Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    kristenisasi di salatiga

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 37
    Lokasi : rahasia

    kristenisasi di salatiga Empty kristenisasi di salatiga

    Post by kutubuku Sat Jul 03, 2010 8:33 pm

    Salatiga,
    Di Bawah Bayang-bayang Kristen



    Padahal jumlah mereka
    minoritas. Lha, ummat Islamnya ke mana saja?






    Sederetan
    mobil keluaran tahun 1997 sampai 2000-an kelihatan berjejer di bawah pohon yang
    rindang. Mobil-mobil itu ada yang bernomor polisi Jakarta, Malang, Manado,
    Kendari dan Semarang. Tak lama kemudian muncul sekelompok mahasiswa-mahasiswi
    dari gedung berlantai lima yang artistik memasuki mobil-mobil itu. Dilihat dari
    logat bicaranya, tampak sekali kalau mereka berasal dari daerah dimana nomor polisi
    itu berasal.






    Mereka
    itu adalah para mahasiswa-mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
    Salatiga Jawa Tengah yang terkenal itu. Kampus yang asri dan tertata rapi yang
    luasnya 12 hektar itu mahasiswanya memang dikenal berasal dari seluruh propinsi
    di Indonesia. Bahkan ada yang datang dari manca negara, Timor Timur. Dari
    kampus ini juga lahir beberapa dosen dan alumni UKSW yang kini menjadi tokoh
    nasional seperti DR. Arif Budiman (kini dosen di salah satu perguruan tinggi di
    Australia), Mathori Abdul Jalil (Menhan) dan DR. Ariel Haryanto, seorang
    kolumnis kondang.






    Sudah
    barang tentu Salatiga sebagai kota dimana UKSW berada namanya juga ikut
    terangkat. Setiap orang yang ingat UKSW pasti ia juga ingat Salatiga. Salatiga
    dan UKSW seakan sudah menjadi dua nama yang melekat. Hanya saja, keterkaitan
    kedua nama itu terkadang menyesatkan. Hanya karena universitas yang memiliki
    9.350 mahasiswa itu berada di kota yang terletak di lereng gunung Merbabu itu,
    maka pandangan orang terhadap kota itu juga tidak jauh dengan persepsinya
    terhadap UKSW. Banyak orang yang menilai bahwa Salatiga adalah kota Kristen.
    Penilaian ini timbul karena mereka melihat UKSW. Universitas tersebut selama
    ini dikenal sebagai salah satu kampus tempat pengkaderan misionaris Kristen terbesar
    di Indonesia Timur. "Image itu memang dikondisikan UKSW," ungkap Mc.
    Paulus, salah seorang tokoh Kristen Salatiga, yang juga salah satu ketua
    persaudaraan antar agama di Salatiga.






    Ditambah
    lagi, di kota yang sejuk ini banyak lembaga pendidikan Kristen berdiri. Selain
    UKSW juga ada empat sekolah tinggi teologi dan lembaga pendidikan dasar dan
    menengah yang jumlahnya cukup banyak.



    "Kami
    harus akui bahwa dikenalnya Salatiga ini karena UKSW," kata Mustofa, salah
    seorang pengusaha muda di kota tersebut. Tapi ia menolak keras jika kotanya
    dijuluki sebagai kota Kristen. Karena dalam realitanya mayoritas penduduknya
    adalah Muslim. "80% penduduk Salatiga adalah ummat Islam," kata ketua
    MUI Salatiga, KH. Drs. Tamam Qaolany menambahkan. Menurut Tamam, kesan seperti
    itu muncul karena gencarnya publikasi UKSW mengkampanyekan Salatiga sebagai
    kota Kristen. Padahal publikasi itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
    Seharusnya sebutan itu diimbangi dengan jumlah pemeluknya. Sedangkan jumlah
    ummat Kristiani di kota itu hanya 11%. "Sebagai warga kota Salatiga dan
    seorang Muslim saya perlu meluruskan kesan tersebut," kata kakek yang
    pernah mengislamkan dua dosen dari Australia sewaktu diminta mengisi materi
    "Teologi Islam" dalam sebuah seminar di UKSW tahun 1996 yang dihadiri
    oleh dosen dari 8 negara Eropa dan Australia.






    Harus
    diakui, meski jumlah ummatnya minoritas, namun sekolah-sekolah Kristen di
    Salatiga jauh lebih mapan ketimbang sekolah-sekolah Islam. "Karena mereka
    memang sudah lama menggelutinya," kata M. Badwan, MAg, Ketua Sekolah
    Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Hal itu juga terkait dengan sejarah
    kota Salatiga. Sejak zaman penjajahan, Salatiga sudah dijadikan sebagai tempat
    pemukiman dan pendidikan bangsa Belanda yang notabene beragama Kristen. Sehingga
    wajar jika mereka jauh lebih mapan dibanding sekolah-sekolah Islam.





    Ummat Islam Bangun




    Terletak
    di sebelah utara Solo, Salatiga merupakan sebuah kawasan yang sejuk dan asri
    buatan Belanda. Dulu, kawasan ini merupakan tempat peristirahatan dan pemukiman
    orang-orang Belanda. Dalam perkembangannya, Belanda juga menjadikan kawasan itu
    sebagai pusat kegiatan Kristenisasi.



    "(Tetapi)
    Meski sudah bertahun-tahun dijadikan sebagai pusat Kristenisasi oleh Belanda,
    nyatanya masyarakat Muslim di sini masih eksis," kata Badwan yang paham
    betul tentang sejarah perkembangan kota ini. Makanya ia mempertanyakan anggapan
    kota tua ini dikatakan sebagai kota Kristen. Karenanya, bagi Badwan sebutan itu
    hanya lipstik dan tidak pada tempatnya.






    Sekarang,
    Salatiga mengalami pemekaran wilayah dan karenanya kemudian berubah menjadi
    kotamadya. Jika sebelumnya kota Salatiga hanya meliputi kecamatan Salatiga
    saja, maka dengan berubahnya status itu kini bertambah pula jumlah wilayah
    kecamatannya, antara lain kecamatan Sidorejo, Sidomukti, Pabelan dan Tuntang.
    "Kecamatan-kecamatan tambahan tersebut merupakan kantong Islam yang
    kuat," tambah Badwan, alumni Pasca Sarjana IAIN Yogjakarta ini.



    Tentu
    saja masuknya kecamatan-kacamata baru itu semakin menambah jumlah ummat Islam
    di Salatiga. Hanya saja, jumlah yang besar saja tidak ada artinya bila tidak
    berkualitas. Alhamdulillah, beberapa tahun belakangan ini geliat da'wah mulai
    terasa. Itu diakui M Zulwa, salah satu ketua Muhammadiyah Salatiga. "Dalam
    lima tahun terakhir ini semarak da'wah memang sangat terasa di Salatiga,"
    katanya.






    Untuk
    membentengi ummat Islam dari pengaruh Kristenisasi, kaum muslimin Salatiga saat
    ini juga aktif melakukan kegiatan-kegiatan da'wah seperti pendirian Taman
    Pendidikan al-Qur'an (TPA) dan pengajian-pengajian. Hampir semua kampung di
    sana telah berdiri TPA-TPA.



    Selain
    itu juga terdapat beberapa kelompok pengajian yang memiliki jamaah besar.
    Seperti Kelompok Pengajian Pensiunan Salatiga "As Sakinah" yang kini
    jumlah jamaahnya 400 orang. Demikian pula pengajian-pengajian di masjid dan
    musholla juga berjalan baik.



    Da'wah
    tersebut semakin marak saat tiba hari raya Islam. Kaum muslimin, tak peduli
    dari kelompok mana, bersama-sama merayakannya dengan gebyar da'wah seperti
    pawai keliling kota dan perlombaan-perlombaan Islami. "Setidaknya hal ini
    menunjukkan bahwa da'wah ummat Islam di sini terus berjalan," kata Suhada.






    Di
    samping NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan ormas Islam lainnya juga banyak
    lembaga swadaya masyarakat (LSM) Muslim dan lembaga da'wah yang aktif melakukan
    pembinaan terhadap masyarakat seperti PP An-Nida', Wahana Bhakti, Hidayatullah,
    dll. Mereka aktif membina kawula muda seperti anak-anak SMU, mahasiswa, dan
    remaja masjid.






    Kebangkitan
    juga terjadi dalam bidang pendidikan. Sekolah-sekolah Islam mulai tumbuh subur,
    terutama untuk tingkat menengah ke bawah. Antara lain SD Islam Al Azhar,
    sekolah di bawah yayasan LPIA dan Muhammadiyah. Bahkan sekolah-sekolah Islam
    itu sudah menjadi pilihan utama ummat. Menurut Suhada, tokoh pendidikan di
    Salatiga, jumlah siswanya terus bertambah tiap tahun. Contohnya, TK Islam milik
    LPIA, siswanya sekarang 300 anak, suatu jumlah yang besar untuk ukuran taman
    kanak-kanak.



    Di
    tingkat perguruan tinggi ada STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) yang
    berdiri sejak lima tahun lalu. Ke depan, diharapkan reputasi dan kualitas STAIN
    mampu melebihi atau setidaknya sejajar dengan UKSW.






    Hanya
    saja, bangkitnya da'wah dan pendidikan Islam itu ternyata belum mampu
    menghentikan Kristenisasi di Salatiga. "Kristenisasi jalan terus,"
    kata Imam, yang juga seorang aktivis Islam yang rajin mengumpulkan data-data
    Kristenisasi. Sebagai bukti, Imam menyebutkan beberapa nama tetangganya yang
    dulunya Muslim kini sebagian ada yang pindah agama. Itu menunjukkan gerakan
    memurtadkan ummat Islam masih terus berlangsung.



    "Bagi
    kami yang terpenting jangan sampai mereka melakukan pemaksaan kepada ummat
    Islam untuk masuk Kristen," kata Suhada, yang juga seorang da'i. Pernah
    seorang misionaris dari Amerika beberapa waktu lalu. Misionaris itu diusir dari
    salah satu desa di Salatiga karena terbukti melakukan kegiatan misi yang
    bersifat pemaksaan.






    Pernyataan
    Suhada itu tentu perlu ditambahi, bukan saja pemaksaan yang dilarang,
    menyebarkan agama lain kepada orang yang sudah beragama itu juga tidak boleh.
    Begitulah aturan main sesungguhnya.• (A.
    Sukur, Bahrul
    )

      Similar topics

      -

      Waktu sekarang Sat Nov 23, 2024 12:44 pm