Wujudkan Kejayaan Umat
Dengan Kemurnian Tauhid
Oleh: Muhammad Ihsan
Zainuddin
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ. وَأَحْيِنَا اَللَّهُمَّ عَلَى سُنَّتِهِ وَأَمِتْنَا عَلَى مِلَّتِهِ.
وَبَعْدُ؛
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Amma ba’du, kaum muslimin
yang berbahagia!
Saya mewasiatkan kepada Anda sekalian dan juga kepada diri saya sendiri untuk
selalu menjaga dan meningkatkan taqwa yang hakiki kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala, sebab inilah wasiat yang disampaikan Allah kepada generasi terdahulu
dan juga generasi yang akan datang:
“Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan yang ada
di bumi. Dan sungguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang ahlulkitab
sebelum kalian dan kepada kalian agar kalian bertaqwa kepada Allah. Dan jika
kalian kafir maka sesungguhnya kepunyaan Allah segala yang ada di langit dan
yang ada di bumi ...” (An-Nisa: 131).
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Sesungguhnya Tauhid yang murni dan bersih adalah inti ajaran dari semua risalah
samawiyah yang diturunkan Allah Ta’ala. Ia adalah tiang penopang yang
menegakkan bangunan Islam. Ia adalah syi’ar Islam yang terbesar yang tak dapat
terpisahkan dari Islam itu sendiri. Inilah pesan utama Allah kepada Rasulnya
yang diutus kepada ummat manusia.
“Sungguh Kami telah
mengutus kepada setiap ummat seorang rasul (untuk menyampaikan): Sembahlah (oleh
kalian) akan Allah dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)
Itulah misi utama para Rasul; menegakkan penyembahan dan penghambaan hanya
kepada Allah serta menafikan dan menjauhi segala bentuk thaghut. Dan yang
dimaksud dengan thaghut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba
melampaui batas-batas yang seharusnya tak boleh ia langgar, baik berupa
sesembahan, panutan dan ikutan. Sehingga thaghut setiap kaum/komunitas adalah
siapapun yang mereka jadikan sumber dasar hukum selain Allah dan RasulNya, yang
mereka jadikan Tuhan selain Allah Subhannahu wa Ta'ala , yang mereka ta’ati
meskipun dimurkai dan tidak diridloi Allah Ta’ala.
“Tidakkah engkau melihat
kepada orang-orang yang menyangka bahwa mereka telah beriman kepada apa yang
telah diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelummu, (padahal) mereka ingin
bertahkim (mengambil hukum) dari thaghut padahal sungguh mereka telah
diperintah untuk kafir kepadanya.” (An-Nisa: 60)
Kedua unsur penting inilah yang terangkai dalam kalimat suci La ilaha illallah;
tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Hadirin para hamba Allah yang berbahagia!
Di atas kalimat Tauhid yang murni dan mulia itulah Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Salam membangun ummatnya, di atas landasan yang kokoh itulah beliau
menegakkan da’wah, dari situlah beliau menegakkan generasi yang hanya
meng-Esa-kan Allah Yang Maha Esa dan membebaskan diri mereka dari cengkraman
makhluq-makhluq lain yang dianggap sekutu bagi Allah Ta’ala.
Dan ketika seorang Muwahhid mengucapkan dan melantunkan kalimat Tauhid itu,
maka seharusnya ia meyakini dua hal yang menjadi tujuan dari kalimat suci
tersebut. Apa dua tujuan itu?
Tujuan pertama adalah menegakkan yang haq dan member-sihkan yang bathil. Sebab
makna yang sesungguhnya dari kalimat la ilah Illallah itu adalah tidak ada yang
berhak untuk disembah selain Allah. Sehingga segala sesuatu selain Allah adalah
bathil dan tidak berhak mendapatkan hak-hak ilahiyyah (hak-hak untuk disembah).
Dan lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam membersihkan
Jazirah Arab dari kotoran-kotoran dan kekuasaan thoghut dan patung-patung
sesembahan. Ingatlah bagaimana batu besar saat itu yang bernama Hubal yang
dikelilingi 360 berhala dihancurkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam dengan tangan beliau yang mulia pada saat beliau memasuki kota Makkah
dengan penuh kemenangan. Dan semua itu beliau seraya mengulang-ulang firman
Allah:
“Dan Katakanlah (wahai
Muhammad) telah datang Al-Haq dan hancurlah yang bathil. Sesungguhnya yang
bathil itu pasti hancur.” (Al-Isra’: 81)
Kemudian tujuan yang kedua adalah untuk mengatur dan meluruskan perilaku
manusia agar selalu dalam lingkaran Tauhid yang murni kepada Allah yang
terpancar dari kalimat Tauhid. Agar semua tindak-tanduk manusia dilandasi oleh
keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dan agar kalimat Tauhid itu
dapat “berhasil guna” dalam mengatur perilaku manusia maka ada tujuh syarat
yang harus dipenuhi, yaitu: al-’ilm (mengetahui) maknanya yang benar, al-yaqin
(meyakini) kandungan-nya tanpa ada keraguan, al-ikhlas (ikhlas) tanpa ternodai
oleh syirik, ash-shidq (membenarkan) tanpa mendustakannya, al-qabul
(menerimanya) dengan penuh kerelaan tanpa menolaknya, tunduk pada konsekwensi
kalimat Tauhid (al-inqiyad), dan semua itu harus dilandasi dengan al-mahabbah
(cinta) kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Bila ketujuh syarat
tersebut telah terpenuhi maka insya’ Allah seluruh ibadah dan amal kita akan
selalu terhiasi dan diterangi oleh kemurnian Tauhid, sehingga semuanya
dikerjakan hanya karena Allah, tidak ada lagi permintaan tolong selain kepada
Allah, tidak ada lagi tawakkal kecuali kepada Allah, tidak ada lagi pengharapan
dan rasa takut selain kepada Allah, tidak ada lagi kekuatan selain pertolongan
Allah. Dari sinilah, seorang muwahhid akan merasakan dari lubuk hatinya yang
terdalam bahwa segala sesuatu selain Allah adalah lemah dan tidak berdaya. Maka
ia tidak lagi takut kebengisan dan kekuatan para makhluq, tidak lagi terpedaya
oleh kilau duniawi, dan baginya tidak mungkin ada yang dapat manandingi Allah,
tidak ada yang dapat menghalangi apapun yang dikehendaki Allah Subhannahu wa
Ta'ala . Sehingga baginya bergantung kepada selain Allah adalah suatu kelemahan
dan berharap kepada selain Allah adalah sebuah kesesatan:
“Dan bagi Allah-lah segala hal ghaib yang ada di langit dan di bumi, dan
kepadaNya-lah segala perkara dikembalikan.” (Hud: 123).
Dari sini jelaslah
perbedaan yang sangat jauh antara seorang Muwahhid dengan seorang musyrik.
Seorang muwahhid adalah orang yang mengetahui Dzat yang menciptakannya sehingga
ia pun beribadah dan menghamba padaNya dengan sebenar-benarnya. Sebaliknya
seorang musyrik adalah orang yang buta mata hatinya, kehilangan arah dan jauh
meninggalkan Dzat yang melimpahkan ni’mat padanya. Na’udzu billah min dzalik.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Sejak dahulu hingga sekarang, begitu banyak manusia yang tersesatkan oleh
keyakinan berbilang “tuhan” yang disembah, yang dapat dimintai pertolongan,
yang dapat dijadikan sumber hukum dan yang berhak mendapatkan kekhususan-kekhususan
ilahiyah. Dan keyakinan ini adalah sebuah kesesatan yang nyata yang telah
diperangi oleh Islam dengan keras. Sehingga tidaklah mengherankan bila Tauhid
yang murni kemudian menjadi syi’ar terpenting Islam yang selalu ada dalam aspek
I’tiqad dan amaliyah. Dengan syi’ar inilah Islam dikenal bahkan karenanya Islam
diperangi. Seputar syi’ar ini pula lah pertentangan antara ahlul haq dan ahlul
bathil terus berlanjut.
“Sesungguhnya Tuhan kalian
benar-benar satu. Tuhan (yang menciptakan, mengatur dan menguasai) langit dan
bumi serta yang ada di antara keduanya ...” (Ash-Shaffat: 4-5).
Dan sesungguhnya kemunduran dan musibah-musibah yang selama ini menimpa umat
Islam adalah disebabkan mereka tidak lagi memperhatikan syi’ar yang penting
ini. Lemahnya ikatan tauhid dalam jiwa-jiwa mereka adalah sebab utama dari
berbagai kekalahan kaum muslimin dan kemenangan musuh-musuh mereka yang kita
saksikan dalam kurun waktu yang cukup lama. Banyak di antara kaum muslimin yang
tenggelam dalam kebodohan terhadap tauhid ini, sehingga mereka mendatangi
penghuni-penghuni kubur, berdoa didepan batu-batu nisannya, meminta pertolongan
penghuninya saat susah dan sedih. Bahkan lebih dari itu, seringkali mereka
memuji dan mengagungkan panghuni kubur itu dengan ungkapan-ungkapan yang hanya
pantas diberikan kepada Allah Rabbul ’alamin.
Dikarenakan lemahnya
keyakinan akan pertolongan Allah, banyak di antara kaum muslimin yang kemudian
menggunakan jimat dengan menggantungkan di tubuh mereka karena yakin hal itu
akan mendatangkan keselamatan dan menghindarkannya dari marabahaya. Padahal
Allah telah menegaskan:
“Dan jika Allah menimpakan musibah atasmu maka tidak ada yang dapat
menyingkapnya selain Ia, dan jika Ia memberikan kebaikan padamu maka Ia Maha
Kuasa terhadap segala sesuatu.” (Al-An’am: 17).
Dan suatu hari Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam pernah melihat lelaki yang
mengenakan jimat di tangannya, lalu beliau berkata:
اِنْزِعْهَا فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ
إِلاَّ وَهْنًا فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا.
“Cabutlah (benda itu)
karena ia hanya akan semakin membuatmu lemah/takut. Karena sesungguhnya jika
engkau mati dalam keadaan memakainya maka engkau tidak akan beruntung
selamanya.” (HR. Ahmad dengan sanad “la ba’sa bih”).
Dan juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam bersabda:
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ.
“Barangsiapa yang
menggantungkan tamimah (jimat) maka sungguh ia telah berbuat syirik.” Di antara
kaum muslimin juga terdapat orang yang terfitnah oleh para tukang sihir dan
peramal yang katanya dapat meramal masa depan, padahal Nabi Shallallaahu alaihi
wa Salam yang mulia telah menyatakan:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.
“Barangsiapa yang
mendatangi tukang ramal atau dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka
sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan pada Muhammad.” (HR. Abu
Dawwud, An-Nasai, At-Tirmidzy, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛
Kaum muslimin yang
berbahagia!
Semua yang saya sebutkan di atas adalah sekedar contoh terhadap model-model
kesyirikan yang dilakukan sebagian kaum muslimin. Dalam kenyataan sehari-hari
kita akan menemukan model-model lain dari perilaku syirik itu dalam berbagai
aspek kehidupan kaum muslimin, yang kemudian disadari atau tidak menyebabkan
lemahnya keyakinan mereka terhadap kemaha-besaran, kemahakuasaan,
kemahaperkasaan Allah. Karena Tauhid mereka lemah, maka merekapun tidak begitu
yakin lagi dengan pertolongan Allah, sehingga dengan amat sangat mudahnya
musuh-musuh mereka menyebarkan rasa takut lalu mengalahkan mereka.
Dengan demikian telah
jelaslah, bahwa rahasia kejayaan kaum muslimin terletak pada sejauh mana mereka
menegakkan Tauhid yang murni dalam segala kehidupan mereka. Bukankah kejayaan
dan kemengangan itu telah diraih oleh generasi pendahulu ummat ini, ketika
mereka telah terlebih dahulu menghujam nilai-nilai Tauhid tersebut ke dalam
kalbu mereka? Bukankah kejayaan dan kecemerlangan itu mereka dapatkan ketika
mereka meyakini bahwa misi utama mereka adalah mengeluarkan ummat manusia dari
penghambaan kepada sesama makhluk menuju penghambaan hanya kepada Sang khaliq?
Oleh sebab itu, bila kita
sekalian bertekad mengulang kembali kesuksesan dan kejayaan generasi As-Salaf
Ash-Shaleh itu, maka tidak ada jalan lain selain menapaki jejak mereka;
menegakkan kemurnian Tauhid dalam pribadi kita masing-masing. Imam Malik v
pernah bertutur:
لاَ يَصْلُحُ آخِرُ هَذِهِ اْلأُمَّةِ
إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا.
“Generasi akhir ummat ini
tak akan baik kecuali dengan (jalan hidup) yang telah menjadikan baik generasi
pendahulunya.”
Kaum muslimin yang
berbahagia!
Akhirnya, semoga kita sekalian terpanggil untuk mengem-balikan kejayaan dan
kehormatan ummat Islam. Semoga kita sekalian tergugah untuk menebarkan rahmat
Islam yang dibangun di atas kemurnian Tauhid ke seluruh penjuru dunia, sehingga
terwujudlah kehidupan yang diridloi oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala . Amin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا
لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ
وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Dengan Kemurnian Tauhid
Oleh: Muhammad Ihsan
Zainuddin
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ. وَأَحْيِنَا اَللَّهُمَّ عَلَى سُنَّتِهِ وَأَمِتْنَا عَلَى مِلَّتِهِ.
وَبَعْدُ؛
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Amma ba’du, kaum muslimin
yang berbahagia!
Saya mewasiatkan kepada Anda sekalian dan juga kepada diri saya sendiri untuk
selalu menjaga dan meningkatkan taqwa yang hakiki kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala, sebab inilah wasiat yang disampaikan Allah kepada generasi terdahulu
dan juga generasi yang akan datang:
“Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan yang ada
di bumi. Dan sungguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang ahlulkitab
sebelum kalian dan kepada kalian agar kalian bertaqwa kepada Allah. Dan jika
kalian kafir maka sesungguhnya kepunyaan Allah segala yang ada di langit dan
yang ada di bumi ...” (An-Nisa: 131).
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Sesungguhnya Tauhid yang murni dan bersih adalah inti ajaran dari semua risalah
samawiyah yang diturunkan Allah Ta’ala. Ia adalah tiang penopang yang
menegakkan bangunan Islam. Ia adalah syi’ar Islam yang terbesar yang tak dapat
terpisahkan dari Islam itu sendiri. Inilah pesan utama Allah kepada Rasulnya
yang diutus kepada ummat manusia.
“Sungguh Kami telah
mengutus kepada setiap ummat seorang rasul (untuk menyampaikan): Sembahlah (oleh
kalian) akan Allah dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)
Itulah misi utama para Rasul; menegakkan penyembahan dan penghambaan hanya
kepada Allah serta menafikan dan menjauhi segala bentuk thaghut. Dan yang
dimaksud dengan thaghut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba
melampaui batas-batas yang seharusnya tak boleh ia langgar, baik berupa
sesembahan, panutan dan ikutan. Sehingga thaghut setiap kaum/komunitas adalah
siapapun yang mereka jadikan sumber dasar hukum selain Allah dan RasulNya, yang
mereka jadikan Tuhan selain Allah Subhannahu wa Ta'ala , yang mereka ta’ati
meskipun dimurkai dan tidak diridloi Allah Ta’ala.
“Tidakkah engkau melihat
kepada orang-orang yang menyangka bahwa mereka telah beriman kepada apa yang
telah diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelummu, (padahal) mereka ingin
bertahkim (mengambil hukum) dari thaghut padahal sungguh mereka telah
diperintah untuk kafir kepadanya.” (An-Nisa: 60)
Kedua unsur penting inilah yang terangkai dalam kalimat suci La ilaha illallah;
tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Hadirin para hamba Allah yang berbahagia!
Di atas kalimat Tauhid yang murni dan mulia itulah Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Salam membangun ummatnya, di atas landasan yang kokoh itulah beliau
menegakkan da’wah, dari situlah beliau menegakkan generasi yang hanya
meng-Esa-kan Allah Yang Maha Esa dan membebaskan diri mereka dari cengkraman
makhluq-makhluq lain yang dianggap sekutu bagi Allah Ta’ala.
Dan ketika seorang Muwahhid mengucapkan dan melantunkan kalimat Tauhid itu,
maka seharusnya ia meyakini dua hal yang menjadi tujuan dari kalimat suci
tersebut. Apa dua tujuan itu?
Tujuan pertama adalah menegakkan yang haq dan member-sihkan yang bathil. Sebab
makna yang sesungguhnya dari kalimat la ilah Illallah itu adalah tidak ada yang
berhak untuk disembah selain Allah. Sehingga segala sesuatu selain Allah adalah
bathil dan tidak berhak mendapatkan hak-hak ilahiyyah (hak-hak untuk disembah).
Dan lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam membersihkan
Jazirah Arab dari kotoran-kotoran dan kekuasaan thoghut dan patung-patung
sesembahan. Ingatlah bagaimana batu besar saat itu yang bernama Hubal yang
dikelilingi 360 berhala dihancurkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam dengan tangan beliau yang mulia pada saat beliau memasuki kota Makkah
dengan penuh kemenangan. Dan semua itu beliau seraya mengulang-ulang firman
Allah:
“Dan Katakanlah (wahai
Muhammad) telah datang Al-Haq dan hancurlah yang bathil. Sesungguhnya yang
bathil itu pasti hancur.” (Al-Isra’: 81)
Kemudian tujuan yang kedua adalah untuk mengatur dan meluruskan perilaku
manusia agar selalu dalam lingkaran Tauhid yang murni kepada Allah yang
terpancar dari kalimat Tauhid. Agar semua tindak-tanduk manusia dilandasi oleh
keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dan agar kalimat Tauhid itu
dapat “berhasil guna” dalam mengatur perilaku manusia maka ada tujuh syarat
yang harus dipenuhi, yaitu: al-’ilm (mengetahui) maknanya yang benar, al-yaqin
(meyakini) kandungan-nya tanpa ada keraguan, al-ikhlas (ikhlas) tanpa ternodai
oleh syirik, ash-shidq (membenarkan) tanpa mendustakannya, al-qabul
(menerimanya) dengan penuh kerelaan tanpa menolaknya, tunduk pada konsekwensi
kalimat Tauhid (al-inqiyad), dan semua itu harus dilandasi dengan al-mahabbah
(cinta) kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Bila ketujuh syarat
tersebut telah terpenuhi maka insya’ Allah seluruh ibadah dan amal kita akan
selalu terhiasi dan diterangi oleh kemurnian Tauhid, sehingga semuanya
dikerjakan hanya karena Allah, tidak ada lagi permintaan tolong selain kepada
Allah, tidak ada lagi tawakkal kecuali kepada Allah, tidak ada lagi pengharapan
dan rasa takut selain kepada Allah, tidak ada lagi kekuatan selain pertolongan
Allah. Dari sinilah, seorang muwahhid akan merasakan dari lubuk hatinya yang
terdalam bahwa segala sesuatu selain Allah adalah lemah dan tidak berdaya. Maka
ia tidak lagi takut kebengisan dan kekuatan para makhluq, tidak lagi terpedaya
oleh kilau duniawi, dan baginya tidak mungkin ada yang dapat manandingi Allah,
tidak ada yang dapat menghalangi apapun yang dikehendaki Allah Subhannahu wa
Ta'ala . Sehingga baginya bergantung kepada selain Allah adalah suatu kelemahan
dan berharap kepada selain Allah adalah sebuah kesesatan:
“Dan bagi Allah-lah segala hal ghaib yang ada di langit dan di bumi, dan
kepadaNya-lah segala perkara dikembalikan.” (Hud: 123).
Dari sini jelaslah
perbedaan yang sangat jauh antara seorang Muwahhid dengan seorang musyrik.
Seorang muwahhid adalah orang yang mengetahui Dzat yang menciptakannya sehingga
ia pun beribadah dan menghamba padaNya dengan sebenar-benarnya. Sebaliknya
seorang musyrik adalah orang yang buta mata hatinya, kehilangan arah dan jauh
meninggalkan Dzat yang melimpahkan ni’mat padanya. Na’udzu billah min dzalik.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Sejak dahulu hingga sekarang, begitu banyak manusia yang tersesatkan oleh
keyakinan berbilang “tuhan” yang disembah, yang dapat dimintai pertolongan,
yang dapat dijadikan sumber hukum dan yang berhak mendapatkan kekhususan-kekhususan
ilahiyah. Dan keyakinan ini adalah sebuah kesesatan yang nyata yang telah
diperangi oleh Islam dengan keras. Sehingga tidaklah mengherankan bila Tauhid
yang murni kemudian menjadi syi’ar terpenting Islam yang selalu ada dalam aspek
I’tiqad dan amaliyah. Dengan syi’ar inilah Islam dikenal bahkan karenanya Islam
diperangi. Seputar syi’ar ini pula lah pertentangan antara ahlul haq dan ahlul
bathil terus berlanjut.
“Sesungguhnya Tuhan kalian
benar-benar satu. Tuhan (yang menciptakan, mengatur dan menguasai) langit dan
bumi serta yang ada di antara keduanya ...” (Ash-Shaffat: 4-5).
Dan sesungguhnya kemunduran dan musibah-musibah yang selama ini menimpa umat
Islam adalah disebabkan mereka tidak lagi memperhatikan syi’ar yang penting
ini. Lemahnya ikatan tauhid dalam jiwa-jiwa mereka adalah sebab utama dari
berbagai kekalahan kaum muslimin dan kemenangan musuh-musuh mereka yang kita
saksikan dalam kurun waktu yang cukup lama. Banyak di antara kaum muslimin yang
tenggelam dalam kebodohan terhadap tauhid ini, sehingga mereka mendatangi
penghuni-penghuni kubur, berdoa didepan batu-batu nisannya, meminta pertolongan
penghuninya saat susah dan sedih. Bahkan lebih dari itu, seringkali mereka
memuji dan mengagungkan panghuni kubur itu dengan ungkapan-ungkapan yang hanya
pantas diberikan kepada Allah Rabbul ’alamin.
Dikarenakan lemahnya
keyakinan akan pertolongan Allah, banyak di antara kaum muslimin yang kemudian
menggunakan jimat dengan menggantungkan di tubuh mereka karena yakin hal itu
akan mendatangkan keselamatan dan menghindarkannya dari marabahaya. Padahal
Allah telah menegaskan:
“Dan jika Allah menimpakan musibah atasmu maka tidak ada yang dapat
menyingkapnya selain Ia, dan jika Ia memberikan kebaikan padamu maka Ia Maha
Kuasa terhadap segala sesuatu.” (Al-An’am: 17).
Dan suatu hari Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam pernah melihat lelaki yang
mengenakan jimat di tangannya, lalu beliau berkata:
اِنْزِعْهَا فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ
إِلاَّ وَهْنًا فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا.
“Cabutlah (benda itu)
karena ia hanya akan semakin membuatmu lemah/takut. Karena sesungguhnya jika
engkau mati dalam keadaan memakainya maka engkau tidak akan beruntung
selamanya.” (HR. Ahmad dengan sanad “la ba’sa bih”).
Dan juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam bersabda:
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ.
“Barangsiapa yang
menggantungkan tamimah (jimat) maka sungguh ia telah berbuat syirik.” Di antara
kaum muslimin juga terdapat orang yang terfitnah oleh para tukang sihir dan
peramal yang katanya dapat meramal masa depan, padahal Nabi Shallallaahu alaihi
wa Salam yang mulia telah menyatakan:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.
“Barangsiapa yang
mendatangi tukang ramal atau dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka
sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan pada Muhammad.” (HR. Abu
Dawwud, An-Nasai, At-Tirmidzy, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛
Kaum muslimin yang
berbahagia!
Semua yang saya sebutkan di atas adalah sekedar contoh terhadap model-model
kesyirikan yang dilakukan sebagian kaum muslimin. Dalam kenyataan sehari-hari
kita akan menemukan model-model lain dari perilaku syirik itu dalam berbagai
aspek kehidupan kaum muslimin, yang kemudian disadari atau tidak menyebabkan
lemahnya keyakinan mereka terhadap kemaha-besaran, kemahakuasaan,
kemahaperkasaan Allah. Karena Tauhid mereka lemah, maka merekapun tidak begitu
yakin lagi dengan pertolongan Allah, sehingga dengan amat sangat mudahnya
musuh-musuh mereka menyebarkan rasa takut lalu mengalahkan mereka.
Dengan demikian telah
jelaslah, bahwa rahasia kejayaan kaum muslimin terletak pada sejauh mana mereka
menegakkan Tauhid yang murni dalam segala kehidupan mereka. Bukankah kejayaan
dan kemengangan itu telah diraih oleh generasi pendahulu ummat ini, ketika
mereka telah terlebih dahulu menghujam nilai-nilai Tauhid tersebut ke dalam
kalbu mereka? Bukankah kejayaan dan kecemerlangan itu mereka dapatkan ketika
mereka meyakini bahwa misi utama mereka adalah mengeluarkan ummat manusia dari
penghambaan kepada sesama makhluk menuju penghambaan hanya kepada Sang khaliq?
Oleh sebab itu, bila kita
sekalian bertekad mengulang kembali kesuksesan dan kejayaan generasi As-Salaf
Ash-Shaleh itu, maka tidak ada jalan lain selain menapaki jejak mereka;
menegakkan kemurnian Tauhid dalam pribadi kita masing-masing. Imam Malik v
pernah bertutur:
لاَ يَصْلُحُ آخِرُ هَذِهِ اْلأُمَّةِ
إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا.
“Generasi akhir ummat ini
tak akan baik kecuali dengan (jalan hidup) yang telah menjadikan baik generasi
pendahulunya.”
Kaum muslimin yang
berbahagia!
Akhirnya, semoga kita sekalian terpanggil untuk mengem-balikan kejayaan dan
kehormatan ummat Islam. Semoga kita sekalian tergugah untuk menebarkan rahmat
Islam yang dibangun di atas kemurnian Tauhid ke seluruh penjuru dunia, sehingga
terwujudlah kehidupan yang diridloi oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala . Amin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا
لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ
وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as