke tahun tetap menghamba pada IMF atau CGI dan senantiasa tunduk pada
perjanjian yang tertuang dalam Loi (letter of inten) imbas dari perjanjian itu
yang cukup kentara adalah pemotongan subsidi publik( kesehatan, pendidikan,
BBM, TDL dan lain lain.)ini adalah salah satu kebijakan neoliberalismme anti
rakyat yang harus dilawan.
demikian pula setiap kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah tidak pernah berangkat dari keinginan mayoritas
rakyat indonisia. Ini adalah cermin dari sisa-sisa feodalisme yang yang sudah
menjadi basis struktur masyarakat tentu saja bekolaborasi dengan pemilik modal
internasional dibawah setting neoliberalisme. Adalah mutlak adanya perlawanan
terhadap neoliberalisme harus dibarengi perjuangan demokrasi dalam negeri.
Bagaiman melawan Neoliberalime ?
Lantas bagaimana cara melawannya? Rakyat atau massa adalah potensi
perlawanan yang paling kongkrit. Buruh dan tani adalah mayoritas rakyat
indonisia yang sehari-harinya digesek oleh penindasan demikian pula
kekuatan-kekuatan lain yang menjadi kekuatan pendukung seperti mahasiswa juga
terhisap oleh skema neoliberalisme. Potensi-potensi perlawanan rakyat harus
senantiasas digalang untuk mendapat daya tekan yang lebih tinggi. Persatuan rayat
antara buruh, tani, mahasisiwa, kaum miskin kota dan kalangan demokratis
lainnya yang akan membuat kayannya yaitu perubahan mendasar, perubahan yang
menghancurkan tatanan lama yang sudah usang. Oleh karena itu persatuan rakyat
yang mayoritas adalah jawaban satu-satunya terhadap persoalan bangsa selama
ini.
“ Kenapa ya, reformasi kok malah
menyengsarakan rakyat? Harga-harga tambah naik, sekolah mahal sementara upah
tetap! Padahal di zaman presiden mbah harto dulu kita adem ayem, semua bisa
tercukupi dengan mudah. Terus Siapa yang salah suharto atau mahasiwa? ”(
seloroh bik ti pemilik warung pinggir kampus)
Ungkapan diatas bisa
jadi wakil dari sebagian besar perasaan yang menghinggapi orang awam di negeri
ini. Dan pertanyaan ini adalah pertanyaan besar yang cukup menampar bagi seluruh kalangan yang mengatasnamakan
diri sebagai bagian dari proses perubahan di Indonesia. Perlu kiranya kita
membelejati apa yang sedang terjadi pada
bulan mei 1998 tepatnya ketika tergulinya presiden suharto. Pelajaran atau
referensi yang cukup berharga bagi kita dan seluruh rakyat untuk kembali
memformulasikan dengan tepat model perubahn yang akan diusung dikemudian hari.
Apakah reformasi masih cukup relevan menjadi pilihan perjuangan saat ini?
Apakah mahasiswa tetap menjadi trigger dalam perubahan? Atau bahkan belum cukupkah
kesejahteraan rakyat di jawab dengan puluhan ribu massa mahasiwa yang mengepung DPR RI?
Sejarah perjuangan mahasiswa Indonesia dari tahun ke tahun
selalu menarik untuk kita bicarakan mulai dari warung kopi sampai seminar di
hotel berbintang lima.
Topik ini menjadi hangat dan penuh perhatian terutama di kalangan mahasiswa,
baik yang hanya mau mendengarkan saja lalu cuek balik ke kost-kostan dan tidur,
para kutu buku, komunitas penggemar dikusi atau bahkan pecinta klab malam
sekalipun.
1. sejarah gerakan mahasiwa.
Dari aspek kesejarahan
gerakan mahasiswa mempunyai cirri tersendi dalam setiap dekadenya tentunya ini
sesuai dengan kondisi obyektif negra dan kondisi subyektif mahasiswa. Ada fase yang pasca kemerdekaan yang memiliki cirri
tersendiri antara lain:
a. Angkatan 66
Dibawah kepemimpinan sukarno ruang berpolitik cukup di buka
selebar-lebarnya dimikian pula dikampus-kampus. Politik sebagai panglima
menjadi angin segar bagi tumbuh dan berkembangnya organisasi maupun serikat.
kebebasan berpolitik membangun daya parisipasi rakyat semakin tinggi.
Nasionalis, agama dan komunis atau biasa di sebut NASAKOM menjadi pilar dalam politik yang di galang
oleh sukarno.gerakan mhasiswa pada waktu itu hamper dipastikan berafiliasi di
bawah partai sebut saja GMNI yang merupakan underbow PNI, CGMI yang berafiliasi
dengan PKI, GEMSOS dibawah PSI demikian pula MAHSYUMI yang memandu HMI. Namun
pada perkembangannya kebebasan politik ini menjadi boomerang bagi sukarno tepatnya
tahun 1966 gelombang massa
mahasiswa terkonsolidir dalam KAMI atau kesatuan aksi mahasiswa Indonesia yang
dikomandoi akbar tanjung, kosmas batubara dan mar’i muhamad menggelar
serangkaian aksi. Gerakan mahasiswa yang mengusung isu TRITURA (tiga tuntutan
rakyat) itu berangkat dari ketidakpuasan mahasiswa terhadap kepemimpinan presiden
sukarno yang cenderung otoriter. Polemik ini mencuat ketika pertama, presiden
soekarno dalam steatmennya akan menjadi presiden seumur hidup Negara Indonesia dan
itu di legalkan oleh dewan konstituante. kedua, bertepatan dengan terjadinya
krisis ekonomi yang mengakibatkan melambungnya harga-harga keburtuhan pokok
gejolak sosial itu kemudian menjadi landasan mahasiswa bahwa sukarno tidak
pecus lagi menjadi persiden. Tuntutan mahasiswa itu semakin meluas sampai
kedaerah daerah yang pada puncakya presiden sukarno terguling. Namun dalam
penggulingan sukarno tidak terbukti akan adanya perbaikan kesejahteraan rakyat.
B.Angkatan 80an
Paska tergulingnya Orde
lama dari tampuk kepemimpinan Indonesia.
Suharto berhasil naik menjadi presiden. Pada fase kepemimpinan soeharto
pandangan Negara berbalik seratus lapan
puluh derajat. Yang dulunya politik sebagai panglima maka sekarang bergeser
menjadi ekonomi menjadi panglima. UU PMA (penanaman modal asing) Tahun 1967
muncul tidak lama setelah suharto diangkat menjadi bukti kongrit bahwa
liberalisasi ekonomi mulai dibuka selebar-lebarnya. Ditambah dengan program
jangka panjang (PJP) dan REPELITA (rencana pembangunan lima tahun) semakin memantapkan niatan
suharto yang akan membawa Negara ini menjadi Negara industri. Ditengah program
ekonomi yang tersusun rapi ternyata menyipan prsoalan dalam perjuangan massa. Organisasi dan
serikat mulai dipangkas dan dikerdilkan gerakannya. Organisasi-organisasi
kepemudaan harus menggapangkan diri dalam KNPI, serikat-serikat buruh harus
rela dibawah payung SPSI semantara puluhan partai terpaksa dirangkum dalam tiga
partai yang harus berideologikan pancasila.
Dalam kondisi yang cukup represif tersebut bukan berarti gerakan massa mengalami kelemahan
beberapa momen seperti malaria tahun 1974 dan penolakan pencalonan presiden
suharto tahun 1978 serta aksi tani pada
tahun 80an tetap menjadi poin penting dalam dalam perjalanan gerakan ditengah
kepungan otoritarian suharto.
Kondisi obyektif pada
waktu itu menyebabkan pilihan pejuangan menjadi lebih luwes. formulasi gerakan
dikemas dalam bentuk yang berbeda. Perjuangan
tidak menyandarkan Pada perjuangan massa
atau membangun organisasi-orgasnisasi massa
akan tetapi Penyadaran atau pendampingan massa
dan advokasi menjadi pilihan yang dominan pada era 80an. lembaga swdaya
masyarakat (LSM) atau NGO (non govermen organization ) menjamur sampai
pelosok-pelosok negeri sebagai konsekwesi atas represifitas Negara. Maka
gerakan –gerakan pada waktu itu semakin tumpul karena tidak mendapat dukungan
dari massa
luas.
c. Angkatan 90an
setelah 32 tahun
suharto menjadi presiden di Indonesia
ternyata masih menyisakan banyak persoalan. Pemerintahan yang dibangun dibawah
diktaktor-otoritarian yang menghamba pada kepentingan modal luar negeri
mengalami krisis yang kronis. Mulai dari munculnya krisis ekonomi atau yang
sering kita dengar krisis moneter membuat Negara dalam inflasi yang cukup
tinggi. ini berakibat pada meningkatnya kebutuhan pokok atau sembako. Kondisi
perekonomian yang drop semakin mengurangi kepercayan massa rakyat terhadap kepemimpinana Orde
baru di bawah suharto.
Ditengah gejolak dalam masyarakat tersebut maka gerakan yang dilakukan
mahasiswa hadir. Mahasiswa yang mengatasnamakan agen of change (agen perubahan)
atau agen of control (agen pengontrol) mulai melakukan relly-relly aksi baik di
kota besar
maupu daerah-daerah. Seluruh kampus di Indonesia mengusung REFORMASI
sebagai satu-satunnya jalan terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
bangsa. Beberapa tuntutan mulai dari cabut dwifungsi ABRI, tegakkan supremasi
hukum sampai turunkan harga kebutuhan pokok terus terpropagandakan dikalangan
mahasiswa secara luas dan disambut pula seluas luasnya oleh mahasiswa.
Gelombang aksi semakin membesar dan seruan turunkan suharto secara
terus-menerus mengarah pada pusat pemerintahan Jakarta. Maka tepat pada bulan mei 1998
presiden suharto mengundurkan diri dan REFORMASI menjadi wacana yang paling
hangat di masyarakat terutama mahasiswa
.
2. Latar
belakang Reformasi 1998
. tahun 1998 menjadi saksi
bagi tragedi perekonomian bangsa. Keadaannya berlangsung sangat tragis dan
tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian Indonesia.
Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita selalu mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi
ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929 yang juga disebut sebagai malaise.
Hanya
dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai
dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus membalikkan semua
bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga.
Selama periode
sembilan bulan pertama 1998, tak pelak lagi merupakan periode paling hiruk
pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam bulan selama tahun
1997,berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisis pun mulai
dirasakan secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha.
Dana
Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun
terbukti tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Bahkan
situasi seperti lepas kendali, bagai layang-layang yang putus talinya. Krisis
ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara.
Seperti efek bola
salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di
Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis
ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.
Akhirnya,
dia juga berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan nyaris seluruh
sendi-sendi kehidupan bangsa. Katakan, sektor apa di negara ini yang tidak
goyah. Bahkan kursi atau tahta mantan Presiden Soeharto pun goyah, dan akhirnya
dia tinggalkan. Mungkin Soeharto, selama sisa hidupnya akan mengutuk devaluasi
baht, yang menjadi pemicu semua itu.
Efek bola salju
Faktor
yang mempercepat efek bola salju ini adalah menguapnya dengan cepat kepercayaan
masyarakat, memburuknya kondisi kesehatan Presiden Soeharto memasuki tahun
1998, ketidakpastian suksesi kepemimpinan, sikap plin-plan pemerintah dalam pengambilan kebijakan, besarnya utang
luar negeri yang segera jatuh tempo, situasi perdagangan internasional yang
kurang menguntungkan, dan bencana alam La Nina yang membawa kekeringan terburuk
dalam 50 tahun terakhir.
Dari total utang
luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 milyar dollar AS, sekitar 72,5
milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana
sekitar 20 milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara pada
saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 milyar dollar AS.
Terpuruknya
kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850/dollar
AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dollar AS
pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang
tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
Rupiah
yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dollar untuk membayar
utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/ 1999 yang diumumkan
6 Januari 1998 dan dinilai tak realistis.
Krisis
yang membuka borok-borok kerapuhan fundamental ekonomi ini dengan cepat
merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar
uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional dalam kesulitan besar dan
peringkat internasional bank-bank besar bahkan juga surat utang pemerintah
terus merosot ke level di bawah junk
atau menjadi sampah.
Puluhan, bahkan
ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga konglomerat, bertumbangan.
Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent atau nota bene bangkrut.
Sektor
yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi, manufaktur, dan
perbankan, sehingga melahirkan gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an,
yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja.
Akibat PHK dan
naiknya harga-harga dengan cepat ini, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan
juga meningkat mencapai sekitar 50 persen dari total penduduk. Sementara si
kaya sibuk menyerbu toko-toko sembako dalam suasana kepanikan luar biasa,
khawatir harga akan terus melonjak.
3.Evaluasi terhadap Reformasi
1998
Banyak kalangan mengangap perubahan suatu
bangsa berada pada punggung mahasiswa. Asumsi itu cukup beralasan mengingat
dalam catatan sejarah mahasiswa cukup mampu membuat dinamaika yang cukup masif
dan kemampuan intelektual yang memadai adalah kehususan yang dimiliki mahasiswa
dimata rakyat. Gejala ini kemudian membumi sedemikian hebat dan cukup
berlebihan sampai-sampai mahasiswa diplot sebagai pahlawan bangsa atau koboy yang akan turun gunung jika
terjadi kejahatan. Moralitas mahasiswa yang tercermin dalam gerakan moralnya
(moral force) diturunkan dalam bahasa praktek bahwa posisi mahasiswa adalah
agen of change dan agen of control. Ini adalah salah satu cara pandang yang
haus kita kritisi. Sebagai bagian dari kritik terhadap reformasi yang pada
prakteknya tidak sanggup menjawab perubahan yang cukup mendasar di negeri ini.
Beberapa persoalan kenapa terjadi kegagalan terhadap reformasi :
Pertama, reformasi atau perubahan kekuasaan melalui
pergantian struktur dan pelaku-pelakunya adalah tipe perubahan yang memandang
perubahan akan selesai ketika pimpinan-pimpinan negera diganti. Reformasi akan menyandarkan perbaikan
rakyat lewat suksesi presiden. Pengalaman gerakan mahasiswa dari decade 60an
sampai 98 hanya menghasilkan pergantian kursi kepresidenan dan it uterus
berulang. Perubahan secara gejala ini yang
menjadi kenyataan bahwa reformasi mengalami kegagaln untuk menyelesaikan
persoalan bangsa. Beberapa isu yang diusung dalam kampanye reformasi tidak ada
satupun sampai hari ini yang berhasil. Maka semakin jelas ketika pilihan
perjuangan ada pada reformasi pada teori perubahahannya cukup lemah dan pada
prkteknya tidak teruji sama sekali. Bisa dikatakan sekarang ini reformasi sudah
menjadi wacana yng bangrut.
Kedua, meletakkan mahasiswa sebagai kekuatan pokok
perubahan, dalam praktek 1966 dan 1998 diakui mahasiswa sanggup membuat
gelombang massa yang cukup besar Namun tidak pernah di dukung oleh kekuatan
rakyat yang hari ini nyata-nyat cukup tertindas yaitu buruh dan tani kenyataan itu adalah tamparan
yang keras bagi mahasiswa sebagai kekuatan itu tidak mampu mendobrak tatanan
lama. Harus diakui mahasiswa adalah sebagian kecil dari masyarakat secara
kuantitas.mahasiswa memiliki watak burjuis kecil yang mempunyai potensi besar untuk menhisap atau
menidas rakyat yang lainnya. Kenyataan membutikan pimpinan-pimpinan KAMI ( komite aksi mahasiswa Indonesia ) antara lain akbar
tanjung, cosmas batubara dan mar’I muhamad lebih menikmati menjadi elit politik
yang tidak lebih akan kontraproduktif dengan perjuangan rakyat. Maka menyandarkan
mahasiswa sebagai kekuatan pokok adalah analisa yang kurang tepat
Ketiga, menyerahkan kepemimpinan pada tokoh-tokoh
ciganjur yang memiliki watak bimbang dan ragu artinya pandangan terhadap
persoalan bangsa bisa selesai ketika ada pemimpin yang demoratis. Namun
kenyataan nya pemaknaan demokratis hanya akan disandarkan pada demokrasi
liberal atau demokrasi yang permukaan saja segala kebuijakan tidak berangkat
dari kepetingan, suara dan perasaan rakyat. Bukti kongkrit tokoh-tokoh ciganjur
tidak pernah berlawan terhadap pemodal internasinal yang berdominasi dinegara
kita. Tambah melakukan kerjasama. Tokoh-tokoh ciganjur tidak pernah menolak
dengan keras hutang luar negeri, lembaga lembaga donor internasional ( IMF ,ADB
, WorldBank), perjanjian WTO yang
menjerat dan merugikan negara kita. Atau
penolakan terhadap perusahaaan Trasnasional dan multinasional (TNC’s dan MNC’s) yang mengekploitasi
kekayaan dan perdagangan Indonesia.
Maka tidak seharusnyalah kepemiminan perubahan dimandatkan pada tokoh-tokoh
yang pro terhadap neoliberalisme.
4.Apa yang harus dilakukan ?
Membangun organisasi massa demokratis dan
menggalang persatuan rakyat yang
berlawan terhadap Neoliberalisme dan perjuangan demokrasi dalam negeri
Membangun
gerakan massa
demokratis.
Selama
hampir 30 tahun, indonesia
mengalami pasang surut gerakan massa
demokratis. Gerakan massa
demokratis adalah gerakan massa
yang bertujuan menuntut pemenuhan hak-hak demoratia ( kepentingan
sosial-ekonomi massanya ). Tahun 70an gerakan massa bangkit melalui beberapa momen seperti
malari tahun 1974 maupun penolakan pencalonan presiden suharto tahun 1978.
represifitas memaksa gerakn massa
tiarap. Tahun 80an gerakan massa
bangkit kemballi (kasus kedung ombo, badega, nipah dll)kemudian menghilang .
pada ahir kekuasaan suharto kembali lagi
dengan pelengsetran suharto.
Pasca reformas gerakan massa berjalan namun
dengan ekskalasi yang rendahpersoalannya belum terkosolidasikan dengan rapi.aksi-aksi
demokratis belumbertujuan pada penghancuran neoliberalisme dan perjuangan dalam
negeri kongkritnya memusnahkan sisa-sisa feodalisme. Upaya menarik dukungan
massa seluas-luasnya adalah upaya yang harus tetap digelorakan dalam membangun
gerakan massa demokratis.
Gerakan massa demoratis melawan neliberalisme
dann perjuangan domokrasi dalam negeri.
Rejim
yang memimpin indonesia
saat ini pada hakekatnya adalah rejim yang merupakan kepanjangan tangan dari
neoliberalisme . sudah menjadi watak rejim yang demikian untuk melakukan
penyelewengan kekuasaan guna mengeruk keuntungan pribadi maupun golongan.
Pemerintahan indonesia
dari tahu ke tahun tetap menghamba pada IMF atau CGI dan senantiasa tunduk pada
perjanjian yang tertuang dalam Loi (letter of inten) imbas dari perjanjian itu
yang cukup kentara adalah pemotongan subsidi publik( kesehatan, pendidikan,
BBM, TDL dan lain lain.)ini adalah salah satu kebijakan neoliberalismme anti
rakyat yang harus dilawan.
demikian pula setiap kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah tidak pernah berangkat dari keinginan mayoritas
rakyat indonisia. Ini adalah cermin dari sisa-sisa feodalisme yang yang sudah
menjadi basis struktur masyarakat tentu saja bekolaborasi dengan pemilik modal
internasional dibawah setting neoliberalisme. Adalah mutlak adanya perlawanan
terhadap neoliberalisme harus dibarengi perjuangan demokrasi dalam negeri.
Bagaiman melawan Neoliberalime ?
Lantas bagaimana cara melawannya? Rakyat atau massa adalah potensi
perlawanan yang paling kongkrit. Buruh dan tani adalah mayoritas rakyat
indonisia yang sehari-harinya digesek oleh penindasan demikian pula
kekuatan-kekuatan lain yang menjadi kekuatan pendukung seperti mahasiswa juga
terhisap oleh skema neoliberalisme. Potensi-potensi perlawanan rakyat harus
senantiasas digalang untuk mendapat daya tekan yang lebih tinggi. Persatuan rayat
antara buruh, tani, mahasisiwa, kaum miskin kota dan kalangan demokratis
lainnya yang akan membuat kayannya yaitu perubahan mendasar, perubahan yang
menghancurkan tatanan lama yang sudah usang. Oleh karena itu persatuan rakyat
yang mayoritas adalah jawaban satu-satunya terhadap persoalan bangsa selama
ini.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as