Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    nilai kepatuhan wanita

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 37
    Lokasi : rahasia

    nilai kepatuhan wanita Empty nilai kepatuhan wanita

    Post by kutubuku Sat Jul 03, 2010 4:28 pm

    Nilai Kepemimpinan
    Lelaki dan Kepatuhan Wanita


    Oleh: H. Hartono Ahmad Jaiz


    إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
    وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
    مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ
    أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
    عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
    فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا
    اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى:
    يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
    وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا
    اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
    يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
    يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
    وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.



    أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ
    كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
    وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
    وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
    وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.


    Allah Ta’ala berfirman:
    “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
    melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan
    karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab
    itu maka wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara
    diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia
    dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
    memelihara “(mereka; maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada suami untuk
    mempergauli isterinya dengan baik). (QS An-Nisaa’/ 4:34).


    Ayat ini menegaskan tentang
    kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita, dan menjelaskan tentang wanita
    shalihah.
    Menurut Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, pembesarnya, hakim
    atasnya, dan pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik,
    sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan
    tertinggi. Karena Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:



    لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ
    امْرَأَةً.


    “Tidak akan beruntung suatu
    kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang
    wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari
    ayahnya).


    Ibnu Katsir melanjutkan,
    dan demikian pula (khusus untuk lelaki) jabatan qodho’/ kehakiman dan hal-hal
    lainnya. Karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka, yaitu
    berupa mahar/ maskawin, nafkah-nafkah dan beban-beban yang diwajibkan Allah
    atas lelaki untuk menjamin perempuan. Maka dalam diri lelaki itu ada kelebihan
    dan keutamaan atas perempuan, hingga sesuailah kalau lelaki itu menjadi
    pemimpin atas perempuan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
    “Dan laki-laki memiliki satu derajat lebih atas wanita” . (Lihat Tafsir Ibnu
    Katsir, juz I, halaman 608, atau juz II, halaman 292 tahqiq Sami As-Salamah).


    Penjelasan Ibnu Katsir itu
    ada rincian yang senada yaitu perkataan Abu As-Su’ud: “Dan pengutamaan bagi
    kaum laki-laki itu karena kesempurnaan akal, bagusnya pengaturan, kesungguhan
    pandangan, dan kelebihan kekuatannya. Oleh karena itu ada kekhususan bagi
    laki-laki yaitu mengenai an-nubuwwah (kenabian), al-imamah (kepemimpinan),
    al-wilayah (kewalian), as-syahadah (kesaksian --dalam perkara pidana, wanita
    tidak boleh jadi saksi, hanya khusus lelaki, pen) jihad dan hal-hal lainnya.
    (Irsyaadul ‘Aqlis Saliim, 1/339).


    Wanita shalihah

    Selanjutnya, arti ayat:
    “Sebab itu maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi
    memelihara diri,” maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta
    memelihara rahasia dan harta suaminya; “ketika suaminya tidak ada, oleh karena
    Allah telah memelihara (mereka).”
    Ini adalah rincian keadaan wanita di bawah kepemimpinan lelaki. Allah Ta’ala
    telah menyebutkan bahwa wanita itu ada dua macam. Yang satu adalah
    wanita-wanita shalihah muthi’ah (baik lagi taat) dan yang lain adalah ‘ashiyah
    mutamarridah (bermaksiat lagi menentang).


    Wanita-wanita shalihah
    muthi’ah adalah taat kepada Allah dan suaminya, melaksanakan hak-hak dan
    kewajiban yang ada pada dirinya, menjaga dirinya dari kekejian (zina), dan
    menjaga harta suaminya dari pemborosan. Sebagaimana mereka menjaga hal-hal yang
    berlangsung antara dirinya dan suaminya yang wajib disembunyikan dan menjaga
    baik-baik kerahasiaannya. Di dalam hadits disebutkan:



    إِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ
    مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلُ يُفْضِيْ إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِيْ إِلَيْهِ
    ثُمَّ يَنْشُرُ أَحَدُهُمَا سِرَّ صَاحِبِهِ. (رواه مسلم و أبو داود).


    “Sesungguhnya termasuk
    sejelek-jelek manusia bagi Allah tempatnya di hari kiamat, (yaitu) laki-laki
    yang menggauli (menyetubuhi) isterinya dan isterinya pun menggaulinya, kemudian
    salahsatunya menyiarkan rahasia teman bergaulnya itu.” (HR Muslim dan Abu
    Daud).


    Keadaan masyarakat jahil


    Aturan dalam Al-Quran telah
    tegas dan jelas, lelaki itu pemimpin atas wanita, sedang wanita itu
    dipentingkan ketaatannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan kepada suaminya. Namun
    kepemimpinan lelaki ataupun ketaatan wanita seakan tidak dianggap penting dalam
    dunia jahil. Hingga muncul kondisi yang ironis, tidak sesuai aturan. Ada wanita
    yang diangkat-angkat oleh orang-orang jahil melebihi kodratnya dan melanggar
    aturan agama. Sebaliknya, ada wanita-wanita yang diperlakukan oleh orang-orang
    jahil sebagai barang mainan, yang hal itu melanggar kodratnya atau fitrahnya,
    disamping melanggar aturan agama. Seharusnya, wanita mendapat perlindungan,
    pemeliharaan dari para suami dan bahkan masyarakat. Namun, justru wanita
    dijadikan alat untuk melariskan hal-hal yang tak terpuji atau tak sesuai dengan
    ajaran Islam, misalnya tontonan. Sehingga wanita yang sebenarnya terhormat itu
    kemudian dijadikan bahan tontonan. Ada orang tua atau suami yang merelakan
    wanitanya jadi penyanyi, penjoget, pelawak, pelaku adegan-adegan film atau
    sinetron tak senonoh yang ditonton banyak orang. Ada orang tua dan suami-suami
    yang merelakan wanitanya dijadikan pajangan untuk menarik pembeli atau konsumen
    di toko-toko, di bank-bank, di pameran-pameran perdagangan, di hotel-hotel dan
    sebagainya. Jual beli antara lelaki dan perempuan pada asalnya mubah,
    boleh-boleh saja. Tetapi sekarang wanita di pertokoan bukan sekadar sebagai
    pelayan, namun sebagai alat penarik konsumen, hingga wanita-wanita pelayan itu
    diseragami pakaian yang setengah telanjang. Ini sudah bertentangan dengan
    aturan Islam. Dan bahkan ada orang tua atau suami yang merelakan wanitanya
    dijadikan mainan oleh orang lain. Na’uudzu billaahi min dzaalik. Lelaki yang
    demikian itu adalah dayyuts, tidak merasa cemburu terhadap keluarganya yang
    berbuat sesuatu dengan lelaki lain. Menurut Hadits Nabi n, surga haram atas
    lelaki dayyuts.



    ثَلاَثَةٌ لاَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ؛
    الْعَاقُ لِوَالِدَيْهِ وَالدَّيُّوْثُ وَرَجُلَةُ النِّسَاءِ.


    “Tiga orang yang tidak
    masuk surga (yaitu): orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, dayyuts
    (laki-laki yang membiarkan kemaksiatan pada keluarganya), dan perempuan yang
    menyerupakan dirinya dengan laki-laki.” (Hadits Riwayat Al- Hakim dan
    Al-Baihaqi, hadits hasan dari Ibnu Umar).


    Jadi lelaki yang merelakan
    isterinya ataupun anak-anaknya dijadikan pajangan padahal seharusnya lelaki itu
    punya rasa cemburu dan menjaganya, namun justru merelakannya, maka bisa
    dimasukkan dalam lingkungan yang mengarah pada dayyuts. Maka betapa ruginya.
    Akibat merelakan keluarganya (yang wanita) dijadikan pajangan itu kemudian
    menjadikan haramnya surga baginya. Ia tidak akan masuk surga. Sehingga, hanya
    kerugian lah yang didapat. Kesenangan di dunia tidak seberapa, namun haramnya
    masuk surga telah mengancamnya. Inilah yang mesti kita berhati-hati benar dalam
    hal menjaga diri dan keluarga kita.


    Dianggap lumrah, biasa

    Sangat disayangkan sekali,
    dunia jahil telah memupuk aneka macam pelanggaran seperti tersebut diatas
    menjadi pemandangan yang biasa. Dianggapnya tidak ada masalah. Padahal, semua
    tontonan dan pekerjaan yang menarik konsumen dengan cara memajang wanita itu
    sudah mengikuti bujukan syetan, sekaligus melanggar aturan Allah. Allah
    memerintahkan agar kita menahan sebagian pandangan kita terhadap lain jenis
    (lihat QS An-Nuur: 30-31) namun justru orang-orang yang mendukung dunia jahil
    ini menarik-narik manusia agar membuka mata lebar-lebar untuk “menikmati”
    wanita yang mereka pajang. Itu semua alurnya adalah mendekatkan kepada zina.
    Sedangkan Allah Subhannahu wa Ta'ala menegaskan:
    "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
    perbuatan yang keji dan satu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32).


    Dalam ayat itu ditegaskan,
    tidak boleh mendekati zina. Ini telah mencakup larangan segala hal yang
    menghantarkan kepada perbuatan zina. Memajang wanita-wanita dalam aneka
    pergaulan hidup yang dimaksudkan untuk menarik konsumen ataupun pelanggan atau
    penonton itu sudah termasuk sarana mendekatkan ke arah zina. Karena hal itu
    sudah merupakan sarana atau penghantar, maka terkena kaidah (الحكم بوسائله)
    hukum itu mencakup sarananya. Mendekati zina itu jelas telah dilarang dengan
    tegas oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala. Maka mengadakan sarana untuk dekat
    dengan zina atau yang jurusannya mendekati zina berarti haram pula.


    Lebih dari itu, ayat tersebut
    mengandung makna, lebih terlarang lagi adalah zinanya itu sendiri. Karena
    mendekati zina saja sudah dilarang. Inilah yang di dalam ilmu ushul fiqh
    disebut Qiyas Aulawi”. Contohnya, mengatakan uf/ hus kepada orang tua saja
    diharamkan, apalagi memukulnya, maka lebih lagi haramnya. Jadi, mendekati zina
    saja dilarang, apalagi berzina. Itulah pengertiannya.


    Dengan demikian, ayat
    tersebut sangat strategis sifatnya. Yaitu, ke bawah: sarana-sarana dan
    perbuatan yang menjurus pada pendekatan zina sudah ikut terlarang. Sedang ke
    atas: perbuatan zina itu sendiri lebih terlarang lagi.


    Aturan di dalam Islam
    sebegitu jelas dan gamblang, namun dalam dunia yang jahil orang yang
    menyepelekan bahkan justru menggalakkan hal-hal yang menjurus pada pendekatan
    zina, bahkan membolehkan perzinaan itu sendiri lebih dihormati. Ini benar-benar
    keterlaluan.


    Wanita shalihah sangat
    terpuji


    Islam memberikan imbalan
    pahala sesuai dengan kadar kepayahan atau usaha manusia. Wanita dari zaman ke
    zaman, oleh orang-orang jahil merupakan sasaran yang paling utama untuk
    dijadikan daya pikat. Memerankan wanita sebagai daya pikat itu sendiri sudah
    merupakan pelanggaran sebagaimana diuraikan di atas. Maka Islam memberikan
    antisipasinya atau pencegahannya, yaitu pertama dengan melarang manusia
    mendekati zina, dan kedua memberikan tempat yang terpuji bagi wanita yang
    shalihah.


    Islam menempatkan wanita
    shalihah dalam kedudukan yang terpuji itu bisa difahami pula bahwa untuk
    membina wanita agar jadi shalihah, serta wanita itu sendiri dalam berupaya
    menjadi wanita shalihah adalah perkara yang besar. Perkara yang banyak
    godaannya. Kenapa? Karena, manusia jahil telah menjadikan wanita sebagai
    sasaran untuk dijadikan daya pikat, dan itu jelas bertentangan dengan Islam.
    Sedangkan wanita itu sendiri didudukkan oleh manusia-manusia jahil pada posisi
    yang enak, yang menggiurkan, bila mau melanggar aturan Islam. Sehingga wanita
    itu sendiri akan sulit mempertahankan diri agar menjadi orang yang shalihah
    alias taat aturan Allah dan RasulNya. Maka sesuai dengan istilah
    "aljazaa’u min jinsil ‘amal,” imbalan itu sesuai dengan perbuatan, maka
    wanita shalihah sangat dihormati dalam Islam karena memang sulit melakukannya.
    Bukan sulit karena secara naluriah, namun sulit karena lebih banyak godaannya,
    baik dari dalam nafsu wanita itu sendiri maupun faktor dari luar, lingkungan
    yang jahil.
    Dari sini bisa difahami betapa terpujinya wanita yang baik yang istilahnya
    wanita shalihah. Yaitu wanita yang menuruti aturan agama suci dengan patuh,
    yang otomatis mampu menjalani sikap dan perilaku tanpa melanggar ajaran Ilahi,
    yang mencakup segi kehidupan demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Terhadap
    wanita shalihah itu, ada pula pujian simpati dari Rasulullah Shalallaahu alaihi
    wasalam :



    اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا
    الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ. (رواه مسلم و النسائي).


    “Dunia ini adalah perhiasan
    yang menyenangkan hati. Dan sebaik-baik perhiasan yang menyenangkan itu adalah
    wanita yang shalihah/ baik. (Hadits Riwayat Muslim dan An-Nasa’i).


    Di sini jelas, betapa
    tingginya nilai wanita shalihah itu. Dia paling baik di antara hal yang mesti
    disenangi manusia. Berarti sudah merupakan puncak yang tiada saingannya lagi.
    Bila kita perbandingkan, kejadian manusia itu sendiri adalah bentuk yang paling
    baik. Seperti firman Allah dalam Surat, Attien:
    “...Sungguh Kami telah menjadikan manusia dalam sebaik-baik bentuk. Kemudian
    Kami kembalikannya jadi serendah-rendahnya yang rendah (masuk neraka). Kecuali
    orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih maka mereka akan
    memperoleh pahala yang tak putus-putusnya." (QS. At-Tien: 4, 5, 6).


    Di dalam ayat itu
    dinyatakan, manusia dibuat dalam bentuk yang paling baik. Di balik bentuknya
    yang paling baik, ternyata disebutkan, akan dikembalikan menjadi sesuatu yang
    paling rendah di antara yang rendah, kecuali yang beriman dan berbuat baik.
    Kalau diperbandingkan, wanita disebut hiasan yang paling menyenangkan berarti
    di balik itu ada yang bahkan paling tidak menyenangkan. Ya, memang betul
    demikian adanya. Hasil perbandingan itu diperkuat atau punya alasan Hadits Nabi
    Shalallaahu alaihi wasalam :



    مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ ثَلاَثٌ وَمِنْ
    شَقَاوَةِ ابْنِ آدَمَ ثَلاَثَةٌ. مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
    وَالْمَسْكَنُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ الصَّالِحُ. وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آَدَمَ
    الْمَرْأَةُ السُّوْءُ وَ الْمَسْكَنُ السُّوْءُ وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ. (رواه أحمد
    والطبراني والبزار عن سعد بن أبي وقص).


    "Di antara (unsur)
    kebahagiaan anak Adam (manusia) adalah tiga hal. Dan di antara (unsur)
    sengsaranya ibnu Adam ada tiga (juga). Di antara unsur kebahagiaan manusia
    yaitu, wanita/ isteri yang shalihah/ baik, tempat tinggal yang baik, dan
    kendaraan yang baik. Dan di antara (unsur) penderitaan manusia adalah: wanita /
    isteri yang buruk (tidak shalihah), tempat tinggal yang jelek, dan kendaraan
    yang jelek." (Hadits shahih riwayat Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Bazzar dari
    Sa'ad bin Abi Waqash)


    Nah, dalam hadits itu
    dijelaskan, wanita/ isteri yang shalihah adalah unsur kebahagiaan. Tapi
    sebaliknya, wanita/ isteri yang jahat adalah unsur penderitaan. Dalam Hadits
    itu ternyata wanita atau isteri disebut sebagai unsur pertama dalam hal
    kebahagiaan maupun kesengsaraan. Wanita diucapkan dalam deretan yang pertama
    dari tiga unsur kebahagiaan maupun kesengsaraan.


    Jadi wanita merupakan unsur
    yang paling extrim, sebagai andalan. Berarti sejalan pula dengan pernyataan
    perbandingan tadi. Bahwa wanita shalihah itu paling menyenangkan, tapi
    sebaliknya, wanita yang bukan shalihah itu adalah paling menyebalkan.


    Wanita shalihah dan
    suami taqwa


    Nabi n membela dan
    mengangkat martabat wanita, sampai memuji dan menyebutkan fungsi kedudukan
    wanita shalihah lagi menyenangkan. Hal itu bisa disimak pandangan Rasulullah
    Shalallaahu alaihi wasalam , yang memuji wanita shalihah:



    مَا اسْتَفَادَ الْمُؤْمِنُ بَعْدَ تَقْوَى
    اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا لَهُ مِنْ زَوْجَةٍ صَالِحَةٍ، إِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ
    وَإِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ وَإِنْ أَقْسَمَ إِلَيْهَا أَبَرَتْهُ وَإِنْ غَابَ
    عَنْهَا نَصَحَتْهُ فِيْ نَفْسِهَا وَمَالِهِ. (رواه ابن ماجة عن أبي أمامة، حسن).


    "Tidak ada keuntungan
    orang mukmin setelah taqwa kepada Allah 'Azza wa Jalla yang lebih baik baginya
    dibanding mempunyai isteri yang shalihah/ baik. Apabila dia (lk) menyuruhnya
    maka ditaati. Apabila dia (lk) melihatnya, maka isteri itu menggembirakan nya.
    Apabila ia memberi bagian padanya maka dia menerimanya dengan baik. Dan apabila
    ia tidak ada di rumah maka isteri yang shalihah itu tetap memurnikan cintanya
    untuk sang suami dalam menjaga dirinya sendiri dan harta suaminya."
    (Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Abi Umamah berderajat hasan/ baik).
    Jelas sekali pujian Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam terhadap derajat
    wanita yang shalihah. Sampai didudukkan sebagai hal yang paling menguntung-kan
    bagi orang yang taqwa. Berarti dijadikan pendamping paling baik bagi para
    muttaqin. Sedang derajat taqwa itu adalah derajat paling tinggi di hadapan
    Allah Subhannahu wa Ta'ala :
    "Sesungguhnya yang paling mulia dari kamu sekalian di sisi Allah adalah
    yang paling bertaqwa". (QS Al-Hujuraat/ 49: 13).
    Jadi, posisi wanita shalihah itu memang benar-benar terpuji dan mulia, sebab
    dijadikan pendamping orang yang bertaqwa alias yang paling mulia di sisi Allah,
    dengan disebut sebagai unsur yang paling memberikan keuntungan. Sedang yang
    menilai derajat tingginya itu ternyata adalah Rasulullah Shalallaahu alaihi
    wasalam lewat Hadits tersebut di atas.
    Kita percaya, apa yang disabdakan itu pasti betul. Maka, sebagai penganut
    ajaran suci dari Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam, seharusnya kita
    berlomba membina wanita, baik itu isteri kita, keluarga kita maupun kerabat
    agar mencapai derajat prestasi unggul yang sesuai dengan anjuran beliau, yaitu
    wanita shalihah. Mungkin bisa kita mulai dari sekarang. Mari kita berlomba
    membentuk wanita shalihah dalam keluarga dan masyarakat Islam. Mudah-mudahan
    hal ini bisa kita laksanakan. Amien.



    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
    الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
    أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.


    Khutbah Kedua


    إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
    وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
    مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ
    أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
    عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
    وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
    اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
    قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ
    اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
    ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ
    فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ
    الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
    وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
    وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
    إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
    وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ
    سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
    وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
    حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا
    مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
    إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
    الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
    عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
    الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
    تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
    يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

      Waktu sekarang Sun Nov 24, 2024 2:38 am