Salatiga,
Di Bawah Bayang-bayang Kristen
Padahal jumlah mereka
minoritas. Lha, ummat Islamnya ke mana saja?
Sederetan
mobil keluaran tahun 1997 sampai 2000-an kelihatan berjejer di bawah pohon yang
rindang. Mobil-mobil itu ada yang bernomor polisi Jakarta, Malang, Manado,
Kendari dan Semarang. Tak lama kemudian muncul sekelompok mahasiswa-mahasiswi
dari gedung berlantai lima yang artistik memasuki mobil-mobil itu. Dilihat dari
logat bicaranya, tampak sekali kalau mereka berasal dari daerah dimana nomor polisi
itu berasal.
Mereka
itu adalah para mahasiswa-mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
Salatiga Jawa Tengah yang terkenal itu. Kampus yang asri dan tertata rapi yang
luasnya 12 hektar itu mahasiswanya memang dikenal berasal dari seluruh propinsi
di Indonesia. Bahkan ada yang datang dari manca negara, Timor Timur. Dari
kampus ini juga lahir beberapa dosen dan alumni UKSW yang kini menjadi tokoh
nasional seperti DR. Arif Budiman (kini dosen di salah satu perguruan tinggi di
Australia), Mathori Abdul Jalil (Menhan) dan DR. Ariel Haryanto, seorang
kolumnis kondang.
Sudah
barang tentu Salatiga sebagai kota dimana UKSW berada namanya juga ikut
terangkat. Setiap orang yang ingat UKSW pasti ia juga ingat Salatiga. Salatiga
dan UKSW seakan sudah menjadi dua nama yang melekat. Hanya saja, keterkaitan
kedua nama itu terkadang menyesatkan. Hanya karena universitas yang memiliki
9.350 mahasiswa itu berada di kota yang terletak di lereng gunung Merbabu itu,
maka pandangan orang terhadap kota itu juga tidak jauh dengan persepsinya
terhadap UKSW. Banyak orang yang menilai bahwa Salatiga adalah kota Kristen.
Penilaian ini timbul karena mereka melihat UKSW. Universitas tersebut selama
ini dikenal sebagai salah satu kampus tempat pengkaderan misionaris Kristen terbesar
di Indonesia Timur. "Image itu memang dikondisikan UKSW," ungkap Mc.
Paulus, salah seorang tokoh Kristen Salatiga, yang juga salah satu ketua
persaudaraan antar agama di Salatiga.
Ditambah
lagi, di kota yang sejuk ini banyak lembaga pendidikan Kristen berdiri. Selain
UKSW juga ada empat sekolah tinggi teologi dan lembaga pendidikan dasar dan
menengah yang jumlahnya cukup banyak.
"Kami
harus akui bahwa dikenalnya Salatiga ini karena UKSW," kata Mustofa, salah
seorang pengusaha muda di kota tersebut. Tapi ia menolak keras jika kotanya
dijuluki sebagai kota Kristen. Karena dalam realitanya mayoritas penduduknya
adalah Muslim. "80% penduduk Salatiga adalah ummat Islam," kata ketua
MUI Salatiga, KH. Drs. Tamam Qaolany menambahkan. Menurut Tamam, kesan seperti
itu muncul karena gencarnya publikasi UKSW mengkampanyekan Salatiga sebagai
kota Kristen. Padahal publikasi itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Seharusnya sebutan itu diimbangi dengan jumlah pemeluknya. Sedangkan jumlah
ummat Kristiani di kota itu hanya 11%. "Sebagai warga kota Salatiga dan
seorang Muslim saya perlu meluruskan kesan tersebut," kata kakek yang
pernah mengislamkan dua dosen dari Australia sewaktu diminta mengisi materi
"Teologi Islam" dalam sebuah seminar di UKSW tahun 1996 yang dihadiri
oleh dosen dari 8 negara Eropa dan Australia.
Harus
diakui, meski jumlah ummatnya minoritas, namun sekolah-sekolah Kristen di
Salatiga jauh lebih mapan ketimbang sekolah-sekolah Islam. "Karena mereka
memang sudah lama menggelutinya," kata M. Badwan, MAg, Ketua Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Hal itu juga terkait dengan sejarah
kota Salatiga. Sejak zaman penjajahan, Salatiga sudah dijadikan sebagai tempat
pemukiman dan pendidikan bangsa Belanda yang notabene beragama Kristen. Sehingga
wajar jika mereka jauh lebih mapan dibanding sekolah-sekolah Islam.
Ummat Islam Bangun
Terletak
di sebelah utara Solo, Salatiga merupakan sebuah kawasan yang sejuk dan asri
buatan Belanda. Dulu, kawasan ini merupakan tempat peristirahatan dan pemukiman
orang-orang Belanda. Dalam perkembangannya, Belanda juga menjadikan kawasan itu
sebagai pusat kegiatan Kristenisasi.
"(Tetapi)
Meski sudah bertahun-tahun dijadikan sebagai pusat Kristenisasi oleh Belanda,
nyatanya masyarakat Muslim di sini masih eksis," kata Badwan yang paham
betul tentang sejarah perkembangan kota ini. Makanya ia mempertanyakan anggapan
kota tua ini dikatakan sebagai kota Kristen. Karenanya, bagi Badwan sebutan itu
hanya lipstik dan tidak pada tempatnya.
Sekarang,
Salatiga mengalami pemekaran wilayah dan karenanya kemudian berubah menjadi
kotamadya. Jika sebelumnya kota Salatiga hanya meliputi kecamatan Salatiga
saja, maka dengan berubahnya status itu kini bertambah pula jumlah wilayah
kecamatannya, antara lain kecamatan Sidorejo, Sidomukti, Pabelan dan Tuntang.
"Kecamatan-kecamatan tambahan tersebut merupakan kantong Islam yang
kuat," tambah Badwan, alumni Pasca Sarjana IAIN Yogjakarta ini.
Tentu
saja masuknya kecamatan-kacamata baru itu semakin menambah jumlah ummat Islam
di Salatiga. Hanya saja, jumlah yang besar saja tidak ada artinya bila tidak
berkualitas. Alhamdulillah, beberapa tahun belakangan ini geliat da'wah mulai
terasa. Itu diakui M Zulwa, salah satu ketua Muhammadiyah Salatiga. "Dalam
lima tahun terakhir ini semarak da'wah memang sangat terasa di Salatiga,"
katanya.
Untuk
membentengi ummat Islam dari pengaruh Kristenisasi, kaum muslimin Salatiga saat
ini juga aktif melakukan kegiatan-kegiatan da'wah seperti pendirian Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA) dan pengajian-pengajian. Hampir semua kampung di
sana telah berdiri TPA-TPA.
Selain
itu juga terdapat beberapa kelompok pengajian yang memiliki jamaah besar.
Seperti Kelompok Pengajian Pensiunan Salatiga "As Sakinah" yang kini
jumlah jamaahnya 400 orang. Demikian pula pengajian-pengajian di masjid dan
musholla juga berjalan baik.
Da'wah
tersebut semakin marak saat tiba hari raya Islam. Kaum muslimin, tak peduli
dari kelompok mana, bersama-sama merayakannya dengan gebyar da'wah seperti
pawai keliling kota dan perlombaan-perlombaan Islami. "Setidaknya hal ini
menunjukkan bahwa da'wah ummat Islam di sini terus berjalan," kata Suhada.
Di
samping NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan ormas Islam lainnya juga banyak
lembaga swadaya masyarakat (LSM) Muslim dan lembaga da'wah yang aktif melakukan
pembinaan terhadap masyarakat seperti PP An-Nida', Wahana Bhakti, Hidayatullah,
dll. Mereka aktif membina kawula muda seperti anak-anak SMU, mahasiswa, dan
remaja masjid.
Kebangkitan
juga terjadi dalam bidang pendidikan. Sekolah-sekolah Islam mulai tumbuh subur,
terutama untuk tingkat menengah ke bawah. Antara lain SD Islam Al Azhar,
sekolah di bawah yayasan LPIA dan Muhammadiyah. Bahkan sekolah-sekolah Islam
itu sudah menjadi pilihan utama ummat. Menurut Suhada, tokoh pendidikan di
Salatiga, jumlah siswanya terus bertambah tiap tahun. Contohnya, TK Islam milik
LPIA, siswanya sekarang 300 anak, suatu jumlah yang besar untuk ukuran taman
kanak-kanak.
Di
tingkat perguruan tinggi ada STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) yang
berdiri sejak lima tahun lalu. Ke depan, diharapkan reputasi dan kualitas STAIN
mampu melebihi atau setidaknya sejajar dengan UKSW.
Hanya
saja, bangkitnya da'wah dan pendidikan Islam itu ternyata belum mampu
menghentikan Kristenisasi di Salatiga. "Kristenisasi jalan terus,"
kata Imam, yang juga seorang aktivis Islam yang rajin mengumpulkan data-data
Kristenisasi. Sebagai bukti, Imam menyebutkan beberapa nama tetangganya yang
dulunya Muslim kini sebagian ada yang pindah agama. Itu menunjukkan gerakan
memurtadkan ummat Islam masih terus berlangsung.
"Bagi
kami yang terpenting jangan sampai mereka melakukan pemaksaan kepada ummat
Islam untuk masuk Kristen," kata Suhada, yang juga seorang da'i. Pernah
seorang misionaris dari Amerika beberapa waktu lalu. Misionaris itu diusir dari
salah satu desa di Salatiga karena terbukti melakukan kegiatan misi yang
bersifat pemaksaan.
Pernyataan
Suhada itu tentu perlu ditambahi, bukan saja pemaksaan yang dilarang,
menyebarkan agama lain kepada orang yang sudah beragama itu juga tidak boleh.
Begitulah aturan main sesungguhnya.• (A.
Sukur, Bahrul)
Di Bawah Bayang-bayang Kristen
Padahal jumlah mereka
minoritas. Lha, ummat Islamnya ke mana saja?
Sederetan
mobil keluaran tahun 1997 sampai 2000-an kelihatan berjejer di bawah pohon yang
rindang. Mobil-mobil itu ada yang bernomor polisi Jakarta, Malang, Manado,
Kendari dan Semarang. Tak lama kemudian muncul sekelompok mahasiswa-mahasiswi
dari gedung berlantai lima yang artistik memasuki mobil-mobil itu. Dilihat dari
logat bicaranya, tampak sekali kalau mereka berasal dari daerah dimana nomor polisi
itu berasal.
Mereka
itu adalah para mahasiswa-mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
Salatiga Jawa Tengah yang terkenal itu. Kampus yang asri dan tertata rapi yang
luasnya 12 hektar itu mahasiswanya memang dikenal berasal dari seluruh propinsi
di Indonesia. Bahkan ada yang datang dari manca negara, Timor Timur. Dari
kampus ini juga lahir beberapa dosen dan alumni UKSW yang kini menjadi tokoh
nasional seperti DR. Arif Budiman (kini dosen di salah satu perguruan tinggi di
Australia), Mathori Abdul Jalil (Menhan) dan DR. Ariel Haryanto, seorang
kolumnis kondang.
Sudah
barang tentu Salatiga sebagai kota dimana UKSW berada namanya juga ikut
terangkat. Setiap orang yang ingat UKSW pasti ia juga ingat Salatiga. Salatiga
dan UKSW seakan sudah menjadi dua nama yang melekat. Hanya saja, keterkaitan
kedua nama itu terkadang menyesatkan. Hanya karena universitas yang memiliki
9.350 mahasiswa itu berada di kota yang terletak di lereng gunung Merbabu itu,
maka pandangan orang terhadap kota itu juga tidak jauh dengan persepsinya
terhadap UKSW. Banyak orang yang menilai bahwa Salatiga adalah kota Kristen.
Penilaian ini timbul karena mereka melihat UKSW. Universitas tersebut selama
ini dikenal sebagai salah satu kampus tempat pengkaderan misionaris Kristen terbesar
di Indonesia Timur. "Image itu memang dikondisikan UKSW," ungkap Mc.
Paulus, salah seorang tokoh Kristen Salatiga, yang juga salah satu ketua
persaudaraan antar agama di Salatiga.
Ditambah
lagi, di kota yang sejuk ini banyak lembaga pendidikan Kristen berdiri. Selain
UKSW juga ada empat sekolah tinggi teologi dan lembaga pendidikan dasar dan
menengah yang jumlahnya cukup banyak.
"Kami
harus akui bahwa dikenalnya Salatiga ini karena UKSW," kata Mustofa, salah
seorang pengusaha muda di kota tersebut. Tapi ia menolak keras jika kotanya
dijuluki sebagai kota Kristen. Karena dalam realitanya mayoritas penduduknya
adalah Muslim. "80% penduduk Salatiga adalah ummat Islam," kata ketua
MUI Salatiga, KH. Drs. Tamam Qaolany menambahkan. Menurut Tamam, kesan seperti
itu muncul karena gencarnya publikasi UKSW mengkampanyekan Salatiga sebagai
kota Kristen. Padahal publikasi itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Seharusnya sebutan itu diimbangi dengan jumlah pemeluknya. Sedangkan jumlah
ummat Kristiani di kota itu hanya 11%. "Sebagai warga kota Salatiga dan
seorang Muslim saya perlu meluruskan kesan tersebut," kata kakek yang
pernah mengislamkan dua dosen dari Australia sewaktu diminta mengisi materi
"Teologi Islam" dalam sebuah seminar di UKSW tahun 1996 yang dihadiri
oleh dosen dari 8 negara Eropa dan Australia.
Harus
diakui, meski jumlah ummatnya minoritas, namun sekolah-sekolah Kristen di
Salatiga jauh lebih mapan ketimbang sekolah-sekolah Islam. "Karena mereka
memang sudah lama menggelutinya," kata M. Badwan, MAg, Ketua Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Hal itu juga terkait dengan sejarah
kota Salatiga. Sejak zaman penjajahan, Salatiga sudah dijadikan sebagai tempat
pemukiman dan pendidikan bangsa Belanda yang notabene beragama Kristen. Sehingga
wajar jika mereka jauh lebih mapan dibanding sekolah-sekolah Islam.
Ummat Islam Bangun
Terletak
di sebelah utara Solo, Salatiga merupakan sebuah kawasan yang sejuk dan asri
buatan Belanda. Dulu, kawasan ini merupakan tempat peristirahatan dan pemukiman
orang-orang Belanda. Dalam perkembangannya, Belanda juga menjadikan kawasan itu
sebagai pusat kegiatan Kristenisasi.
"(Tetapi)
Meski sudah bertahun-tahun dijadikan sebagai pusat Kristenisasi oleh Belanda,
nyatanya masyarakat Muslim di sini masih eksis," kata Badwan yang paham
betul tentang sejarah perkembangan kota ini. Makanya ia mempertanyakan anggapan
kota tua ini dikatakan sebagai kota Kristen. Karenanya, bagi Badwan sebutan itu
hanya lipstik dan tidak pada tempatnya.
Sekarang,
Salatiga mengalami pemekaran wilayah dan karenanya kemudian berubah menjadi
kotamadya. Jika sebelumnya kota Salatiga hanya meliputi kecamatan Salatiga
saja, maka dengan berubahnya status itu kini bertambah pula jumlah wilayah
kecamatannya, antara lain kecamatan Sidorejo, Sidomukti, Pabelan dan Tuntang.
"Kecamatan-kecamatan tambahan tersebut merupakan kantong Islam yang
kuat," tambah Badwan, alumni Pasca Sarjana IAIN Yogjakarta ini.
Tentu
saja masuknya kecamatan-kacamata baru itu semakin menambah jumlah ummat Islam
di Salatiga. Hanya saja, jumlah yang besar saja tidak ada artinya bila tidak
berkualitas. Alhamdulillah, beberapa tahun belakangan ini geliat da'wah mulai
terasa. Itu diakui M Zulwa, salah satu ketua Muhammadiyah Salatiga. "Dalam
lima tahun terakhir ini semarak da'wah memang sangat terasa di Salatiga,"
katanya.
Untuk
membentengi ummat Islam dari pengaruh Kristenisasi, kaum muslimin Salatiga saat
ini juga aktif melakukan kegiatan-kegiatan da'wah seperti pendirian Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA) dan pengajian-pengajian. Hampir semua kampung di
sana telah berdiri TPA-TPA.
Selain
itu juga terdapat beberapa kelompok pengajian yang memiliki jamaah besar.
Seperti Kelompok Pengajian Pensiunan Salatiga "As Sakinah" yang kini
jumlah jamaahnya 400 orang. Demikian pula pengajian-pengajian di masjid dan
musholla juga berjalan baik.
Da'wah
tersebut semakin marak saat tiba hari raya Islam. Kaum muslimin, tak peduli
dari kelompok mana, bersama-sama merayakannya dengan gebyar da'wah seperti
pawai keliling kota dan perlombaan-perlombaan Islami. "Setidaknya hal ini
menunjukkan bahwa da'wah ummat Islam di sini terus berjalan," kata Suhada.
Di
samping NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan ormas Islam lainnya juga banyak
lembaga swadaya masyarakat (LSM) Muslim dan lembaga da'wah yang aktif melakukan
pembinaan terhadap masyarakat seperti PP An-Nida', Wahana Bhakti, Hidayatullah,
dll. Mereka aktif membina kawula muda seperti anak-anak SMU, mahasiswa, dan
remaja masjid.
Kebangkitan
juga terjadi dalam bidang pendidikan. Sekolah-sekolah Islam mulai tumbuh subur,
terutama untuk tingkat menengah ke bawah. Antara lain SD Islam Al Azhar,
sekolah di bawah yayasan LPIA dan Muhammadiyah. Bahkan sekolah-sekolah Islam
itu sudah menjadi pilihan utama ummat. Menurut Suhada, tokoh pendidikan di
Salatiga, jumlah siswanya terus bertambah tiap tahun. Contohnya, TK Islam milik
LPIA, siswanya sekarang 300 anak, suatu jumlah yang besar untuk ukuran taman
kanak-kanak.
Di
tingkat perguruan tinggi ada STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) yang
berdiri sejak lima tahun lalu. Ke depan, diharapkan reputasi dan kualitas STAIN
mampu melebihi atau setidaknya sejajar dengan UKSW.
Hanya
saja, bangkitnya da'wah dan pendidikan Islam itu ternyata belum mampu
menghentikan Kristenisasi di Salatiga. "Kristenisasi jalan terus,"
kata Imam, yang juga seorang aktivis Islam yang rajin mengumpulkan data-data
Kristenisasi. Sebagai bukti, Imam menyebutkan beberapa nama tetangganya yang
dulunya Muslim kini sebagian ada yang pindah agama. Itu menunjukkan gerakan
memurtadkan ummat Islam masih terus berlangsung.
"Bagi
kami yang terpenting jangan sampai mereka melakukan pemaksaan kepada ummat
Islam untuk masuk Kristen," kata Suhada, yang juga seorang da'i. Pernah
seorang misionaris dari Amerika beberapa waktu lalu. Misionaris itu diusir dari
salah satu desa di Salatiga karena terbukti melakukan kegiatan misi yang
bersifat pemaksaan.
Pernyataan
Suhada itu tentu perlu ditambahi, bukan saja pemaksaan yang dilarang,
menyebarkan agama lain kepada orang yang sudah beragama itu juga tidak boleh.
Begitulah aturan main sesungguhnya.• (A.
Sukur, Bahrul)
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as