Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    ayat-ayat embrio

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    ayat-ayat embrio Empty ayat-ayat embrio

    Post by kutubuku Sat Jul 03, 2010 7:45 pm

    EMBRIOLOGI DALAM QURAN

    Seorang ahli embriologi dari Amerika, kagum bahwa Al Quran memuat masalah
    pertumbuhan janin jauh sebelum ilmu pengetahuan menemukannya. Itulah yang
    membuatnya kemudian memilih muslim. Ketika Dr. Keith L. Moore, ahli embriologi
    terkenal dari Amerika membaca suatu tulisan bahwa dalam Al Quran, memuat ihwal
    pertumbuhan janin dari masa pembuahan hingga lahir, ia memang sulit percaya.
    Sebab, menurutnya, pengetahuan embriologi baru dikenal belakangan, terutama
    sejak diketemukannya mikroskop dan piranti-piranti canggih ilmu kedokteran
    modern lainnya. Tapi ketika doktor dari Toronto,
    Kanada, itu kemudian membaca dan mempelajarinya apa yang ia herankan dari Al
    Quran, ia berbalik terkagum-kagum. Benar, dalam Al Quran, diakuinya memuat
    ayat-ayat yang berbicara tentang embriologi secara lengkap dan tuntas.

    “Apa yang tercantum dalam Al Quran itu sungguh tidak mungkin terjangkau oleh
    pengetahuan medis pada abad ketujuh Masehi. Ini suatu mukjizat,” katanya.
    Berdasarkan itulah, antara lain, membuat Dr. Keith L. Moore kemudian memutuskan untuk menganut
    agama Islam, menjadi seorang muslim.

    Kini Dr. Keith L. Moore ikut aktif menangani publikasi Perhimpunan Medika
    Islam Amerika Utara, Downers Grove,
    Illinois, USA.
    Ia adalah seorang ahli embriologi dari Toronto,
    Kanada. Pada ulang tahun ke-18 Perhimpunan Medika Islam di Niagara Falls, New
    York, muallaf yang relatif belum lama menjadi muslim itu mengatakan bahwa
    referensi tentang perkembangan dan reproduksi manusia tersebar di berbagai ayat
    Al Quran. Sejalan dengan perjalanan ilmu pengetahuan yang merayap terlalu
    lambat, arti ayat-ayat tersebut baru bisa ditafsirkan semestinya pada masa-masa
    belakangan.

    Dimulai dari surah 39 Azzumar ayat 6, keyakinan Dr. Keith L. Moore itu
    berdasarkan tempat pijaknya dengan kokoh. Ayat itu berbunyi:

    “Dia menciptakan kamu dari satu makhluk lalu dijadikan-Nya dari makhluk itu
    pasangannya. (Dan Dia menurunkan untukmu delapan pasang binatang ternak). Dia
    membentuk kamu dalam perut ibu-ibumu melalui tahap-tahap penciptaan dalam tiga lipat
    kegelapan (kegelapan dalam perut, dalam rahim, dan dalam selaput yang menutupi
    janin). Itulah Allah, Tuhanmu, yang memiliki kekuasaan, tiada tuhan selain Dia.
    Jadi mengapakah kamu berpaling ?”

    Diteruskan dengan menelusuri surah 23 al Mukminun ayat 13 dan 14, “Kemudian
    Kami tempatkan dia sebagai setitik bibit dalam penyimpanan yang kuat. Lalu
    bibit itu Kami jadikan segumpal darah, Kami bentuk pula gumpalan darah itu
    menjadi segumpal daging, dan dari gumpalan daging itu Kami jadikan lagi
    tulang-belulang, dan tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging, dari
    situlah Kami ciptakan makhluk yang lain. Maka sucikanlah Allah sebagai Pencipta
    paling baik.”

    Berikutnya, Dr. Keith L. Moore membacakan ayat 5 dari surah ke-22. Di sana
    Allah berfirman, “Wahai manusia, apabila kamu ragu-ragu mengenai Hari
    Kebangkitan, ingatlah, Kami ciptakan kamu dari debu , lalu dari setetes nutfah,
    lalu dari segumpal daging, yang telah berbentuk maupun yang belum berbentuk,
    supaya menjadi jelas bagimu. Lantas Kami mukimkan di dalam rahim sesuai
    kehendak Kami hingga waktu yang telah ditentukan. Kemudian Kami keluarkan kamu
    sebagai bayi, yang berangsur-angsur mencapai kedewasaan. Ada yang mati muda diantara kamu, ada pula
    yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, sehingga ia tidak tahu apa-apa lagi
    terhadap semua yang pernah diketahuinya. Bukankah kamu lihat bumi ini kering,
    tetapi bila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi ini dengan subur,
    serta menumbuhkan berbagai tanaman yang indah-indah dari tiap pasangannya.”

    Menurut Dr. Moore, illustrasi tentang fetus (embrio
    yang telah berkembang) di dalam uterus (peranakan), baru muncul pertama kali
    pada abad 15 M, oleh Leonardo da Vinci. Memang pada abad kedua, Galen pernah
    menggambarkan tentang plasenta dan selaput-selaput janin dalam buku, “On the
    Formation of the Foetus”, namun jauh berbeda dengan yang diuraikan pada abad
    ketujuh Masehi. Dan kala itu, para ahli kedokteran telah mengetahui bahwa
    embrio manusia berkembang di dalam uterus. Tetapi tidak seorangpun mengetahui
    bahwa perkembangan tersebut berlangsung secara bertahap. Malah pada abad kelima
    belas pun belum didiskusikan, apalagi digambarkan. Setelah mikroskop ditemukan
    oleh Leeuwenhook pada abad keenam belas, barulah uraian tentang tahap-tahap
    permulaan embrio ayam mulai diselidiki para ahli.

    Pengetahuan mengenai pentahapan embrio manusia tidak terbayangkan hingga
    abad 20 ketika Streeter (1941) dan O’Rahilly (1972) mengembangkan sistem
    pentahapan yang pertama kali. Lebih-lebih, tentang tiga lipat kegelapan, yang
    ternyata dimaksudkan kepada tiga pelapisan. Yaitu dalam lapisan dinding perut,
    dinding rahim, dan selaput janin.

    Dari pengertian etimologis, sebenarnya “alaqah” yang biasanya diterjemahkan
    dengan segumpal darah lebih memberat kepada pengisap darah, yaitu lintah. Padahal
    tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika embrio berada pada tahap ini
    (7-24 hari) selain seperti lintah menggelantung di kulit, baik keadaannya yang
    seolah menggelantung di dinding uterus, maupun sumber hidupnya. Sebagaimana
    sumber makanan lintah dari darah manusia yang ditempelinya. Begitu pula janin.
    Sumber makanannya adalah dari darah sang ibu. Ajaibnya, jika janin dalam tahap
    ini diperbesar menggunakan mikroskop, bentuknya memang betul-betul menyerupai
    lintah.

    Mengingat pada abad ke-7 itu belum ada mikroskop ataupun lensa pembesar,
    maka pengetahuan tentang embrio manusia yang mirip lintah itu tidak mungkin
    berasal dari manusia. Dan siapa lagi, kalau bukan dari Allah ?

    REPRODUKSI MANUSIA DALAM QURAN

    Adalah tidak mudah untuk mendapatkan ide reproduksi
    dalam Quran. Kesulitan pertama adalah ayat-ayat yang mengenai soal ini tersebar
    di seluruh Quran seperti yang kita lihat dalam soal-soal lain. Tetapi soal ini
    tidak merupakan kesulitan besar. Yang dapat menyesatkan seorang penyelidik
    adalah soal arti kata (vocabulary).


    Pada waktu sekarang terdapat terjemahan-terjemahan
    dan tafsiran tentang beberapa ayat yang memberi gambaran salah tentang wahyu
    Quran mengenai hal-hal ilmiah. Kebanyakan terjemahan Quran menyebutkan
    pembentukan manusia mulai dengan “segumpal darah” dan adherence (rangkaian) .
    Penjelasan semacam itu sangat tak dapat diterima oleh seorang spesialis..
    Manusia bukan begitu asal mulanya. Dalam ayat-ayat yang membicarakan menetapnya
    telur dalam uterus (rahim) wanita, kita akan melihat kesalahan ahli-ahli
    keislaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah.


    Keadaan semacam itu meyakinkan kita akan pentingnya
    perpaduan antara pengetahuan bahasa dan pengetahuan ilmiah agar dapat mengerti
    makna ayat Quran yang membicarakan reproduksi.


    Quran menandaskan transformasi terus-menerus yang
    dialami oleh embrio dalam uterus (rahim) si ibu.


    Q.S.82 ayat 6-7:

    “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu
    (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah membentuk kamu
    lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.”


    Q.S.71 ayat 13-14:

    “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah ?
    Padahal Dia sesungguhnya telah membentuk kamu dalam beberapa tingkatan
    kejadian.”


    Disamping pernyataan yang sangat umum, teks Quran
    menarik perhatian kita mengenai soal-soal teks reproduksi, yang dapat kita
    kelompokkan sebagai berikut:


    1. Setitik cairan yang menyebabkan terjadinya
    pembuahan (fecondation)


    2. Kompleksitas cairan pembuah

    3. Penanaman (nidasi) telur yang dibuahi dalam
    rahim


    4. Perkembangan (evolusi) embrio



    I. SETITIK CAIRAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK
    PEMBUAHAN (FECONDATION)


    Q.S.16 ayat 4:

    “Dia telah membentuk manusia dari nuthfah (sejumlah
    kecil bagian sesuatu).”


    Kata (bahasa Arab) “nuthfah” ditemukan sebelas kali
    dalam Quran. Kata nuthfah diterjemahkan di sini sebagai “sejumlah amat kecil”
    bahagian dari total volume suatu zat. Barangkali hal ini bukanlah penerjemahan
    yang paling ideal. Tetapi tampaknya tak ada satu kata dalam bahasa Indonesia
    pun yang bisa sepenuhnya menangkap makna penuhnya dari kata tersebut. Kata
    tersebut berasal dari kata kerja bahasa Arab yang berarti “jatuh bertitik atau
    menetes”, yang berasal dari akar kata yang berarti: mengalir. Arti utamanya
    merujuk kepada jejak cairan yang tertinggal di dasar suatu ember setelah ember
    tersebut dikosongkan. Jadi kata itu menunjukkan setetes kecil, dan disini
    berarti setitik cairan sperma, karena dalam ayat lain diterangkan bahwa setitik
    itu adalah setitik sperma. Kata bahasa Arab ‘Maniy’ berarti sperma.


    Q.S.75 ayat 37:

    “Bukankah manusia dahulu merupakan nuthfah
    (sejumlah kecil bagian) dari maniy (sperma) yang ditumpahkan.”


    Dengan kata lain penunjukan nuthfah berarti hanya
    sebahagian kecil (setitik) saja dari total volume cairan mani (sperma) tersebut
    yang dibutuhkan dalam proses pembentukan manusia. Jadi Quran telah menyampaikan
    gagasan bahwa kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung pada besarnya
    volume cairan yang disemburkan. Dan gagasan tersebut terbukti benar dengan
    ditemukannya kemaujudan spermatozoa di awal abad ke-17, yang mana identitas
    unsur pembuah ini diukur hanya dalam satuan-satuan perseribu milimeter.


    Proses reproduksi manusia berlangsung dalam suatu
    rangkaian yang dimulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia (pembuluh
    lembut yang menghubungkan rahim dengan daerah indung telur). Suatu sel telur
    yang telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan (melalui
    siklus menstrual), dibuahi oleh suatu sel yang berasal dari pria, yaitu
    spermatozoa. Dari berpuluh-puluh juta spermatozoa yang terkandung dalam satu
    sentimeter kubik sperma, hanya dibutuhkan satu spermatozoa saja untuk menjamin
    terjadinya pembuahan. Dengan kata lain proses ini sesuai dengan gagasan Quran
    bahwa hanya sejumlah sangat kecil dari cairan sperma yang berperan dalam proses
    pembuahan.


    Suatu ayat lain menunjukkan bahwa setitik sperma
    itu ditaruh di tempat yang tetap (Qarar) yang berarti alat kelamin.


    Q.S.23 ayat 13:

    “Kemudian Kami jadikan nutfah (setitik sperma) itu
    (disimpan) dalam ‘makin’ (tempat yang kokoh/ rahim).”


    Perlu ditambahkan di sini bahwa kata sifat “makin”
    tak dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut
    menunjukkan tempat yang terhormat, tinggi, dan kokoh. Bagaimanapun maksudnya
    adalah tempat membesarnya manusia dalam organisme ibu.


    Spermatozoa mengandung pita DNA, hal ini pada
    gilirannya membentuk kendaraan bagi gen-gen dari sang ayah untuk bersatu dengan
    gen-gen dari sang ibu untuk membentuk warisan genetik bagi calon manusia.
    Gen-gen yang terkandung di dalam sel reproduksi pria, akan bergabung dengan gen-gen
    sel reproduksi wanita, membentuk faktor-faktor yang akan menentukan berbagai
    kekhasan calon manusia itu.


    Saat penyusutan kromatik berlangsung, spermatozoa
    itu membawa gen-gen yang mengandung faktor-faktor yang menentukan apakah calon
    manusia itu akan berjenis kelamin laki-laki (hemicromosom Y), atau wanita
    (hemicromosom X). Jika satu spermatozoa yang benar-benar berhasil membuahinya,
    mengandung hemicromosom Y, maka calon anak tersebut akan menjadi anak
    laki-laki. Jika spermatozoa yang menembus sel telur mengandung hemicromosom X,
    maka calon anak tersebut akan menjadi anak perempuan.


    Oleh karena itu jenis kelamin seseorang, secara
    genetik, ditentukan pada saat terjadi pembuahan. Al Quran mengandung pernyataan
    mengenai masalah tersebut sebagaimana berikut:


    Q.S.80 ayat 19:

    “Dari nutfah (setitik bagian), (Tuhan) khalaqa
    (membentuknya dalam proporsi yang tepat), lalu faqoddaroh (menentukannya).”


    Kata “khalaqa” yang biasanya diterjemahkan dengan
    kata kerja “menciptakan”, lebih tepat kalau diterjemahkan (sesuai arti aslinya)
    yaitu “membentuk dengan proporsi yang sesuai.” Kita tentu mesti mengakui bahwa
    dalam hal ini ditemukan kesesuaian yang mencengangkan antara
    pernyataan-pernyataan dalam Quran dengan fakta-fakta ilmiah di atas, juga fakta
    bahwa warisan genetik yang diterima dari ayahlah yang menentukan jenis kelamin
    seseorang.


    II. KOMPLEKSITAS CAIRAN PEMBUAH

    Q.S.76 ayat 2:

    “Sungguh Kami telah membentuk manusia dari nuthfah
    (setitik sperma) amsyaj (cairan yang bercampur).”


    Istilah ‘cairan-cairan yang bercampur’ berkaitan
    dengan kata Arab “Amsyaj”. ‘Cairan-cairan yang bercampur’ yang dirujuk oleh Al
    Quran hanya khas bagi cairan sperma yang kompleks. Seperti kita ketahui, cairan
    ini terdiri atas keluaran-keluaran getah dari kelenjar-kelenjar berikut ini:


    a. Testis (buah pelir), pengeluaran kelenjar
    kelamin lelaki yang mengandung spermatozoa yakni sel panjang yang berekor dan
    berenang dalam cairan serolite.


    b. Kantong-kantong benih (besicules seminates);
    organ ini merupakan tempat menyimpan spermatozoa, tempatnya dekat prostrat;
    organ ini juga mengeluarkan cairan tetapi sifatnya tidak membuahi. Prostrat,
    mengeluarkan cairan yang memberi sifat krem serta bau khusus kepada sperma.


    c. Kelenjar-kelenjar yang melekat pada saluran
    kencing. Kelenjar Cooper atau Mery mengeluarkan cairan yang melekat, dan
    kelenjar Lettre mengeluarkan semacam lendir.


    Itulah unsur-unsur campuran yang disebut dalam
    Quran.


    Cairan benih dan spermatozoa diproduksi oleh buah
    pelir dan untuk waktu tertentu disimpan di dalam suatu sistem saluran dan tandon.
    Ketika terjadi kontak seksual, spermatozoa itu berpindah dari tempat
    penyimpanannya ke saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan tersebut
    diperkaya dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut. Keluaran-keluaran getah
    ini yang meskipun tidak mengandung unsur-unsur pembuah, akan memberikan suatu
    pengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu sperma untuk sampai ke
    tempat sel telur wanita yang akan dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu
    merupakan suatu campuran: ia mengandung cairan benih dan berbagai keluaran
    getah tambahan.


    Al Quran masih menyebut hal-hal lain. Ia juga
    menjelaskan kepada kita bahwa unsur pembuah pria berasal dari cairan sperma
    yang bersifat hina.


    Q.S.32 ayat 8:

    “(Tuhan) menjadikan keturunannya (manusia) dari
    sulalat (saripati) maa’ (cairan) yang mahin (hina)”


    Kata sifat ‘yang hina’ (mahin di dalam bahasa Arab)
    mesti diterapkan tidak saja pada sifat cairan itu sendiri melainkan juga pada
    fakta bahwa ia disemprotkan melalui saluran kencing.


    Mengenai kata ‘saripati’ atau suatu komponen bagian
    dari komponen yang lain, kita sekali lagi bertemu dengan kata Arab “sulalat”,
    yang pernah dibahas dalam tulisan saya terdahulu “Teori Evolusi dalam Quran”.
    Hal ini menunjuk pada ‘sesuatu bahan yang diambil dari bahan lain’, dan
    merupakan ‘bagian terbaik dari bahan itu. Bagaimanapun cara menterjemahkannya,
    maksudnya adalah satu bagian daripada suatu keseluruhan bahan tersebut. Konsep
    yang diungkapkan disini, tidak bisa tidak, membuat kita berpikir tentang
    spermatozoa.


    Yang menyebabkan pembuahan telor atau memungkinkan
    reproduksi adalah sebuah sel panjang yang besarnya 1/10.000 (sepersepuluh ribu)
    milimeter. Satu daripada beberapa juta sel yang dikeluarkan oleh manusia dalam
    keadaan normal dapat masuk dalam telor wanita (ovule). Sebagian besar sisa
    lainnya tetap dijalan dan tidak sampai ke trayek yang menuntun dari kelamin
    wanita sampai ke telor (ovule) di dalam rongga rahim (uterus dan trompe).
    Dengan begitu maka hanya bagian sangat kecil daripada cairan yang menunjukkan
    aktivitas sangat kompleks.


    Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian
    antara teks Quran dengan pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang.


    III. PENANAMAN (NIDASI) TELUR YANG DIBUAHI
    DALAM RAHIM


    Telor yang sudah dibuahkan dalam “Trompe” turun
    bersarang di dalam rongga rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan
    “bersarangnya Telur”. Quran menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim
    (kata jamaknya Arham).


    Q.S.22 ayat 5:

    “Dan Kami tetapkan dalam ‘arham’ (rahim) apa yang
    kamu kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.”


    Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke rahim melalui
    tabung Falopia; bahkan pada saat ia turun itulah, ia telah mulai terpecah.
    Kemudian ‘menanamkan’ dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan atau
    kekentalan lendir dan otot-otot, begitu tembuni terbentuk. Menetapnya telur
    dalam rahim terjadi karena tumbuhnya jonjot (villi) yakni perpanjangan telor
    yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telor,
    sebagaimana akar tumbuhan masuk ke dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini
    mengokohkan telor dalam rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh
    manusia pada zaman modern.


    Penanaman sel telur yang telah dibuahi di dalam
    rahim disebutkan dalam banyak ayat Al Quran. Kata Arab yang digunakan dalam
    konteks ini adalah ‘alaq’, yang arti tepatnya adalah ‘sebentuk lintah yang
    menggantung/ melekat’ sebagaimana dalam ayat berikut ini:


    Q.S.75 ayat 37-38:

    “Bukankah (manusia) dahulu merupakan nuthfah
    (setitik bagian) dari mani (sperma) yang ditumpahkan ? Kemudian ia menjadi
    alaqah (sebentuk lintah yang menggantung); lalu Allah membentuknya (dalam
    ukuran yang tepat dan selaras) dan menyempurnakannya.”


    Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa sel telur
    yang dibuahi tertanam dalam lendir rahim kira-kira pada hari keenam setelah
    pembuahan mengikutinya dan secara anatomis sungguh telur tersebut bentuknya
    benar-benar menyerupai lintah yang menggantung/ melekat.


    Gagasan tentang ‘kebergantungan’ mengungkapkan arti
    asli kata dalam bahasa Arab ‘alaq. Salah satu turunan dari kata tersebut adalah
    ‘segumpal darah’, suatu penafsiran yang masih kita temukan sekarang dalam
    terjemahan-terjemahan Al Quran. Hal ini sepenuhnya merupakan terjemahan yang
    tidak tepat dari pengulas-pengulas zaman dahulu yang melakukan penafsiran
    menurut arti turunan kata tersebut. Karena kurangnya pengetahuan pada waktu
    itu, maka mereka tak pernah menyadari bahwa arti asli kata tersebut yang
    berarti ‘sebentuk lintah yang menggantung/ melekat’ sudah sepenuhnya memadai.
    Di samping itu, dalam ayat-ayat yang mengandung pengetahuan modern, ada satu kaidah
    umum yang terbukti tak pernah salah, yaitu bahwa makna paling tua dari suatu
    kata selalu merupakan arti yang dengan jelas menunjukkan kesetaraannya dengan
    penemuan-penemuan ilmiah, sedang arti turunan-turunannya secara berubah-ubah
    membawa kepada pernyataan-pernyataan yang tidak tepat atau malah sama sekali
    tak punya arti.


    IV. EVOLUSI EMBRIO DI DALAM RAHIM

    Segera setelah berevolusi melampaui tahap yang
    dicirikan di dalam Al Quran oleh kata sederhana alaqah, embrio menurut Al
    Quran, melewati satu tahap selanjutnya yang di dalamnya secara harfiah tampak
    seperti daging yang digulung-gulung (mirip daging yang dikunyah), kemudian
    nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging (yang segar).


    Sebagaimana kita ketahui ia terus tampak demikian
    sampai kira-kira hari kedua puluh ketika ia mulai secara bertahap mengambil
    bentuk manusia. Jaringan-jaringan tulang dan tulang-belulang mulai tampak dalam
    embrio itu yang secara berturutan diliputi oleh otot-otot. Gagasan ini
    diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:


    Q.S.23 ayat 14:

    “Kemudian ‘nutfah’ (setitik bahan dari mani) itu
    Kami bentuk menjadi ‘alaqah’ (sebentuk lintah yang menggantung), lalu ‘alaqah’
    itu Kami bentuk menjadi ‘mudlghah’ (daging yang digulung-gulung), dan
    ‘mudlghah’ itu Kami bentuk menjadi ‘idham’ (tulang belulang), lalu ‘idham’ itu
    Kami bungkus dengan ‘lahm’ (daging yang utuh). Kemudian Kami jadikan dia
    makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”


    Dua tipe daging yang diberi dua nama yang berbeda
    di dalam Al Quran, yang pertama ‘daging yang digulung-gulung/ dikunyah’ disebut
    sebagai ‘mudlghah’, sedang yang kedua ‘daging yang sudah utuh/ segar’
    ditunjukkan oleh kata ‘lahm’ yang memang menguraikan secara amat tepat
    bagaimana rupa otot itu. Jadi dari bentuk “mudlghah”, lalu berkembanglah sistem
    tulang (mesenhyme). Tulang yang sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot,
    inilah yang dimaksudkan dengan “lahm”.


    Q.S.22 ayat 5:

    “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
    kebangkitan (dari kubur) maka (ketahuilah) bahwasanya Kami telah membentuk kamu
    dari Thurab (tanah), kemudian dari Nutfah (setitik sperma), kemudian dari
    alaqah (sebentuk lintah yang melekat), kemudian dari mudlghah (daging yang
    digulung-gulung) yang mukhallaq (seimbang proporsinya) dan ghairi mukhallaq
    (yang kurang seimbang proporsinya), agar Kami jelaskan kepada kamu.”


    Arti kata bahasa Arab “mukhallaq” berarti “dibentuk
    dengan proporsi seimbang”, sedang lawan katanya adalah “ghairi mukhallaq”.
    Dalam perkembangan embrio, yang sebelumnya tampak telanjang sebagai suatu
    kelemit daging yang tidak memiliki bagian-bagaian yang bisa dibedakan, kemudian
    berkembang secara bertahap hingga mencapai satu bentuk manusia. Dan selama
    tahap-tahap ini ada bagian-bagian yang seimbang, namun ada pula bagian-bagian
    tertentu lainnya yang muncul tidak seimbang proporsinya: seperti kepala agak
    lebih besar volumenya dibanding bagian-bagian tubuh lainnya. Namun akhirnya hal
    ini akan menyusut, sedang struktur penopang hidup dasar membentuk kerangka yang
    dikelilingi otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut (bagian dalam
    tubuh) dan sebagainya.


    Al Quran juga menyebutkan munculnya indra-indra dan
    bagian-bagian dalam tubuh.


    Q.S.32 ayat 9:

    “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam
    (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagimu pendengaran,
    penglihatan, dan hati; tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”


    Quran juga menyebutkan terbentuknya seks (ciri
    kelamin):


    Q.S.53 ayat 45-46:

    “Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan
    berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari nutfah (setitik mani) yang
    dipancarkan/ ditumpahkan.”






    http://cc.domaindlx.com/ilma/teori.htm

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 8:51 am