BUKU SERI KEPIMPINAN
Membangun Skil
Kepemimpinan:
Cara Memberdayakan
dengan Metode
Kepemimpinan
Situasional
Pendahuluan
Pernahkah Anda melihat seorang pemimpin yang penuh
pengabdian. Ia bekerja siang dan malam, bahkan sampai
melalaikan istri dan anak-anaknya. Ia juga tidak
mempersoalkan fasilitas yang tersedia, apalagi fasilitas bagi
dirinya sendiri. Selain itu, orang itu hidup bagaikan sebuah
dinamo yang berdaya besar dan kuat serta terus dihangati oleh
visinya. Dalam banyak hal, sikap hidup dan
kepemimpinannya menjadi teladan. Namun, secara faktual, ia
tidak berhasil membuat komunitasnya bergerak atau berubah.
Visinya seakan tinggal menjadi impian belaka. Apa yang salah
disini?
Salah satu definisi kepemimpinan adalah daya untuk
mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk bergerak
mencari tujuan komunitas. Kepemimpinan dalam suatu
komunitas akan menentukan bagaimana struktur, sistem dan
budaya dipelihara dan diperkembangkan sehingga terjadi
“gerak” bersama untuk mencapai misi komunitas tersebut. Musa mencoba menjadi pemimpin yang baik, namun secara
de facto, dirinyalah yang menjadikan Israel tidak bergerak
secepat yang diinginkan. Dirinya pula yang membuatnya lelah
dan tidak dapat berfungsi optimum. Ia tidak membuat suatu
budaya kerja yang mendorong gerak yang kuat dan
pemberdayaan pengikutnya. Ia menjadi pusat dinamika
komunitasnya. Akibatnya, kekuatan dari komunitasnya
ditentukan oleh kekuatannya sendiri, sedangkan potensi-
potensi orang lain yang Tuhan letakkan di sekitarnya,
terbengkalai.
Ketika Musa berubah, bangsa Israilpun berubah dalam cara
kerja dan kecepatan gerak mereka. Potensi-potensi tidur kini
dimunculkan ke permukaan. Berkat Tuhan mengalir lebih
deras.
Dalam dunia modern, apalagi di dalam dunia pelayanan
gerejawi atau organisasi Kristen hal serupa terjadi. Para
pemimpin yang bekerja keras menjadi penghalang bagi berkat
Tuhan. Bukan karena mereka malas, atau culas, serta picik.
Mereka lalai untuk memberdayakan banyak orang. Jadi
bagaimana cara memberdayakan?
Pertama, kesediaan memberdayakan merupakan suatu sikap
spiritual. Orang yang bersedia memberdayakan orang lain
menyatakan di depan orang banyak bahwa ia mempercayakan
semua proses pelayanannya kepada Tuhan dan orang-orang
yang Ia letakkan di sekitarnya. Ia tidak menjadikan dirinya
pusat segalanya. Ia hanya melakukan apa yang menjadi
bagiannya seperti seorang petani yang menabur dan di malam
hari ia tidur. Benih yang ditaburkan bertumbuh, dan
bagaimana hal itu terjadi ia tidak tahu. Dalam melakukan
proses ini, seringkali memang ada orang yang tidak
memahami sang pemimpin. Orang sering menginginkan si
pemimpin tampil di segala urusan dan dengan menonjol.
Secara filosofis ada suatu pendapat dari James McGreror
Burns yang membedakan kepemimpinan transaksionil dan
transformasionil. Kepemimpinan transaksionil merupakan
usaha menjalankan proses kepemimpinan sedemikian rupa
sehingga sebagian besar pihak terpuaskan. Dengan kata lain
kepemimpinan merupakan proses bertransaksi sehingga
semua merasa untung dan bahagia karena apa yang
dikehendaki didapatkan. Dengan cara seperti ini
kepemimpinan yang ada dipertahankan karena kehadirannya
menjaminkan adanya transaksi yang paling menguntungkan. Orang-orang serupa ini akan sulit menjadi pemimpin yang
melayani dan memberdayakan.
Kepemimpinan yang bercorak transformasionil adalah
kepemimpinan yang menekankan gerak maju atau perubahan
dari setiap pihak dan dari organisasinya. Di dalam
menjaminkan tranformasi atau perubahan berkualitas ini, bila
perlu diambil resiko-resiko seperti konflik atau pertentangan
terbuka. Bila perlu, corak transaksi memang dapat
dipergunakan, namun bukan semata-mata demi didapatkan
rasa senang dan rasa beruntung pada semua pihak, namun
demi tercapainya perubahan dan perkembangan.
Kedua, suatu keterampilan perlu dipelajari dengan serius.
Suatu metode pelaksanaan pemberdayaan yang sangat
populer sejak akhir dekade lalu adalah apa yang
dikembangkan oleh Blanchard dan Hersey dengan nama
kepemimpinan situasionil.
Kerangka kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasionil adalah suatu metode pelaksanaan
kepemimpinan secara mikro, artinya bagaimana seorang pemimpin harus menghadapi orang-orang yang dipimpinnya
sehari-hari. Jadi sifatnya adalah ilmu yang praktis dan taktis.
Di balik praktek kepemimpinan situasional terdapat suatu
filosofi bahwa seorang pemimpin haruslah mengubah orang
lain, meneladani, serta telaten mengamati kemajuan dari orang
yang ia pimpin. Ia harus memiliki sensitivitas untuk
mem”baca” siapa yang ia pimpin sehingga dapat menentukan
gaya memimpin yang paling cocok bagi mereka. Untuk tiap
kategori orang tertentu diperlukan suatu pendekatan atau cara
kepemimpinan tersendiri. karenanya, Blanchard menekankan
perlunya kita meneliti variabel-variabel yang berpengaruh di
dalam kerangka membuat klasifikasi orang-orang yang
dipimpin. Blanchard dan Hersey mendapatkan bahwa ada dua
variabel yang berperan disini, yaitu kematangan pribadi dan
tugas kepemimpinan.
Kematangan yang dipimpin: Berdasarkan penelitian
terhadap kenyataan kasat mata, maka pertama-tama tingkat
kematangan orang yang dipimpin ternyata dapat dikategorikan
ke dalam empat jendela kematangan sebagai berikut
MATANG HAMPIR MATANG TUMBUH TIDAK MATANG
Orang-orang yang tidak matang: mereka adalah orang-orang
yang memiliki motivasi rendah dan kemampuan kerja yang
rendah.
Orang-orang yang sedang bertumbuh: mereka adalah orang-
orang yang kadang kala memiliki motivasi namun masih
belum memiliki kemampuan kerja yang tinggi.
Orang-orang yang hampir matang: mereka adalah orang-oang
yang telah memiliki kemampuan kerja yang tinggi, dan sering
belum termotivir untuk melakukan apa yang menjadi tujuan
dari pemimpin mereka.
Orang–orang yang matang: mereka adalah orang-orang yang
memiliki kemampuan kerja yang tinggi serta umumnya sudah
bermotivasi mencapai tujuan bersama.
Pembagian tersebut berdasar dua variabel yaitu tingkat
motivasi alias berapa maunya mereka bekerja dan tingkat
kompetensi alias tingkat pengalaman dan skil mereka.
Kombinasi dari kedua variabel tadi menghasilkan suatu
matriks sebagai berikut:
4
Mampu
&
Mau
3
Mampu
Tapi Pudar
Kemauannya
2
Tidak
Mampu
TapiSudah
Mau
1
Tidak
Mampu
Dan Tidak
Mau
Tugas kepemimpinan: Selanjutnya, Blanchard dan Hersey
meneliti bahwa tindakan kepemimpinan mencakup dua
urusan, yaitu proses mengarahkan orang yang dipimpin
kepada tujuan bersama serta proses memelihara hubungan
dengan mereka yang dipimpin. Dengan cara lain dapat
dikatakan bahwa mereka yang dipimpin membutuhkan
bantuan pemimpin untuk memelihara motivasi mereka serta
mengarahkan langkah-langkah mereka kepada tujuan yang
ingin di capai.
H
U
B
U
N
G
A
N
PENGARAHAN
Penerapan
Dengan dasar konsep tersebut maka, pada kategori yang
pertama terdapat orang-orang yang harus dipimpin dengan
memberikan mereka pengarahan yang rinci dan mendalam.
Dengan kata lain, pemimpin harus mengeluarkan enerji yang
besar untuk pengarahan bagi mereka. Selanjutnya untuk
mereka juga si pemimpin harus memelihara hubungan,
namun pada intensitas yang terbatas, atau secukupnya.
Dengan kata lain metode kepemimpinan yang baik adalah
yang memberikan rincian penugasan atau instruksi dan
kemudian supervisi yang ketat dengan hubungan sekedarnya.
Pada kategori yang kedua terdapat orang-orang yang harus
dipimpin dengan memberikan mereka pengarahan yang
secukupnya. Dengan kata lain, pemimpin harus mengeluarkan
enerji yang sekedarnya untuk pengarahan bagi mereka, namun
untuk mereka si pemimpin harus memelihara hubungan
dengan intensitas yang tinggi. Dengan kata lain, terhadap
orang–orang dikategori ini keputusan-keputusan pemimpin
dan tujuan yang hendak dicapai disampaikan, kemudian
mereka dapat meminta penjelasan. Pada kategori yang ketiga, pengarahan diberikan dalam
bentuk “membagikan” gagasan. Kemudian hubungan yang
tinggi dinyatakan dengan mengajak mereka yang dipimpin
bersama-sama mengambil keputusan. Perhatian utama disini
adalah agar mereka dapat diyakinkan untuk bekerja menuju
tujuan bersama.
Pada kategori yang terakhir, pendelegasian wewenang dan
tugas diberikan dengan pengarahan sekedarnya, yaitu tentang
tujuan umum yang hendak dicapai. Mereka yang dipimpin
diberikan wewenang mengambil keputusan dan tanggung
jawab yang luas.
Bila dikombinasikan keempat metode kepemimpinan tadi
dengan tingkat kematangan, maka didapatkan skema sebagai
berikut:
Penugasan tinggi
dan hubungan
tinggi
Hubungan
secukupnya dan
Penugasan
secukupnya
Penugasan agak
tinggi dan hubungan
tinggi
Hubungan
tinggi dan
Penugasan
rendah HUBUNGAN
TINGKAT PENUGASAN
Tinggi Sedang Rendah
M4 M3 M2 M1
mampu
&
mau
Mampu
&
tidak mau
Tdk
mampu
&
mau
Tdk
mampu
&
tidak mau
Dengan kata lain, metode kepemimpinan yang pertama cocok
untuk orang–orang yang belum matang, metode yang kedua
untuk orang-orang yang bertumbuh, metode yang ketiga
untuk mereka yang hampir matang, sedangkan metode
terakhir sangat baik dipergunakan bagi mereka yang sudah
matang. Metode kepemimpinan situasionil ini menolong di dalam
praktek nyata namun hanya dapat berguna bila sang
pemimpin mampu membaca dengan akurat siapa yang
dipimpinnya. Selain itu penerimaan atas keterbatasan dan
keunggulan tiap orang yang dipimpinnya merupakan ciri
utama metode ini. Maka, keluwesan harus menjadi titik
berangkat dari kepemimpinan situasionil ini. Bila dikaitkan
metode ini dengan dua jenis kepemimpinan yang dibahas
sebelumnya, maka metode ini bersifat sekaligus traksionil dan
transformatoris. Kata kuncinya adalah bagaimana pemimpin
berkomunikasi pada tingkat kematangan orang-orang yang
dipimpinnya. Namun, bila pemimpin tadi tidak mengubah
pola kepemimpinan pada saat orang yang dipimpinnya telah
bertumbuh lebih matang, maka ia akan mengalami kesulitan-
kesulitan.
Hal yang penting dari kepemimpinan tersebut, ialah
bagaimana sang pemimpin menolong agar orang yang ia
pimpin mengalami transformasi dan tidak berhenti pada satu
tingkat kedewasaan saja.
Aktivitas
Ajarkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia belum
tahu sama sekali.
Contoh:
membuat origami
melakukan gerak tari
Setelah ia mahir, ubahlah gaya kepemimpinan Anda. Lihatlah
hasilnya. Diskusikan, lalu berikan padanya tugas yang lebih
sulit. Diskusikan kembali dan simpulkan apa yang kalian
pelajari.
------------------------------------------------------------------------------
-
Membangun Skil
Kepemimpinan:
Cara Memberdayakan
dengan Metode
Kepemimpinan
Situasional
Pendahuluan
Pernahkah Anda melihat seorang pemimpin yang penuh
pengabdian. Ia bekerja siang dan malam, bahkan sampai
melalaikan istri dan anak-anaknya. Ia juga tidak
mempersoalkan fasilitas yang tersedia, apalagi fasilitas bagi
dirinya sendiri. Selain itu, orang itu hidup bagaikan sebuah
dinamo yang berdaya besar dan kuat serta terus dihangati oleh
visinya. Dalam banyak hal, sikap hidup dan
kepemimpinannya menjadi teladan. Namun, secara faktual, ia
tidak berhasil membuat komunitasnya bergerak atau berubah.
Visinya seakan tinggal menjadi impian belaka. Apa yang salah
disini?
Salah satu definisi kepemimpinan adalah daya untuk
mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk bergerak
mencari tujuan komunitas. Kepemimpinan dalam suatu
komunitas akan menentukan bagaimana struktur, sistem dan
budaya dipelihara dan diperkembangkan sehingga terjadi
“gerak” bersama untuk mencapai misi komunitas tersebut. Musa mencoba menjadi pemimpin yang baik, namun secara
de facto, dirinyalah yang menjadikan Israel tidak bergerak
secepat yang diinginkan. Dirinya pula yang membuatnya lelah
dan tidak dapat berfungsi optimum. Ia tidak membuat suatu
budaya kerja yang mendorong gerak yang kuat dan
pemberdayaan pengikutnya. Ia menjadi pusat dinamika
komunitasnya. Akibatnya, kekuatan dari komunitasnya
ditentukan oleh kekuatannya sendiri, sedangkan potensi-
potensi orang lain yang Tuhan letakkan di sekitarnya,
terbengkalai.
Ketika Musa berubah, bangsa Israilpun berubah dalam cara
kerja dan kecepatan gerak mereka. Potensi-potensi tidur kini
dimunculkan ke permukaan. Berkat Tuhan mengalir lebih
deras.
Dalam dunia modern, apalagi di dalam dunia pelayanan
gerejawi atau organisasi Kristen hal serupa terjadi. Para
pemimpin yang bekerja keras menjadi penghalang bagi berkat
Tuhan. Bukan karena mereka malas, atau culas, serta picik.
Mereka lalai untuk memberdayakan banyak orang. Jadi
bagaimana cara memberdayakan?
Pertama, kesediaan memberdayakan merupakan suatu sikap
spiritual. Orang yang bersedia memberdayakan orang lain
menyatakan di depan orang banyak bahwa ia mempercayakan
semua proses pelayanannya kepada Tuhan dan orang-orang
yang Ia letakkan di sekitarnya. Ia tidak menjadikan dirinya
pusat segalanya. Ia hanya melakukan apa yang menjadi
bagiannya seperti seorang petani yang menabur dan di malam
hari ia tidur. Benih yang ditaburkan bertumbuh, dan
bagaimana hal itu terjadi ia tidak tahu. Dalam melakukan
proses ini, seringkali memang ada orang yang tidak
memahami sang pemimpin. Orang sering menginginkan si
pemimpin tampil di segala urusan dan dengan menonjol.
Secara filosofis ada suatu pendapat dari James McGreror
Burns yang membedakan kepemimpinan transaksionil dan
transformasionil. Kepemimpinan transaksionil merupakan
usaha menjalankan proses kepemimpinan sedemikian rupa
sehingga sebagian besar pihak terpuaskan. Dengan kata lain
kepemimpinan merupakan proses bertransaksi sehingga
semua merasa untung dan bahagia karena apa yang
dikehendaki didapatkan. Dengan cara seperti ini
kepemimpinan yang ada dipertahankan karena kehadirannya
menjaminkan adanya transaksi yang paling menguntungkan. Orang-orang serupa ini akan sulit menjadi pemimpin yang
melayani dan memberdayakan.
Kepemimpinan yang bercorak transformasionil adalah
kepemimpinan yang menekankan gerak maju atau perubahan
dari setiap pihak dan dari organisasinya. Di dalam
menjaminkan tranformasi atau perubahan berkualitas ini, bila
perlu diambil resiko-resiko seperti konflik atau pertentangan
terbuka. Bila perlu, corak transaksi memang dapat
dipergunakan, namun bukan semata-mata demi didapatkan
rasa senang dan rasa beruntung pada semua pihak, namun
demi tercapainya perubahan dan perkembangan.
Kedua, suatu keterampilan perlu dipelajari dengan serius.
Suatu metode pelaksanaan pemberdayaan yang sangat
populer sejak akhir dekade lalu adalah apa yang
dikembangkan oleh Blanchard dan Hersey dengan nama
kepemimpinan situasionil.
Kerangka kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasionil adalah suatu metode pelaksanaan
kepemimpinan secara mikro, artinya bagaimana seorang pemimpin harus menghadapi orang-orang yang dipimpinnya
sehari-hari. Jadi sifatnya adalah ilmu yang praktis dan taktis.
Di balik praktek kepemimpinan situasional terdapat suatu
filosofi bahwa seorang pemimpin haruslah mengubah orang
lain, meneladani, serta telaten mengamati kemajuan dari orang
yang ia pimpin. Ia harus memiliki sensitivitas untuk
mem”baca” siapa yang ia pimpin sehingga dapat menentukan
gaya memimpin yang paling cocok bagi mereka. Untuk tiap
kategori orang tertentu diperlukan suatu pendekatan atau cara
kepemimpinan tersendiri. karenanya, Blanchard menekankan
perlunya kita meneliti variabel-variabel yang berpengaruh di
dalam kerangka membuat klasifikasi orang-orang yang
dipimpin. Blanchard dan Hersey mendapatkan bahwa ada dua
variabel yang berperan disini, yaitu kematangan pribadi dan
tugas kepemimpinan.
Kematangan yang dipimpin: Berdasarkan penelitian
terhadap kenyataan kasat mata, maka pertama-tama tingkat
kematangan orang yang dipimpin ternyata dapat dikategorikan
ke dalam empat jendela kematangan sebagai berikut
MATANG HAMPIR MATANG TUMBUH TIDAK MATANG
Orang-orang yang tidak matang: mereka adalah orang-orang
yang memiliki motivasi rendah dan kemampuan kerja yang
rendah.
Orang-orang yang sedang bertumbuh: mereka adalah orang-
orang yang kadang kala memiliki motivasi namun masih
belum memiliki kemampuan kerja yang tinggi.
Orang-orang yang hampir matang: mereka adalah orang-oang
yang telah memiliki kemampuan kerja yang tinggi, dan sering
belum termotivir untuk melakukan apa yang menjadi tujuan
dari pemimpin mereka.
Orang–orang yang matang: mereka adalah orang-orang yang
memiliki kemampuan kerja yang tinggi serta umumnya sudah
bermotivasi mencapai tujuan bersama.
Pembagian tersebut berdasar dua variabel yaitu tingkat
motivasi alias berapa maunya mereka bekerja dan tingkat
kompetensi alias tingkat pengalaman dan skil mereka.
Kombinasi dari kedua variabel tadi menghasilkan suatu
matriks sebagai berikut:
4
Mampu
&
Mau
3
Mampu
Tapi Pudar
Kemauannya
2
Tidak
Mampu
TapiSudah
Mau
1
Tidak
Mampu
Dan Tidak
Mau
Tugas kepemimpinan: Selanjutnya, Blanchard dan Hersey
meneliti bahwa tindakan kepemimpinan mencakup dua
urusan, yaitu proses mengarahkan orang yang dipimpin
kepada tujuan bersama serta proses memelihara hubungan
dengan mereka yang dipimpin. Dengan cara lain dapat
dikatakan bahwa mereka yang dipimpin membutuhkan
bantuan pemimpin untuk memelihara motivasi mereka serta
mengarahkan langkah-langkah mereka kepada tujuan yang
ingin di capai.
H
U
B
U
N
G
A
N
PENGARAHAN
Penerapan
Dengan dasar konsep tersebut maka, pada kategori yang
pertama terdapat orang-orang yang harus dipimpin dengan
memberikan mereka pengarahan yang rinci dan mendalam.
Dengan kata lain, pemimpin harus mengeluarkan enerji yang
besar untuk pengarahan bagi mereka. Selanjutnya untuk
mereka juga si pemimpin harus memelihara hubungan,
namun pada intensitas yang terbatas, atau secukupnya.
Dengan kata lain metode kepemimpinan yang baik adalah
yang memberikan rincian penugasan atau instruksi dan
kemudian supervisi yang ketat dengan hubungan sekedarnya.
Pada kategori yang kedua terdapat orang-orang yang harus
dipimpin dengan memberikan mereka pengarahan yang
secukupnya. Dengan kata lain, pemimpin harus mengeluarkan
enerji yang sekedarnya untuk pengarahan bagi mereka, namun
untuk mereka si pemimpin harus memelihara hubungan
dengan intensitas yang tinggi. Dengan kata lain, terhadap
orang–orang dikategori ini keputusan-keputusan pemimpin
dan tujuan yang hendak dicapai disampaikan, kemudian
mereka dapat meminta penjelasan. Pada kategori yang ketiga, pengarahan diberikan dalam
bentuk “membagikan” gagasan. Kemudian hubungan yang
tinggi dinyatakan dengan mengajak mereka yang dipimpin
bersama-sama mengambil keputusan. Perhatian utama disini
adalah agar mereka dapat diyakinkan untuk bekerja menuju
tujuan bersama.
Pada kategori yang terakhir, pendelegasian wewenang dan
tugas diberikan dengan pengarahan sekedarnya, yaitu tentang
tujuan umum yang hendak dicapai. Mereka yang dipimpin
diberikan wewenang mengambil keputusan dan tanggung
jawab yang luas.
Bila dikombinasikan keempat metode kepemimpinan tadi
dengan tingkat kematangan, maka didapatkan skema sebagai
berikut:
Penugasan tinggi
dan hubungan
tinggi
Hubungan
secukupnya dan
Penugasan
secukupnya
Penugasan agak
tinggi dan hubungan
tinggi
Hubungan
tinggi dan
Penugasan
rendah HUBUNGAN
TINGKAT PENUGASAN
Tinggi Sedang Rendah
M4 M3 M2 M1
mampu
&
mau
Mampu
&
tidak mau
Tdk
mampu
&
mau
Tdk
mampu
&
tidak mau
Dengan kata lain, metode kepemimpinan yang pertama cocok
untuk orang–orang yang belum matang, metode yang kedua
untuk orang-orang yang bertumbuh, metode yang ketiga
untuk mereka yang hampir matang, sedangkan metode
terakhir sangat baik dipergunakan bagi mereka yang sudah
matang. Metode kepemimpinan situasionil ini menolong di dalam
praktek nyata namun hanya dapat berguna bila sang
pemimpin mampu membaca dengan akurat siapa yang
dipimpinnya. Selain itu penerimaan atas keterbatasan dan
keunggulan tiap orang yang dipimpinnya merupakan ciri
utama metode ini. Maka, keluwesan harus menjadi titik
berangkat dari kepemimpinan situasionil ini. Bila dikaitkan
metode ini dengan dua jenis kepemimpinan yang dibahas
sebelumnya, maka metode ini bersifat sekaligus traksionil dan
transformatoris. Kata kuncinya adalah bagaimana pemimpin
berkomunikasi pada tingkat kematangan orang-orang yang
dipimpinnya. Namun, bila pemimpin tadi tidak mengubah
pola kepemimpinan pada saat orang yang dipimpinnya telah
bertumbuh lebih matang, maka ia akan mengalami kesulitan-
kesulitan.
Hal yang penting dari kepemimpinan tersebut, ialah
bagaimana sang pemimpin menolong agar orang yang ia
pimpin mengalami transformasi dan tidak berhenti pada satu
tingkat kedewasaan saja.
Aktivitas
Ajarkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia belum
tahu sama sekali.
Contoh:
membuat origami
melakukan gerak tari
Setelah ia mahir, ubahlah gaya kepemimpinan Anda. Lihatlah
hasilnya. Diskusikan, lalu berikan padanya tugas yang lebih
sulit. Diskusikan kembali dan simpulkan apa yang kalian
pelajari.
------------------------------------------------------------------------------
-
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as