Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    makalah ansos

    sumanto
    sumanto
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Libra Jumlah posting : 123
    Join date : 03.07.10
    Age : 58
    Lokasi : di belakangmu

    makalah ansos Empty makalah ansos

    Post by sumanto Wed Jul 07, 2010 3:19 pm

    ANALISIS
    SOSIAL



    KONSEPSI
    DAN LINGKUP PENGGUNAANNYA[1]



    Ayi
    Bunyamin[2]








    Pendahuluan





    Kemiskinan
    dan terpinggirnya kaum perempuan merupakan masalah terbesar di Indonesia
    sekarang ini. Sebagai fakta obyektif yakni masyarakat laki-laki dan perempuan
    berada dalam situasi serba kekurangan, semua orang mengakuinya. Sebagai fakta
    yang dianggap kurang baik ini, semua orang sepakat pula untuk mengatasinya.
    Tetapi, dalam hal sebab-sebab kemiskinan dan terpinggirnya kaum perempuan itu,
    tidak setiap orang memiliki kesamaan pandangan. Dalam hal memandang
    fakta/realitas dan menelusuri sebab-sebab fakta/realitas itulah yang disebut
    analisis.






    Setiap
    orang dalam seluruh sejarah hidupnya
    melakukan analisis. Jadi, analisis termasuk analisis sosial bukan
    merupakan suatu ilmu atau cara baru dan istimewa.Pokok bahasan dalam
    mengulas tentang analisis sosial ini terletak pada relevansinya dan atau
    kegunaannya bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin laki-laki dan
    perempuan yang masih merupakan lapisan terbesar dari penduduk di republik ini.






    Oleh
    karena itu, pertanyaan bagi kita, analisis sosial seperti apakah yang dapat
    berguna dan sungguh penting bagi upaya mengatasi masalah yang dihadapi oleh
    masyarakat miskin dan kaum perempuan agar mereka dapat menjadi lebih baik?
    Terlebih lagi dalam situasi sekarang, masyarakat miskin ini menjadi lebih parah
    karena telah dikorbankan secara terus menerus.






    PembangunanVersus Transformasi Sosial





    Unsur yang paling menyolok dari sejarah pembangunan di
    Indonesia adalah adanya suatu komitmen, suatu obsesi, untuk melangsungkan
    modernisasi. Sampai saat ini pembangunan di Indonesia diartikan sebagai
    perubahan dari masyarakat tradisional agraris menjadi masyarakat industrial
    moderen. Ilmu-ilmu sosial yang berkembang pun,
    mengandaikan bahwa ada satu atau lain tahap evolusi sosial yang pasti
    akan dilalui oleh setiap masyarakat. Masyarakat “maju”, yang telah memiliki
    tahap lebih jauh dalam kemajuan sosial diandaikan memiliki pengetahuan dan
    kebijaksanaan yang besar, yang harus dimiliki oleh masyarakat “terbelakang”
    agar dapat maju.[3]






    Makna perubahan ini mendapat banyak kritik karena
    selalu mengandaikan terjadinya perubahan pada tingkat sikap dan mental
    seseorang di satu pihak; memberikan
    peluang untuk terjadinya penindasan baik secara struktural maupun kultural di
    pihak lainnya. Proses pembangunan ini menampilkan bentuknya pada kekuasaan
    segelintir orang dan peminggiran sebagian besar lainnya termasuk perempuan.
    Akibatnya, terjadi ketimpangan dalam pemilikan akses dan kontrol terhadap
    sumber daya, yakni segelintir orang memiliki dan menguasainya, sementara
    sebagian besar justru semakin melemah.






    Kasus-kasus seperti: pencemaran dan penghancuran
    lingkungan, kekerasan termasuk kekerasan terhadap perempuan, penggusuran,
    penyeragaman, dan lain-lainnya, pada
    dasarnya merupakan proses pemiskinan, yang muncul sebagai akibat pembangunan dan moderniasi.
    Masyarakat Indonesia pasca kolonial masih dihadapkan pada besarnya lapisan
    masyarakat miskin, tetapi masyarakat miskin itu oleh pembangunan secara sistematis
    semakin disingkirkan. Ini merupakan
    proses pemiskinan.






    Pada mulanya pembangunan dan moderniasi dianggap akan
    mampu memberikan jawaban terhadap kemiskinan tetapi kenyataanya gagasan dan
    strategi ini telah gagal dalam memenuhi janjinya, bahkan telah menjadi penyebab
    munculnya ketimpangan kehidupan sosial kemasyarakatan, dan hadirnya krisis yang
    berkepanjangan seperti yang kita rasakan sekarang ini.






    Pembangunan dan modernisasi tidak hanya menjadi
    strategi, tetapi sudah merupakan ideologi. Permasalahan dasarnya adalah ketidak
    adilan karena: melanggengkan struktur ekonomi yang terpusat dan menguatkan
    proses dominasi budaya dan pengetahuan, memperkokoh penindasan dan diskriminasi
    politik, gender, serta mempercepat pengrusakan lingkungan. Secara singkat dapat
    dikatakan bahwa pembangunan dan modernisasi adalah sebuah sistem/tatanan yang
    secara ekonomi otoriter dan eksploitatif, secara politik represif, dan secara
    budaya dominatif[4].






    Pandangan kita terhadap fenomena ini mendorong kita untuk menawarkan alternatif pandangan,
    yang memungkinkan terjadinya perubahan situasi sehingga lebih adil. Kemudian
    lahir pemikiran‑pemikiran alternatif antara lain: berkembang pemikiran yang memberi peran kepada individu bukan hanya sebagai subyek,
    melainkan sebagai aktor yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber
    daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya.






    Istilah Trasnformasi yang banyak disebut merupakan
    terminologi yang dipahami sebagai sebuah penolakan terhadap ideologi
    pembangunan dan modernisasi yang telah terbukti kekuatan penghancurnya.
    Pemikiran ini meyakini bahwa keberhasilan pembangunan hanya akan terjadi
    apabila dilaksanakan bersama dengan rakyat, bertumpu pada kekuatan‑kekuatan
    lokal. Proses pembangunan yang dimaksud oleh pemikiran ini adalah mengupayakan
    transformasi struktural dan juga kultural, sehingga situasi akan berubah secara
    mendasar, yakni menguatnya akses (kesempatan menggunakan) dan kontrol (hak
    untuk menentukan penggunaan, dan ketentuan itu berlaku bagi yang lain) atas
    sumber daya ekonomi, politik, budaya. Dengan demikian transformasi sosial
    merupakan alternatif terhadap pembangunan dan modernisasi, karena membebaskan
    dari segala bentuk penindasan, dominasi, represi, dan diskrimansi.






    Karena upaya transformasi sosial adalah
    pembebasan maka, hal ini merupakan
    gerakan melalui lingkar aksi dan refleksi. Secara metodologis kegiatan
    pembebasan merupakan suatu rangkaian langkah‑langkah : memahami, mengkritik
    serta menyusun dan bertindak.






    Secara lebih rinci, Galtung menegaskan: bahwa kita
    membutuhkan konsep dan teori untuk bisa menilai data, tetapi kita juga
    membutuhkan nilai‑nilai supaya bisa mengevaluasi secara kritis realitas, dan
    kita membutuhkan nilai‑nilai maupun konsep teoritik untuk menyusun suatu toeri
    yang berlandaskan kenyataan. Secara ringkas kerangka kerja ini adalah kaitan
    antara teori‑data‑nilai. Lebih lanjut Galtung menulis mengenai kaitan antara
    data‑teori‑nilai: Pertama, merumuskan masalah (dari masa lampau) berdasarkan
    data. Data‑data yang ada dibandingkan dengan teori (empirisme). Kedua,
    membandingkan data yang berkaitan dengan masalah aktual dengan nilai‑nilai
    secara kritis (kritisisme). Ketiga, mengkaitkan nilai‑nilai dengan teori
    sebagai usaha memahami realitas secara konstruktif sebagai strategi untuk masa
    depan.[5]
    Persoalan kemudian, bagaimana kerangka kerja itu dapat diterjemahkan pada
    konteks gerakan (operasionalisasi)? Pertanyaan di atas secara lebih konkrit
    dapat ditulis: metode seperti apa yang mampu mewujudkan kerangka kerja tersebut
    pada situasi yang sedang diupayakan untuk diubah?









    Analisis
    Sosial Sebagai Metodologi Praktis






    Menggulirkan transformasi sosial, merupakan upaya yang
    berdasarkan orientasi pemberdayaan rakyat karena diagendakan demi perbaikan
    situasi, agar rakyat laki-laki dan perempuan tidak tertinggal lagi oleh proses
    pembangunan. Rakyat dapat meningkat kesejahteraannya, tetapi juga untuk dapat
    menjaga keberlangsungannya maka, dibutuhkan penguatan dalam hal akses rakyat
    terhadap sumber daya yang ada, mengembangkan sikap kritisnya, dan membangun
    organisasi, serta menguatkan kuasanya.
    Dengan demikian, pergulatan kepentingan untuk mewujudkan kebutuhan dan
    pembelaan kepentingan rakyat dapat dilakukan
    oleh rakyat sendiri.






    Untuk dapat mencapai situasi yang telah disinggung di
    atas, kita membutuhkan perangkat-perangkat praktis untuk dapat memahami situasi
    bersama dengan rakyat, kemudian bersama-sama rakyat itu kita melawan dan
    mengubah situasi yang melaingkari. Proses reformasi yang digaungkan sekarang
    menjadi peluang untuk secara konkrit mengusulkan perubahan-perubahan system dan
    mekanisme agar orientasi dasar pemberdayaan rakyat ini dalam seluruh gerakan
    dapat dilaksanakan.






    Perangkat-perangkat
    praktis ini harus dapat menjawab tantangan dan tidak hanya berhenti pada
    pencapaian sebuah pemahaman situasi, tetapi yang dapat bergulir dalam proses
    pengorganisasian rakyat. Perubahan situasi tidak mungkin dapat terwujud tanpa
    sebuah pengorganisasian.






    Akan
    tetapi, perangkat yang kita butuhkan bukan perangkat yang baku sehingga seluruh
    realitas itu dipetakan dengan kerangka kita, justru sebaliknya kita membutuhkan
    sebuah kerangka yang terbuka peluangnya untuk selalu berkembang mengikuti
    perkembangan realitas.





    Analisis Sosial dan Lingkup Penggunaannya







    Melakukan
    analisis sosial berarti memahami struktur sosial. Kita ketahui bahwa orang
    hidup dalam masyarakat saling berinteraksi. Interaksi ini didasari dan terus
    diarahkan oleh nilai-nilai bersama, norma-norma yaitu standar tingkah laku, hak
    dan kewajiban tiap individu, dan akhirnya sangsi. Dasar dan arah umum interaksi
    inilah kita mengerti sebagai kultur. Interaksi antar individu juga diatur
    dengan tujuan khusus. Interaksi dengan tujuan memenuhi kebutuhan kehidupan
    keakraban diatur dalam institusi keluarga. Interaksi dengan tujuan memenuhi
    kebutuhan hidup diatur dalam institusi ekonomi. Interaksi dalam hubungannya
    dengan yang Illahi diatur dalam institusi agama. Keseluruhan interaksi dalam
    masyarakat umumnya agar bisa terjamin dan pasti diadakanlah institusi politik.
    Institusi-institusi itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Kadar
    saling berhubungan dan saling mmpengaruhinya, serta manakah institusi yang
    paling berpengaruh harus dilihat langsung dalam masyarakat. Keseluruhan
    institusi serta saling berhubungannya satu sama lain itulah yang disebut struktur
    sosial.[6]






    Analisis
    Sosial dapat diartikan sebagai usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap
    tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan historis dan strukturalnya.
    Analisis sosial ini berperan sebagai perangkat yang memunkginkan kita menangkap
    dan memahami realitas yang sedang kita hadapi.






    Analisis
    sosial menggali kenyataan dari berbagai dimensi. Kadang-kadang memusatkan diri
    pada masalah-masalah khusus seperti kekerasan terhadap perempuan, pengangguran
    atau kelaparan. Dalam kesempatan lain berpusat pada kebijakan-kebijakan yang
    tertuju kepada masalah Hak Pengusahaan Hutan, Konversi lahan, Teknologi
    Pertenian, program-program bantuan pangan. Analisis sosial memungkin seseorang
    menyelidiki lebih jauh struktur dari lembaga-lembaga ekonomi, politik, sosial
    dan kebudayaan, karena dari struktur lembaga-lembaga itulah muncul
    masalah-masalah dan ke sana pula berbagai kebijakan tertuju.






    Dengan
    menjangkau dimensi di balik pokok persoalan, kebijakan-kebijakan dan struktur,
    analisis sosial pertama-tama memusatkan diri pada sistem-sistem. Pada
    sistem-sistem itu juga terdapat berbagai dimensi. Kita dapat berbicara tentang
    bentuk ekonomi dari sebuah sistem sosial sebagai bagian fungsional yang berbeda
    atau disebut subsistem. Akhirnya, kita dapat menganalisis sistem sosial menurut
    tingkatannya: aktor-aktor penting/berpengaruh, kelompok-kelompok utama,
    komunitas-komunitas lokal, pasar, negara, bangsa dan bahkan dalam arti sistem
    dunia.






    Sistem
    sosial perlu dianalisis baik menurut waktu (analisis sejarah) maupun menurut
    ruang (analisis struktur). Analisis sejarah adalah pengenalan tentang
    perubahan-perubahan sistem sosial dalam kurun waktu. Sedang analisis struktural
    menyajikan bagian yang representatif dari kerangka kerja sebuah sistem
    tersebut. Dalam analisis kita dapat membedakan antara dimensi-dimensi obyektif
    dan subyektif realitas sosial[7]. Dimensi obyektif mencakup
    berbagai organisasi, pola-pola perilaku, lembaga-lembaga yang memuat
    ungkapan-unagkapan struktural secara eksternal. Sedang dimensi subyektif
    menyangkut kesadaran, nilai-nilai dan ideologi. Unsur-unsur di atas harus
    dianalisis untuk memahami berbagai asumsi yang aktif bekerja dalam situasi
    sosial yang ada.






    Meskipun
    analisis sosial biasanya “merinci” realitas sosial, tetapi realitas tersebut
    sungguh lebih kompleks daripada gambaran yang disajikan oleh proses analisis.
    Tak pernah sebuah analisis sosial persis cocok dengan model yang asli dan
    ideal. Oleh karena itu, maksud analisis sosial ini bukan untuk mencocokkan
    realitas ke dalam kotak-kotak analisis yang telah dibentuk sebelumnya. Lebih
    dari itu tujuannya ialah untuk membiarkan kerangka kita dikembangkan oleh
    kekayaan realitas tersebut.






    Batas-batas
    Analisis






    1. Analisis sosial tidak dirancang untuk menyediakan sebuah
    jawaban langsung atas pertanyaan “apa yang kita perbuat?”. Jawaban atas
    pertanyaan itu merupakan tugas strategi atau perencanaan. Analisis sosial hanya
    membuka konteks, dimana sebuah program bagi perubahan situasi dapat
    diperlihatkan, tetapi tidak menyajikan “blueprint” bagi tindakan. Analisis
    sosial menjadi semacam diagnosa yang menjadi prasyarat penting untuk
    penyembuhan “penyakit-penyakit sosial” dan fisik. Meskipun tidak dengan
    sendirinya memberikan penyembuhan itu. Analisis yang sangat mendalam tentang
    situasi sosial tidak menyajikan pemecahan-pemecahan pragmatis secara langsung,
    tapi ia menyajikan parameter yang luas di mana strategi-strategi dan
    taktik-taktik dapat diajukan. Pemahaman batas ini penting, karena analisis
    sosial bukan monopoli kaum profesional. Kaum profesional atau para ahli itu
    berguna hanya sejauh mereka menyingkapkan konteks situasi yang lebih luas dan
    melatih orang-orang setempat menggunakan perangkat ini. Di atas segalanya,
    orang-orang setempat sendirilah yang harus melakukan pendekatan-pendekatan
    khusus terhadap masalah sosial dan langkah-langkah konkret ke arah pemecahan.
    Hanya merekalah yang telah mengalami situasi konkret. Keahlian mereka dalam
    merancang solusi-solusi harus selalu dihormati dan diperhitungkan.



    2. Analisis sosial bukan monopoli kaum intelektual. Setiap hari
    kita semua menggunakan perangkat ini dalam berbagai cara. Kita menggunakannya
    kalau kita mengaitkan sebuah masalah atau peristiwa pada yang lain. Atau juga
    kalau kita memilih sebuah langkah tindakan ketimbang langkah yang lain.



    3. Ketiga, analisis sosial bukan perangkat yang “bebas nilai”.
    Pokok ini sangat penting diperhatikan. Analisis sosial bukan sebuah pendekatan
    netral, atau sudut pandang yang semata-mata ilmiah dan objektif terhadap
    realitas. Memang kita harus berusaha bersih, tepat, logis dan beralasan.
    Tetapi, dalam pemilihan masalah, cara pendekatan, pertanyaan-pertanyaan dan
    dalam keterbukaan pada hasil analisis, kita mengungkapkan nilai-nilai dan
    prasangka kita. Kita tak pernah memasuki analisis tanpa sebuah komitmen yang
    mendahului, baik implisit maupun eksplisit.






    Kesulitan-kesulitan
    analisis






    1. Masyarakat berkembang makin kompleks. Era Rezim Orde Baru
    Soeharto, berganti ke era rezim “Reformasi” sampai sekarang, merupakan
    jalinan-jalinan yang ruwet dari manusia-manusia, institusi-institusi,
    jaringan-jaringan kerja, birokrasi dan mesin-mesin. Kompleksitas tersebut
    membuat kita merasa hampir tak berdaya. Upaya menganalisis kompleksitas itu
    dapat menyebabkan kita merasa lebih bingung lagi. Kita ketakutan, kita resah,
    dan lain-lain perasaan. Dalam situasi seperti ini bisa jadi kita mengalami
    “kelumpuhan analisis”.



    2. Perubahan terus-menerus masyarakat pun membuat sulit melakukan
    analisis. Analisis di masa kemarin mungkin tak lagi cocok/pas hari ini.
    Perubahan-perubahan di hari esok mungkin menggagalkan asumsi-asumsi kita hari
    ini.



    3. Ketiga, memasuki analisis sosial berarti memasuki bidang
    masalah yang menjadi sengketa. Adanya sengketa itu akan membuat tugas kita
    lebih berat dan sukar. Dengan menempatkan diri dalam suatu visi masyarakat,
    kita akan berinteraksi dengan berbagai gerakan sosial dan politik, yang
    beberapa diantaranya saling bertentangan secara keras.






    Oleh
    karena itu, dengan tiga alasan tersbut, analisis sosial sebenarnya merupakan
    sebuah tugas yang sulit, rumit, tak pernah selesai dan selalu kontroversial.
    Pertanyaannya untuk kita, mengapa mersti bersusah payah? Apakah dan mengapakah
    analisis sosial sungguh penting?. Jawaban atas pertanyaan ini, kembali kepada
    latar belakang sejarah yang sudah di ulas di muka.






    Unsur-unsur
    Analisis






    Dalam
    melakukan analisis sosial, kita menyelidiki sejumlah unsur masyarakat,
    diantaranya :






    1. Sejarah


    Sejarah
    merupakan unsur penting dalam analisis, dari mana kita berangkat dan ke mana
    kita pergi. Memandag sejarah secara serius adalah langkah membebaskan karena
    berarti menempatkan kejadian yang sedang berlangsung dan berbagai tantangan
    dalam sebuah perspektif. Sejarah merelatifkan apa yang dekat dan menempatkan
    kita pada konteks yang lebih luas dengan memperjelas masa lalu serta menawarkan
    wawasan bagi masa depan. Pendekatan yang tidak menyejarah pada dasarnya
    berorientasi kemapanan karena mengangkap apa yang kini lepas dari konteks, dan
    memperlakukan sebagai satu-satunya yang mutlak.









    2. Struktur


    Analisis
    secara tejam berusaha mengenali struktur-struktur masyarakat kita,
    institusi-institusi di mana kita melaksanakan kehidupan sosial kita.
    Struktur-struktur sosial tersebut merupakan kenyataan yang harus dipahami jika
    kita menghendaki efektivitas tindakan kita bagi keadilan. Pertama, kita
    akan melihat struktur ekonomi masyarakat: institusi bisnis dan
    perdagangan, esktor industri dan pertanian. Struktur ekonomi menentukan pola
    dasar produksi, distribusi, transaksi dan konsumsi dalam suatu masyarakat.
    Dalam era rezim Soeharto sangat nyata pola produksinya teknologi tinggi dan
    padat modal, langkah distribusinya monopoli, syarat transaksinya pakai pinjaman
    berbunga, pola konsumsinya boros dan menguras sumber yang lanka. Kedua,
    Struktur politik
    masyarakat yang merupakan pemusatan kekuasaan dalam sebuah
    masyarakat. Struktur itu mungkin merupakan struktur formal dari aparat
    pemerintahan daerah, pusat, atau yang tidak formal seperti kelompok-kelompok,
    jaringan kerja organisasi, lobi-lobi kepentingan, kelas-kelas sosial,
    serikat-serikat perdagangan, koalisi-koalisi. Analisis sosial terhadap struktur
    politik membantu kita untuk menentukan di mana dan oleh siapa
    keputusan-keputusan kunci dibuat, bagaimana partisipasi rakyat berlangsung, dan
    bagaimana prospek pembuatan keputusan itu. Ketiga, kita perlu juga menganalisis
    struktur budaya yang berperan sebagai basis institusional berbagai
    cita-cita, mitos dan simbol-simbol masyarakat. Selanjutnya, analisis sosial ini
    perlu melihat hubungan antara struktur-struktur tersebut.






    3. Pembagian Masyarakat





    Analisis
    sosial memungkinka kita untuk melihat lebih jelas pembagian masyarakat menurut
    ras, etnis, gender, wilayah dan lain-lainnya. Suka atau tidak, pembagian itu
    merupakan kenyataan yang kita hadapi. Pentingnya mengenali pembagian-pembagian
    tersebut, karena dua alasan: pertama, akibat peristiwa tertentu dalam situasi
    sosial (contoh: krisis yang sekarang sedang kita hadapi) mempengaruhi seluruh
    masyarakat dengan cara yang tidak sama; kedua, jika saling bertentangan,
    beberapa pembagian dalam suatu masyarakat majemuk seperti di Indonesia dapat
    menjadi kekuatan yang “mengacaukan” proses perubahan.









    4. Tingkat dan derajat permasalahan





    Dalam
    analisis perlu memperhatikan bahwa masalah-masalah terjadi dalam berbagai
    tingkatan (lokal, regional, nasional dan internasional). Kerangka kerja yang
    dipilih analisis sosial akan menunjukkan tingkat permasalahan tersebut. Bahkan,
    kerangka itu akan mengungkapkan hubungan antara berbagai tingkat masalah.
    Pemahaman tentang tingkat dan derajat permasalahan ini sungguh penting,
    sehingga pada kegiatan berikutnya yaitu menentukan agenda aksi, menjadi jelas
    bahwa aksi dan strateginya itu perlu dilakukan pada tingkatan tertentu.






    Demikian,
    uraian singkat tentang analisis sosial yang mengandung berbagai keterbatasan,
    dan selain itu merupakan usaha yang sulit dan rumit. Tetapi, analisis ini
    sungguh penting untuk dapat memberikan arah dalam sebuah perubahan yang
    dicita-citakan bersama, arah untuk melakukan perlawanan terhadap situasi yang
    selama ini membungkam rakyat, menindas rakyat, dan mendominasi dan memaksa
    rakyat.






    Perubahan-perubahan
    situasi akan memberikan keluasan dan pengayaan terhadap analisis sosial, karena
    analisis sosial merupakan sebuah kerangka yang terus menerus harus sesuai
    dengan konteks, tetapi lebih dari pada itu, analisis sosial bukan hanya
    memberikan pemahaman terhadap situasi yang sedang kita hadapi, tetapi merupakan
    langkah awal bagi sebuah pengorganisasian demi perubahan situasi.









    Agenda
    Masa Depan






    Berbagai
    krisis yang mulai kelihatan sejak pertengahan tahun 1997 belum memberikan
    tanda-tanda akan berakhir. Tetapi berbagai manipulasi sejak Orde Baru sampai
    sekarnag sudah mulai terbongkar. Meskipun demikian, bukan berarti sudah
    berakhir karena mekanisme dan struktur yang sudah terbentuk selama 32 tahun itu
    tidak begitu saja dapat diubah dalam waktu cepat, beberapa hari atau beberapa
    bulan. Mungkin, kalau seluruh upaya perubahan yang sekarang sedang
    dikumandangkan melalui gerakan reformasi cukup konsisten mengutamakan
    kepentingan rakyat dalam arti selalu berdasarkan pada orientasi pemberdayaan
    rakyat dengan berbagai persfektifnya termasuk persfektif keadilan gender, dalam beberapa tahun dapat teratasi.






    Agenda
    reformasi ini sangat banyak, menyangkut berbagai sektor dan di berbagai
    tingkatan. Era refomasi sebagai sebuah peluang untuk menggulirkan “pembangunan”
    yang berorientasi pemberdayaan rakyat perlu segera mendapat tanggapan. Agar
    rakyat miskin yang selama ini selalu dirugikan benar-benar merasakan
    manfaatnya.






    Perubahan
    bergerak dengan cepat, dan oleh karena itu dituntut untuk bekerja secara cepat
    pula. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi rakyat perlu diidentifikasi
    kembali, agar lebih mudah dalam merumuskan agenda aksi reformasi sekarang ini.
    Idnetifikasi kebijakan-kebijakan yang menghambat rakyat di semua tingkatan
    perlu kita kenali pula. Tidak seluruh perubahan kebijakan di tingkat pusat
    terkait langsung dengan perubahan situasi di tingkat regional dan lokal.






    Oleh
    karena itu, reformasi sekarang ini juga harus menyangkut reformasi sektoral, regional atau wilayah, golongan dan
    kelas. Karena selama pembangunan yang dilaksanakan oleh rezim Soeharto ini
    telah melahirkan ketimpangan yang tidak hanya menyangkut ketimpangan sosial,
    gender, tetapi juga ketimpangan di tingkat sektoral dan ketimpangan antar
    wilayah, serta antar kelas dan golongan.






    Menjadi
    semakin benderang, bahwa analisis situasi semakin mendesak untuk segera
    dilakukan. Agenda-agenda reformasi yang langsung berkaitan dengan kepentingan
    dan kebutuhan rakyat perlu dirumuskan dan dijadikan materi untuk dijadikan
    bahan-bahan perumusan kebijakan di berbagai tingkatan.






    Identifikasi
    agenda-agenda rakyat untuk reformasi ini sangat mendesak karena, kecenderungan
    yang dapat diamati sekarang perjuangan reformasi lebih banyak menekankan
    dimensi-dimensi politik pada tingkat yang lebih besar. Sementara aspek-aspek
    yang secara langsung terkait dengan kepentingan rakyat seperti
    kebijakan-kebijakan sektoral dan pada tingkatan wilayah kurang mendapat
    perhatian.






    Jadi,
    analisis sosial yang disampaikan ini menjadi sebagai sebuah agenda mendesak
    yang perlu segera dilakukan demi kepentingan rakyat yang telah terblokade
    selama pembangunan dilaksanakan di Indonesia.






    Mendesak
    pemerintah untuk melakukan perubahan kebijakan seraya menawarkan
    alternatifnya perlu segera dilakukan.
    Bersamaan dengan itu, pengorganisasian rakyat menjadi kunci agar reformasi ini
    terus menerus dapat bergulir. Dengan demikian, upaya pembelaan dan perlindungan
    kepentingan rakyat semakin intensif dilakukan, bersamaan dengan itu upaya
    bersama-sama rakyat melawan dan mengubah situasi yang telah memblokade mereka
    juga dilakukan.









    Salam
    Transformasi
















    [1] Tulisan ini diperbaharui dari tulisan sebelumnya yang pernah
    disampaikan pada Pertemuan Pendidikan Fasilitator Pendidikan Msyawarah,
    Sekretariat Bina Desa di Ngawi, dan Cisalak,
    Subang













    [3] Lihat Walter Fernandes dan Rajesh Tandon dalam bukunya,
    Participatory research and evaluation, Hal. 94-106






    [4] Lihat Mansour Fakih, dalam makalahnya berjudul “ Gerakan perempuan
    dan pembangunan”.






    [5]. Galtung, The Tru Worlds: A
    Transnational Perspektive, Hal. 134






    [6] Lihat Suryawasita, dalam buku Kemiskinan dan Pembebasan, Kanisius,
    Yogyakarta, 1987






    [7] Joe Holland dan Peter Henriot, Analisis Sosial dan Refleksi
    Teologis, kaitan iman dan keadilan, Kanisius, Yogyakarta, 1986

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 4:49 am