Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    skill leadership

    sumanto
    sumanto
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Libra Jumlah posting : 123
    Join date : 03.07.10
    Age : 59
    Lokasi : di belakangmu

    skill leadership Empty skill leadership

    Post by sumanto Wed Jul 07, 2010 3:02 pm

    BUKU SERI KEPIMPINAN















    Membangun Skil
    Kepemimpinan:
    Cara Memberdayakan
    dengan Metode
    Kepemimpinan
    Situasional





    Pendahuluan
    Pernahkah Anda melihat seorang pemimpin yang penuh
    pengabdian. Ia bekerja siang dan malam, bahkan sampai
    melalaikan istri dan anak-anaknya. Ia juga tidak
    mempersoalkan fasilitas yang tersedia, apalagi fasilitas bagi
    dirinya sendiri. Selain itu, orang itu hidup bagaikan sebuah
    dinamo yang berdaya besar dan kuat serta terus dihangati oleh
    visinya. Dalam banyak hal, sikap hidup dan
    kepemimpinannya menjadi teladan. Namun, secara faktual, ia
    tidak berhasil membuat komunitasnya bergerak atau berubah.
    Visinya seakan tinggal menjadi impian belaka. Apa yang salah
    disini?
    Salah satu definisi kepemimpinan adalah daya untuk
    mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk bergerak
    mencari tujuan komunitas. Kepemimpinan dalam suatu
    komunitas akan menentukan bagaimana struktur, sistem dan
    budaya dipelihara dan diperkembangkan sehingga terjadi
    “gerak” bersama untuk mencapai misi komunitas tersebut. Musa mencoba menjadi pemimpin yang baik, namun secara
    de facto, dirinyalah yang menjadikan Israel tidak bergerak
    secepat yang diinginkan. Dirinya pula yang membuatnya lelah
    dan tidak dapat berfungsi optimum. Ia tidak membuat suatu
    budaya kerja yang mendorong gerak yang kuat dan
    pemberdayaan pengikutnya. Ia menjadi pusat dinamika
    komunitasnya. Akibatnya, kekuatan dari komunitasnya
    ditentukan oleh kekuatannya sendiri, sedangkan potensi-
    potensi orang lain yang Tuhan letakkan di sekitarnya,
    terbengkalai.
    Ketika Musa berubah, bangsa Israilpun berubah dalam cara
    kerja dan kecepatan gerak mereka. Potensi-potensi tidur kini
    dimunculkan ke permukaan. Berkat Tuhan mengalir lebih
    deras.
    Dalam dunia modern, apalagi di dalam dunia pelayanan
    gerejawi atau organisasi Kristen hal serupa terjadi. Para
    pemimpin yang bekerja keras menjadi penghalang bagi berkat
    Tuhan. Bukan karena mereka malas, atau culas, serta picik.
    Mereka lalai untuk memberdayakan banyak orang. Jadi
    bagaimana cara memberdayakan?
    Pertama, kesediaan memberdayakan merupakan suatu sikap
    spiritual. Orang yang bersedia memberdayakan orang lain
    menyatakan di depan orang banyak bahwa ia mempercayakan
    semua proses pelayanannya kepada Tuhan dan orang-orang
    yang Ia letakkan di sekitarnya. Ia tidak menjadikan dirinya
    pusat segalanya. Ia hanya melakukan apa yang menjadi
    bagiannya seperti seorang petani yang menabur dan di malam
    hari ia tidur. Benih yang ditaburkan bertumbuh, dan
    bagaimana hal itu terjadi ia tidak tahu. Dalam melakukan
    proses ini, seringkali memang ada orang yang tidak
    memahami sang pemimpin. Orang sering menginginkan si
    pemimpin tampil di segala urusan dan dengan menonjol.
    Secara filosofis ada suatu pendapat dari James McGreror
    Burns yang membedakan kepemimpinan transaksionil dan
    transformasionil. Kepemimpinan transaksionil merupakan
    usaha menjalankan proses kepemimpinan sedemikian rupa
    sehingga sebagian besar pihak terpuaskan. Dengan kata lain
    kepemimpinan merupakan proses bertransaksi sehingga
    semua merasa untung dan bahagia karena apa yang
    dikehendaki didapatkan. Dengan cara seperti ini
    kepemimpinan yang ada dipertahankan karena kehadirannya
    menjaminkan adanya transaksi yang paling menguntungkan. Orang-orang serupa ini akan sulit menjadi pemimpin yang
    melayani dan memberdayakan.
    Kepemimpinan yang bercorak transformasionil adalah
    kepemimpinan yang menekankan gerak maju atau perubahan
    dari setiap pihak dan dari organisasinya. Di dalam
    menjaminkan tranformasi atau perubahan berkualitas ini, bila
    perlu diambil resiko-resiko seperti konflik atau pertentangan
    terbuka. Bila perlu, corak transaksi memang dapat
    dipergunakan, namun bukan semata-mata demi didapatkan
    rasa senang dan rasa beruntung pada semua pihak, namun
    demi tercapainya perubahan dan perkembangan.
    Kedua, suatu keterampilan perlu dipelajari dengan serius.
    Suatu metode pelaksanaan pemberdayaan yang sangat
    populer sejak akhir dekade lalu adalah apa yang
    dikembangkan oleh Blanchard dan Hersey dengan nama
    kepemimpinan situasionil.
    Kerangka kepemimpinan Situasional
    Kepemimpinan situasionil adalah suatu metode pelaksanaan
    kepemimpinan secara mikro, artinya bagaimana seorang pemimpin harus menghadapi orang-orang yang dipimpinnya
    sehari-hari. Jadi sifatnya adalah ilmu yang praktis dan taktis.
    Di balik praktek kepemimpinan situasional terdapat suatu
    filosofi bahwa seorang pemimpin haruslah mengubah orang
    lain, meneladani, serta telaten mengamati kemajuan dari orang
    yang ia pimpin. Ia harus memiliki sensitivitas untuk
    mem”baca” siapa yang ia pimpin sehingga dapat menentukan
    gaya memimpin yang paling cocok bagi mereka. Untuk tiap
    kategori orang tertentu diperlukan suatu pendekatan atau cara
    kepemimpinan tersendiri. karenanya, Blanchard menekankan
    perlunya kita meneliti variabel-variabel yang berpengaruh di
    dalam kerangka membuat klasifikasi orang-orang yang
    dipimpin. Blanchard dan Hersey mendapatkan bahwa ada dua
    variabel yang berperan disini, yaitu kematangan pribadi dan
    tugas kepemimpinan.
    Kematangan yang dipimpin: Berdasarkan penelitian
    terhadap kenyataan kasat mata, maka pertama-tama tingkat
    kematangan orang yang dipimpin ternyata dapat dikategorikan
    ke dalam empat jendela kematangan sebagai berikut
    MATANG HAMPIR MATANG TUMBUH TIDAK MATANG

    Orang-orang yang tidak matang: mereka adalah orang-orang
    yang memiliki motivasi rendah dan kemampuan kerja yang
    rendah.
    Orang-orang yang sedang bertumbuh: mereka adalah orang-
    orang yang kadang kala memiliki motivasi namun masih
    belum memiliki kemampuan kerja yang tinggi.
    Orang-orang yang hampir matang: mereka adalah orang-oang
    yang telah memiliki kemampuan kerja yang tinggi, dan sering
    belum termotivir untuk melakukan apa yang menjadi tujuan
    dari pemimpin mereka.
    Orang–orang yang matang: mereka adalah orang-orang yang
    memiliki kemampuan kerja yang tinggi serta umumnya sudah
    bermotivasi mencapai tujuan bersama.
    Pembagian tersebut berdasar dua variabel yaitu tingkat
    motivasi alias berapa maunya mereka bekerja dan tingkat
    kompetensi alias tingkat pengalaman dan skil mereka.
    Kombinasi dari kedua variabel tadi menghasilkan suatu
    matriks sebagai berikut:
    4
    Mampu
    &
    Mau
    3
    Mampu
    Tapi Pudar
    Kemauannya
    2
    Tidak
    Mampu
    TapiSudah
    Mau
    1
    Tidak
    Mampu
    Dan Tidak
    Mau

    Tugas kepemimpinan: Selanjutnya, Blanchard dan Hersey
    meneliti bahwa tindakan kepemimpinan mencakup dua
    urusan, yaitu proses mengarahkan orang yang dipimpin
    kepada tujuan bersama serta proses memelihara hubungan
    dengan mereka yang dipimpin. Dengan cara lain dapat
    dikatakan bahwa mereka yang dipimpin membutuhkan
    bantuan pemimpin untuk memelihara motivasi mereka serta
    mengarahkan langkah-langkah mereka kepada tujuan yang
    ingin di capai.
    H
    U
    B
    U
    N
    G
    A
    N


    PENGARAHAN




    Penerapan
    Dengan dasar konsep tersebut maka, pada kategori yang
    pertama terdapat orang-orang yang harus dipimpin dengan
    memberikan mereka pengarahan yang rinci dan mendalam.
    Dengan kata lain, pemimpin harus mengeluarkan enerji yang
    besar untuk pengarahan bagi mereka. Selanjutnya untuk
    mereka juga si pemimpin harus memelihara hubungan,
    namun pada intensitas yang terbatas, atau secukupnya.
    Dengan kata lain metode kepemimpinan yang baik adalah
    yang memberikan rincian penugasan atau instruksi dan
    kemudian supervisi yang ketat dengan hubungan sekedarnya.
    Pada kategori yang kedua terdapat orang-orang yang harus
    dipimpin dengan memberikan mereka pengarahan yang
    secukupnya. Dengan kata lain, pemimpin harus mengeluarkan
    enerji yang sekedarnya untuk pengarahan bagi mereka, namun
    untuk mereka si pemimpin harus memelihara hubungan
    dengan intensitas yang tinggi. Dengan kata lain, terhadap
    orang–orang dikategori ini keputusan-keputusan pemimpin
    dan tujuan yang hendak dicapai disampaikan, kemudian
    mereka dapat meminta penjelasan. Pada kategori yang ketiga, pengarahan diberikan dalam
    bentuk “membagikan” gagasan. Kemudian hubungan yang
    tinggi dinyatakan dengan mengajak mereka yang dipimpin
    bersama-sama mengambil keputusan. Perhatian utama disini
    adalah agar mereka dapat diyakinkan untuk bekerja menuju
    tujuan bersama.
    Pada kategori yang terakhir, pendelegasian wewenang dan
    tugas diberikan dengan pengarahan sekedarnya, yaitu tentang
    tujuan umum yang hendak dicapai. Mereka yang dipimpin
    diberikan wewenang mengambil keputusan dan tanggung
    jawab yang luas.
    Bila dikombinasikan keempat metode kepemimpinan tadi
    dengan tingkat kematangan, maka didapatkan skema sebagai
    berikut:













    Penugasan tinggi
    dan hubungan
    tinggi
    Hubungan
    secukupnya dan
    Penugasan
    secukupnya
    Penugasan agak
    tinggi dan hubungan
    tinggi
    Hubungan
    tinggi dan
    Penugasan
    rendah HUBUNGAN




    TINGKAT PENUGASAN





    Tinggi Sedang Rendah
    M4 M3 M2 M1
    mampu
    &
    mau
    Mampu
    &
    tidak mau
    Tdk
    mampu
    &
    mau
    Tdk
    mampu
    &
    tidak mau


    Dengan kata lain, metode kepemimpinan yang pertama cocok
    untuk orang–orang yang belum matang, metode yang kedua
    untuk orang-orang yang bertumbuh, metode yang ketiga
    untuk mereka yang hampir matang, sedangkan metode
    terakhir sangat baik dipergunakan bagi mereka yang sudah
    matang. Metode kepemimpinan situasionil ini menolong di dalam
    praktek nyata namun hanya dapat berguna bila sang
    pemimpin mampu membaca dengan akurat siapa yang
    dipimpinnya. Selain itu penerimaan atas keterbatasan dan
    keunggulan tiap orang yang dipimpinnya merupakan ciri
    utama metode ini. Maka, keluwesan harus menjadi titik
    berangkat dari kepemimpinan situasionil ini. Bila dikaitkan
    metode ini dengan dua jenis kepemimpinan yang dibahas
    sebelumnya, maka metode ini bersifat sekaligus traksionil dan
    transformatoris. Kata kuncinya adalah bagaimana pemimpin
    berkomunikasi pada tingkat kematangan orang-orang yang
    dipimpinnya. Namun, bila pemimpin tadi tidak mengubah
    pola kepemimpinan pada saat orang yang dipimpinnya telah
    bertumbuh lebih matang, maka ia akan mengalami kesulitan-
    kesulitan.
    Hal yang penting dari kepemimpinan tersebut, ialah
    bagaimana sang pemimpin menolong agar orang yang ia
    pimpin mengalami transformasi dan tidak berhenti pada satu
    tingkat kedewasaan saja.
    Aktivitas
    Ajarkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia belum
    tahu sama sekali.
    Contoh:
    membuat origami
    melakukan gerak tari
    Setelah ia mahir, ubahlah gaya kepemimpinan Anda. Lihatlah
    hasilnya. Diskusikan, lalu berikan padanya tugas yang lebih
    sulit. Diskusikan kembali dan simpulkan apa yang kalian
    pelajari.
    ------------------------------------------------------------------------------
    -

      Waktu sekarang Mon Nov 25, 2024 4:41 pm