Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    dialog bersama syeikh surkati

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 37
    Lokasi : Malang-Indonesia

    dialog bersama syeikh surkati Empty dialog bersama syeikh surkati

    Post by admin Sat Nov 06, 2010 4:59 pm

    MAKTABAH ABU SALMA

    DIALOG BERSAMA SYAIKH AHMAD AS-SURKATI
    (Kilas balik sejarah berdirinya Jum’iyyah Al-Irsyad)

    Dialihbahasakan oleh : al-Ustadz Abu Abdirahman bin Thayyib, Lc.


    Syaikh Ahmad : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh… wahai saudaraku yang
    terhormat, aku telah datang kepada kalian dan mengeluhkan keadaan kami, bahwasanya
    pimpinan Jum’iyah di Tanah Abang yang dahulunya meminta kami datang ke Indonesia
    pada tahun 1911 untuk mengajar di sekolah-sekolah mereka, kini telah berubah sikap
    dan membenci kami. Dahulu mereka berlaku baik terhadap kami, namun sekarang
    mereka mengusir kami dan tidak mau menepati janji mereka untuk menanggung biaya
    kami pula (untuk kembali ke Makkah,
    ed.
    )

    Umar Manqusy : Benar. Wahai saudara-saudaraku, Syaikh telah datang kemari seraya
    mengeluhkan perbuatan jahat pemimpin-pemimpin Jum’iyah al-Khair sebagaimana yang
    telah kalian dengar tadi.

    Sa’id Masy’abi : Apakah yang telah anda perbuat wahai syaikh yang mulia, sehingga
    mereka berbuat jahat seperti itu kepada anda? Bukankah sebagaimana yang telah kita
    ketahui dan kita dengar bahwa mereka menghormati dan sangat memuliakan anda serta
    menjadikan anda sebagai imam sholat mereka???

    Syaikh Ahmad : Iya, benar. Dahulu mereka amat menghormatiku, bahkan mereka
    berlebihan dalam menyanjungku hingga terkadang mereka menyuruh berwudhu’ bagi
    orang yang akan berjabat tangan denganku. Karena mereka mengatakan bahwa aku hafal
    al-Qur’an, hadits-hadits dalam kutubus sittah dan pendapat madzhab yang empat.

    Sholih ‘Ubaid : Lalu mengapa sikap mereka bisa berubah drastis sekarang???

    Syaikh Ahmad : Hal tersebut terjadi karena ada sebuah pertanyaan yang diajukan
    kepadaku oleh Sayyid ‘Umar bin Sa’id Sungkar di kediaman Sayyid ‘Awwad bin Sungkar
    al-‘Urmi di Solo. Dan aku tidak tahu kalau (jawabanku tersebut) menimbulkan keresahan
    yang sangat dan kemarahan kepadaku.

    Sholih ‘Ubaid : Tapi mengapa koq bisa menimbulkan keresahan yang besar???

    Syaikh Ahmad : Tidak aneh (sebenarnya) jika mereka amat murka dengan jawabanku.
    Karena pembolehan menikah antara ‘alawiyah dengan selain ‘alawi, artinya
    menghancurkan kehormatan yang mereka warisi dan keistimewaan yang batil yang
    mereka membedakan diri dengan manusia lainnya dan (menganggap) lebih mulia
    daripada yang lain dengan sebab dakwaan mereka sebagai keturunan Rasulullah.

    Sa’id Masy’abi : Apa yang anda maksud dengan keistimewaan itu?

    Syaikh Ahmad : Ya, seperti wajibnya mencium tangan mereka, mengkultuskan kuburan-
    kuburan mereka dan mereka mengkhususkan untuk diri mereka sendiri nama-nama yang
    mentereng seperti “Sayyid” dan “Habib”, bergamis besar serta (mengkavling) barisan
    pertama dalam pertemuan-pertemuan atau dalam shof sholat mereka di dalam Masjid.
    Dengan menghilangkan keistimewaan-keistemewaan (yang dibuat-buat,
    ed.
    ) ini berarti
    sama dengan menghancurkan sumber rezeki yang mudah diperoleh tanpa kerja keras dan
    banting tulang.

    Muhammad ‘Aboud : Benar sekali, cukup bagi mereka meraup harta, uang dan
    kehormatan di antara manusia dengan menjual jimat-jimat, wirid-wirid, do’a-do’a, bacaan-bacaan maulid, manaqib-manaqib khurofat dan dengan memajang alat tasbih
    serta membesarkan surban (secara berlebih-lebihan,
    ed.
    ). Dengan cara inilah manusia
    tertipu aqidahnya dan pada akhirnya terjerumus ke dalam kesyirikan.

    Syaikh Ahmad : Bukankah perbuatan-perbuatan tersebut sangat menyelisihi kepribadian
    Rasulullah yang mana mereka mengaku sebagai keturunan beliau shallallahu ‘alaihi wa
    salam?

    Muhammad ‘Aboud : Namun, bukankah masalahnya (masalah nikah antara ‘alawiyah
    dengan non ‘alawi,
    ed.
    ) hanyalah adat istiadat belaka wahai syaikh?

    Syaikh Ahmad : Tidak, masalahnya bukan hanya adat istiadat belaka, namun ini
    mencakup masalah agama! Kita dilarang diam dalam hal ini karena Alloh Ta’ala
    berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami
    turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami
    menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan
    dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknat.” (QS Al-Baqoroh : 159).
    Aku telah ditanya tentang hukum nikah tersebut, maka akupun menjawabnya dengan
    benar sebagai bentuk rasa takutku kepada sabda Nabi Shallalahu ‘alaihi wa Salam :
    “Barangsiapa yang ditanya tentang ilmu dan dia menyembunyikannya, maka Alloh akan
    melilitkannya dengan lilitan api pada hari kiamat.”

    Para hadirin : Sungguh anda benar wahai Syaikh!!!

    Syaikh Ahmad : Jika aku menyembunyikan kebenaran dalam hal ini, maka aku telah
    mengkhianati agamaku dan kaum muslimin dengan pengkhianatan yang besar yang tidak
    diridhai Alloh dan Rasul-Nya. Dan hal tersebut tidaklah disetujui oleh kehormatanku yang
    mana aku datang ke negeri ini untuk menyebarkan Islam yang benar serta untuk
    menunjukkan kepada saudara-saudaraku kaum muslimin kepada hakikat Islam yang
    lurus. Dan aku menjumpai mereka telah amat terjerumus ke dalam kegelapan,
    kebodohan dan khurofat yang dipermainkan oleh para Dajjal (pendusta).

    Sholih ‘Ubaid : Jika anda memang benar-benar menyeru kepada kebenaran dan memang
    faham akan hakekat Islam sebenarnya, maka kami sangat membutuhkan anda untuk
    memperbaiki keadaan agama maupun dunia kami yang ‘hampa’ (dari ilmu) dan agar
    anda menunjukkan kepad kami jalan petunjuk dan kebenaran. Orang-orang Arab dan
    kaum muslimin di sini banyak yang terjerumus ke dalam jurang kebodohan dan
    kesesatan.

    Syaikh Ahmad : Wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya aku tidaklah datang ke negeri
    ini melainkan untuk tujuan yang mulia, yaitu mengajar saudara-saudaraku kaum
    muslimin tentang agama yang murni, memberantas kesyirikan yang menyesatkan dan
    kebid’ahan yang mungkar serta untuk menerangi pemikiran mereka, meskipun aku harus
    menghadapi rintangan-rintangan yang amat pahit dan bermacam-macam dari para
    penyesat, yang notabene hal ini memang harus dijalankan oleh setiap mushlihin (orang-
    orang yang memperbaiki).

    Umar Manqusy : Wahai saudara-saudaraku, bagaimana menurut kalian? Sesungguhnya ini
    adalah kesempatan emas, jangan kalian sia-siakan. Pasti kalian akan menyesal apabila
    Syaikh Ahmad dan saudara-saudaranya pulang kembali ke negara mereka. Ini artinya kita
    menyia-nyiakan diri kita dan anak keturunan kita dari perbaikan dan pendidikan yang
    bermanfaat.

    Sholih ‘Ubaid : Benar! Ini adalah kesempatan berharga yang telah disiapkan Alloh untuk
    kita, maka tidak selayaknya kita menyia-nyiakan kesempatan ini. Justru kita berharap
    mereka bisa tinggal (di negeri ini) untuk memberi manfaat kepada kita dari ilmu-ilmu
    mereka dan untuk membuka sekolah-sekolah bagi anak-anak kita dan mengajarkan
    kepada mereka agama yang benar dan bahasa Arab serta hal-hal yang menunjang dari
    mereka.
    Muhammad ‘Aboud : Apakah kalian semua setuju???

    Para hadirin : Ya kami amat setuju. Sekarang kita tanya Syaikh, apa yang harus kita
    mulai untuk mewujudkan tujuan kita yang mulia ini???

    Syaikh Ahmad : Yang pertama dan yang bermanfaat bagi kebaikan kita semua dan Islam
    adalah mendirikan jum’iyah yang berusaha dan berjuang untuk memperbaiki keadaan
    kaum muslimin secara umum dan orang-orang Arab secara khusus dan yang dapat
    menunjukkan mereka kepada kebenaran dalam ‘aqidah dan ‘ibadah mereka serta
    menyelamatkan mereka dari kesesatan para dajjal. Dan kita buka sekolah-sekolah untuk
    mengajari anak-anak mereka agama yang benar serta bahasa Arab, agar mereka bisa
    tumbuh dengan pertumbuhan Islami.

    Para hadirin : Kita amat setuju, dan sekarang kita mohon kepada Syaikh untuk
    menjelaskan kepada kami mabda’ (landasan dasar) dan pondasi jum’iyah yang kita
    butuhkan dan disetujui oleh Islam serta perkembangan zaman???

    Syaikh Ahmad : Sebelum aku memaparkan tujuan-tujuan yang merupakan pondasi bagi
    jum’iyah kita, aku ingin menyampaikan pertama kali penyakit-penyakit yang aku lihat
    dan aku dengar selama aku berada di antara kalian hampir tiga tahun lamanya. Karena
    jika kita telah mengetahui penyakitnya, maka mudah bagi kita untuk mengetahui
    obatnya, sebagaimana yang dilakukan oleh seorang dokter. Bukankah demikian??

    Salah seorang hadirin : Benar, silakan anda jelaskan penyakit-penyakit tersebut!

    Syaikh Ahmad : Aku melihat ‘aqidah kalian jauh dari Islam yang murni, yaitu tauhid, dan
    kalian telah terjerumus ke dalam jurang kesyirikan yang merupakan dosa terbesar dalam
    agama. Kalian meminta-minta di kala susah kepada kuburan-kuburan (keramat) dan
    kalian takut (kualat) kepada mereka. Kalian (lebih senang) menggunakan nama-nama
    mereka dalam bersumpah daripada nama Alloh dan kalian lebih mentaati ucapan mereka
    daripada al-Qur’an dan as-Sunnah.

    Salah seorang hadirin : Iya benar, kami dahulu meminta-minta kepada penghuni kubur
    keturunan mereka rezeki dan berbagai kebutuhan. Kami juga memanggil nama-nama
    mereka di kala ditimpa musibah dan bencana. Kami tidak mengagungkan bersumpah
    dengan nama Alloh. Demikianlah kami berbuat dengan orang-orang mati mereka seperti
    yang dilakukan oleh kaum musyrikin di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam.

    Syaikh Ahmad : Bukankah orang-orang musyrikin yang diperangi Rasulullah Shallallahu
    ‘alaihi wa Salam karena kekufuran mereka, juga mengimani eksistensi Alloh dan
    bahwasanya Dialah yang mengatur alam semesta ini. Mereka juga mengimani bahwa
    Alloh-lah Sang Pencipta, Pemberi Rezeki, Yang Menghidupkan dan Mematikan, Yang
    Mengatur alam semesta dan Yang dapat Mendatangkan Manfaat dan Mudharat?!! Tidaklah
    mereka didakwahi melainkan karena mereka mereka menyekutukan Alloh dengan selain-
    Nya dari sesembahan-sesembahan mereka yang batil dalam ibadah serta bergantung
    kepada mereka di kala susah. Mereka meminta pertolongan dan syafa’at kepada
    sesembahan-sesembahan tersebut dengan keyakinan bahwa sesembahan tersebut dapat
    mendekatkan mereka kepada Alloh dengan sedekat-dekatnya seperti yang difirmankan
    Alloh dalam az-Zumar ayat 3 :
    “Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang
    yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
    melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya".
    Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
    berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan
    sangat ingkar.”
    Mereka juga meyakini bahwa sesembahan-sesembahan tersebut dapat memberi syafa’at
    kepada mereka pada hari kiamat sebagaimana yang telah difirmankan Alloh dalam surat
    Yunus ayat 18 : “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
    kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:
    "mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah
    kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak
    (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka
    mempersekutukan (itu).”
    Mereka mentauhidkan Alloh di dalam Rububiyah namun mereka kafir di dalam Uluhiyah
    (Ibadah). Oleh karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam memerangi mereka
    dan balasan mereka adalah neraka jahanam, mereka kekal di dalamnya untuk selama-
    lamanya.

    Muhammad ‘Aboud : Jika demikian maka kami seperti mereka, walaupun kita meyakini
    dan melafalkan Laa Ilaaha illa Allohu wa anna Muhammad ar-Rasulullahi, tapi kita masih
    meminta-minta kepada penghuni kubur seperti yang dilakukan oleh kaum musyrikin
    untuk mendapatkan kebaikan dan menolak kemudharatan. Kami juga meyakini bahwa
    mereka (sesembahan-sesembahan) itu dapat memberikan kita syafa’at sama seperti
    keyakinan mereka (kaum musyrikin Quraisy,
    ed.
    ). Alangkah sesuai keadaan kami dengan
    apa yang difirmankan Alloh dalam surat Yusuf ayat 106 :
    “Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam
    keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).”

    Syaikh Ahmad : Dari aspek kemasyarakatan aku juga melihat kalian telah kembali
    kepada fanatik jahiliyah dan berbangga-bangga dengan silsilah keturunan. Dengan
    demikian, kalian telah menyimpang dari perintah Alloh untuk berlomba-lomba meraih
    ilmu dan ketakwaan seperti yang telah Ia firmankan :
    “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
    perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
    saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
    ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
    Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat : 13)
    dan firman-Nya :
    “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
    dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
    dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
    meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
    pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
    (QS Al-Mujadilah : 11)

    Muhammad ‘Aboud : Iya benar, kita telah menjadi (seperti) orang-orang Hindu yang
    memiliki banyak kasta yang berbeda. Setiap kasta berbeda dengan kasta lainnya.
    Diantara kita timbul permusuhan, peperangan dan perselisihan. Dan hal ini mencegah
    mereka untuk naik derajat dari kasta mereka dan dari menuntut ilmu yang bermanfaat
    sampai hari kiamat. Jika semangat berlomba dalam kebaikan yang diperintahkan Islam
    dalam firman-Nya : “Berlomba-lombalah dalam kebaikan” telah mati, maka bagaimana
    bisa diharapkan kebaikan umat ini. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam
    bersabda : “Bukan dari golongan kami orang yang menyeru kepada ‘ashobiyah (fanatik
    golongan). Bukan golongan kami orang yang berperang di atas ‘ashobiyah.” (HR Abu
    Dawud). Sungguh mereka telah mengharamkan kita untuk menuntut ilmu. Mereka juga
    mencegah kami untuk maju. Dan merekalah yang melarang kami membaca buku-buku
    ilmiah yang bermanfaat, melainkan buku-buku manaqib mereka yang penuh khurofat
    atau kitab-kitab fikih yang sederhana. Adapun buku-buku tafsir al-Qur’an, sejarah para
    pahlawan Islam dan sejarah Rasul yang merupakan suri tauladan, maka mereka melarang
    kami untuk membacanya.

    Syaikh Ahmad : Apakah kalian tahu, mengapa mereka mengharamkan kalian untuk
    mencari ‘ilmu dan membaca buku-buku yang bermanfaat?? Semua itu karena mereka
    takut pemikiran-pemikiran kalian menjadi cemerlang sehingga kalian tahu kebenaran
    dan tersingkaplah kebatilan-kebatilan mereka yang akhirnya kehormatan mereka
    menjadi sirna.
    Salah seorang hadirin : Aku melihat, kita hanya menyalahkan kelompok ini saja dan
    diam dari yang lain yang juga sombong dengan kefanatikannya. Bahkan mereka
    memperlakukan orang yang berada di bawah mereka dengan kezhaliman. Siapakah yang
    anda maksud? Apakah kabilah-kabilah dan orang-orang yang memegang senjata itu???

    Sholih ‘Ubaid : Engkau benar, semua itu akibat kebodohan dan kekuatan senjata mereka
    untuk menjaga negara. Mereka masih diharapkan untuk kembali kepada kebenaran,
    karena fanatiknya mereka bukan karena keyakinan agama dan aku termasuk di antara
    mereka.

    Syaikh Ahmad : Engkau benar, tahukah apa maksudnya???

    Para hadirin : Tafadhdhal jelaskan kepada kami, terima kasih!!!

    Syaikh Ahmad : Nenek moyang mereka meyakini bahwa kemuliaan mereka itu sudah ada
    dari dzatnya secara alami, bukan dicari-cari, dan orang selain mereka adalah budak
    mereka. Mereka berdalil dengan hadits : “Siapa saja yang menjadikanku sebagai Maula
    (tuan) maka ‘Ali adalah Maulanya.” Hal ini seperti yang difatwakan oleh ‘Umar al-
    Aththas di Singapura pada tahun 1323 H dan telah dibantah oleh Sayyid Rasyid Ridha
    dalam majalah beliau al-Manar jilid VIII.

    Salah seorang hadirin : Bisakah anda menjelaskan bantahan tersebut???

    Syaikh Ahmad : Al-‘Allamah as-Sayid Ridho al-Husaini berkata, “Sesungguhnya kata
    Maula dalam hadits di atas maksudnya adalah ‘penolong’, seperti yang dikatakan oleh
    al-Jauhari dalam kamus ash-Shohihah, dan secara bahasa maknanya adalah ‘teman’,
    ‘kerabat’, ‘tetangga’, ‘sekutu’, ‘budak’, ‘tuan yang memerdekakan’. Bagaimana bisa
    kita melangkahi makna-makna di atas dan mengatakan bahwa manusia adalah budak
    keturunan ‘Ali (Ba’alawi)??? Apakah Abubakar, ‘Umar, ‘Abbas (dari kalangan sahabat)
    dan kaum muslimin yang lain sebagai budak ‘Ali semasa hidup beliau??? Perhatikanlah
    wahai orang-orang yang berakal!!! Bagaimana mereka bisa memainkan al-Qur’an dan
    menyimpangkan maknanya dengan alasan menyusuri jejak beliau?!! Sesungguhnya ini
    adalah bentuk mengekor kepada hawa nafsu dan menjauh dari kebenaran. Alangkah
    beraninya mereka kepada Alloh dan agama-Nya. Kalian orang-orang Arab asli, penjaga
    negeri dan tuannya, tapi kami melihat kalian menjadi terhina dengan mencium tangan
    anak-anak kecil mereka, demikian pula dengan para ibu-ibu. Dimanakah kepribadian
    Arab Islam kalian??? Mereka melebihi kalian dalam memakai pakaian mewah, penampilan
    dalam pertemuan-pertemuan dan mereka dipersilahkan menempati shaff terdepan
    ketika di masjid-masjid (walaupun datang terlambat,
    ed.
    ). Mereka mengistimewakan diri
    dengan gelar-gelar Sayyid dan Syarif dan mengharamkannya bagi Hadharim (orang-orang
    Hadhramaut) secara khusus. Adapun selain Hadharim maka tidak ada larangan. Kalian
    hanya dicukupkan dengan nama-nama yang ditashghirkan seperti Humaidaan dan Duqail.
    Sesungguhnya gelar Syarif dalam bahasa, bisa diberikan kepada setiap orang, bahkan di
    negara-negara Arab seperti Syiria dan Libanon, orang-orang Yahudi dan Nasrani juga
    digelari sayyid.

    Para hadirin : Cukup… cukup, jiwa kami terasa sempit karena malu dan menyesal. Wajib
    bagi kami untuk segera bertaubat dan memperbaiki keadaan. Maka jelaskan kepada kami
    sekarang –wahai Syaikh- mabda’ jum’iyah yang hendak anda dirikan!!!

    Syaikh Ahmad : Tujuan-tujuan dan mabda’ Jum’iyyah Al-Irsyad adalah sebagai berikut :
    1. Perbaikan ibadah yang wajib, pembersihan dari bid’ah dan khurofat serta
    kebatilan, dan kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih.
    2. Perhatian yang serius terhadap pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa agama dan
    kunci di dalam memahami al-Qur’an dan al-Hadits.
    3. Menyebarkan ilmu yang bermanfaat, baik yang berkaitan dengan agama dan dunia
    serta menanamkan pendidikan yang islami dan akhlak yang mulia. 4. Menyebarkan persamaan dan memerangi diskriminasi dan berbangga-bangga
    dengan silsilah nenek moyang serta fanatik golongan yang dilarang sebagai
    manifestasi firman Alloh : “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
    adalah yang paling bertakwa..” (QS Al-Hujurat : 13).
    5. Memerangi adat yang batil dan menyelisihi agama.
    6. Memelihara anak yatim, mengobati orang yang sakit dan menolong orang-orang
    yang miskin.
    7. Mempersatukan barisan di atas perintah Alloh dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alahi wa
    Salam sebagai manifestasi terhadap firman Alloh : “Orang-orang beriman itu
    Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
    kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
    rahmat.” (QS Al-Hujurat : 10) dan sebagai manifestasi hadits Nabi Shallallahu
    ‘alahi wa Salam : “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan satu
    jasad. Apabila satu anggota tubuh mengeluh sakit maka semuanya akan merasa
    demam dan tidak dapat tidur.”

    Para hadirin : Alangkah mulianya tujuan dan mabda’ ini, semoga Aloh menolong kita
    dalam mewujudkan hal ini.


    (Sumber : Manuskrip tulisan tangan yang dipegang oleh al-Ustadz al-Walid Abdul Qadir bin Abdil Karim at-
    Tamimi yang dirangkum oleh : al-Ustadz Muhammad Munif dan ditulis kembali oleh : al-Ustadz Muhammad
    Bawazir)




    HOME >>>





      Waktu sekarang Mon Nov 25, 2024 1:43 am