Opini al-Wa’ie Edisi 56
Perempuan Cerdas, Perempuan Pejuang Syariat
Anggun Aufiyah Adlah
Calon Ibu Rumahtangga. tinggal di Desa Mojopetung, Dukun, Gresik
Kerusakan sistem sosial saat ini tidak bisa dilepaskan dari disfungsi peran perempuan dalam perspektif Islam. Penyebabnya adalah diletakkannya perempuan, oleh Kapitalisme, dalam subordinat masyarakat. Dalam Kapitalisme, perempuan, misalnya, hanya dilihat dari angle sudut perempuan an sich, bukan dari pandangan kemanusiaan utuh yang hidup bersama laki-laki. Padahal, dalam perspektif Islam, perempuan adalah penentu warna masyarakat. Pada gilirannya, perempuan adalah penentu baik-buruknya masyarakat. Dalam paradigma inilah kita menentukan siapa perempuan yang layak disebut cerdas, atau bagaimana mencerdaskan perempuan.
Perempuan cerdas adalah perempuan yang mampu menempatkan posisinya sesuai dengan syariat Islam. Pertama, ia senantiasa terikat dengan aturan Islam; baik dalam kehidupan domestik maupun publik; individual dan sosial sekaligus. Misalnya, ia selalu bersemangat dalam mengkaji Islam, memperbanyak ibadah, berakhlakul karimah, berdakwah, dll. Bagi yang sudah berkeluarga, ia akan berbakti dan taat pada suami dan mendidik anak-anak sesuai tuntunan Islam. Dalam kehidupan publik, perempuan cerdas selalu menutup aurat dengan jilbab, tidak ber-khalwat dan tabarruj, menjaga pandangan dan mematuhi aturan kehidupan publik yang lain.
Kedua, perempuan cerdas memiliki tanggung jawab sosial dalam memperbaiki masyarakat. Di tangan perempuanlah, antara lain, tergenggam ‘nasib’ masyarakat. Oleh karena itu, Islam ‘menuntut lebih’ peran perempuan. Dalam hal ini, perempuan adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Selanjutnya, ia juga wajib membina masyarakatnya agar selalu terikat dengan syariat, menyampaikan kebenaran dan dakwah tanpa rasa takut, mengoreksi penguasa. Dengan kata lain, perempuan cerdas adalah pejuang syariat dalam kapasitas dan kodratnya sebagai perempuan.
Dengan demikian, mencerdaskan perempuan harus dilakukan dengan cara memahamkan mereka dengan syariat Islam, menjaga mereka agar selalu terikat dengan syariat Islam, dan menyadarkan mereka untuk bersama-sama menjadi pejuang syariat dalam medan dakwah, tentu dalam posisinya sebagai wanita, yang tugas utamanya adalah sebagai ibu rumahtangga.
Jadi, perempuan yang hanya mencukupkan dirinya menjadi ‘milik keluarganya’, apalagi apatis terhadap realitas sosial yang menyimpang dari Islam, perlu dipertanyakan kecerdasannya. Sebab, ‘proyek besar’, yaitu dakwah melanjutkan kehidupan Islam melalui Khilafah Islamiyah, tidak bisa ditawar-tawar lagi. ‘Proyek besar’ itu, tentu saja, membutuhkan kontribusi perempuan-perempuan cerdas, sekarang juga.
Artikel dari Hizbut Tahrir Indonesia
http://www.hizbut-tahrir.or.id
URL:
http://www.hizbut-tahrir.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid=471
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as