Dan Aku pun Dituduh Wahabi…
Penulis : Ummu Abdullah
Al-Butoni *)
*)
ini adalah sebuah pengalaman pribadi penulis dalam perjalanan menempuh
kebenaran, dan saya mengenalnya dari room chat di Yahoo (buldozer)
http://buldozer.wordpress.com
Seiring dengan perjalanan kedewasaan menuju proses pematangan diri, terlebih
lagi pemikiran, gairah untuk mencai ilmu yang shahih, lebih mengenal agama
Islam dari sumber-sumbernya yang asli, menjadi semakin tinggi. Perkenalan tanpa
sengaja dengan manhaj salaf nyaris seolah mencuci otak, memutarbalikkan
pemahaman hingga apa yang tersisa dari pemahaman terdahulu nyaris menjadi tanpa
arti.
Sebenarnya bukanlah hal yang aneh, jika gairah itu kemudian timbul.
Ketidakmampuan diri dalam mengelola dan memecahkan persoalan hidup secara
memuaskan membuat agama yang semula menjadi pelarian untuk menenangkan diri,
justru terbukti menjadi sumber mata air jernih pelepas dahaga. Itulah
solusinya, pemahaman yang benar untuk menuju keseimbangan hidup sebagaimana
manusia diciptakan diatas fitrahnya.
Satu hal yang menjadi konsekuensi dari proses ini adalah sebuah perubahan
nyata. Perubahan yang sangat mungkin – bahkan terbukti – banyak menyelisihi
kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Meskipun perbedaan itu
dalam tahap tertentu masih dapat ditoleransi, namun pada saat-saat lain ada
hal-hal prinsipil yang membuat gerah dan menimbulkan keinginan kuat untuk
merubahnya,
Perbincangan dengan seorang sahabat seputar persoalan kehidupan beragama
menimbulkan sebuah komentar yang mengejutkan, “Dasar Wahabi!” Meskipun
kata-kata itu diucapkan dengan nada bercanda namun pernyataan itu membekas
dalam hati. Benarkah aku seorang Wahabi?
Sejauh ini pengenalan akan seorang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab – dimana
orang-orang yang mengikutinya dinisbatkan kepada namanya menjadi Wahabi –
teramat sangat minim. Proses pembelajaran yang selama ini dilalui dan yang
pemikirannya banyak mempengaruhi dan merubah alur berpikir, yang mendorong
untuk terus mempelajari agama ini dari sumbernya yang asli, Al Qur’an dan As
Sunnah menurut pemahaman para sahabat, adalah seorang tokoh besar Ibnu Qayyim
al Jauziyah, salah seorang murid terbaik ulama sekaliber Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, dan bukannya Syaikh Muhammad bin Abdul wahab.
Lalu apakah karena alur pemikiran yang sejalan, orang juga akan mengatakan
bahwa Ibnu Qayyim dan gurunya Ibnu Taimiyah – yang hidup jauh sebelum syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab – adalah pengikut Wahabi?
Baru kemudian teringat perbincangan dengan seorang teman yang lain, dan
memang itulah yang dituduhkan kepada Ibnu Taimiyah, bahwa beliau ada seorang
wahabi!
Sungguh aneh, bahkan sangat lucu. – jika tidak ingin dikatakan bodoh - Ibnu
Taimiyah yang lahir tahun 661 H – 728 H dituduh sebagai wahabi, dengan kata
lain sebagai pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang lahir jauh
sesudahnya yaitu pada tahun 1115 H?.Siapa yang mengikuti dan siapa yang
diikuti? Dengan menggunakan logika berpikir yang paling sederhana pun tuduhan
itu akan terlihat sangat menggelikan!
Terlepas dari perdebatan seputar siapa mengikuti siapa, ada rasa penasaran
yang mendorong untuk mencari tahu lebih lanjut, siapa sebenarnya seorang Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab. Para ulama berkata,
kenalilah seseorang melalui tulisannya. Dan itulah yang saya lakukan, mulai
mencari tulisan-tulisan beliau, mencari tahu dimana letak momok menakutkan yang
membuat orang begitu alergi terhadap beliau.
Adalah Kitab Tahuid, sebuah karya monumental beliau, dan kemudian disyarah
oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh, kitab Tiga Landasan Utama
yang disyarah oleh Syaikh Utsaimin, serta Menyingkap Argumen Penyimpangan
Tauhid, yang seluruhnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Komentar… ? Subhanallah!
Jika tuduhan wahabi dilekatkan kepada mereka yang membenci pengangungan kuburan,
termasuk kuburan orang-orang shalih, maka aku adalah seorang wahabi!
Jika label wahabi dilekatkan kepada mereka yang berdakwah untuk memurnikan
tauhid, seperti firman Allah : ”Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan
dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun“ (QS Al Mu’minuun : 59), maka aku adalah
seorang wahabi!
Jika istilah wahabi disandarkan kepada mereka yang mengharamkan berdo’a
kepada selain Allah mengikuti firmanNya : ”Dan janganlah kamu berdo’a kepada
selain Allah, yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Yunus :
106) , maka aku ada seorang wahabi!
Jika seorang wahabi adalah mereka yang selalu berusaha menjauhkan segala
macam kesyirikan sebagaimana firman Allah , ”Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.“ (QS An Nisa : 48), maka
aku adalah seorang wahabi!
Jika sebutan wahabi dinisbatkan kepada mereka yang percaya bahwa Nabi
Muhammad SAW tidak dapat memberikan syafaat melainkan dengan seizin Allah SWT
sebagaimana firmanNya, ”Katakanlah: (hai Muhmmad) “Hanya kepunyaan Allah lah
syafaat itu semuanya..“ (QS Az Zumar : 44) dan firmanNya : ,“ Tiada yang dapat
memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.“ (QS Al Baqarah : 255), ataupun
firmanNy, ”Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang
yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu..“ (QS Saba
: 23), maka aku adalah seorang wahabi!
Jika tuduhan wahabi dilontarkan kepada mereka yang mengharamkan segala jenis
pengagungan atau keberkahan benda-benda dan tempat-tempat keramat, jimat,
guna-guna termasuk segala ritual yang terkait dengannya, maka aku adalah
seorang wahabi!
Jika tudingan wahabi ditujukan kepada mereka yang berusaha mengenal Allah,
agama Islam dan Nabi Muhammad SAW dengan lebih baik dan mendalam seprti yang
dituliskan dalam kitab Utsuluts Tsalasah (3 Landasan Utama), maka aku adalah
seorang wahabi!
Dan masih ada banyak jika semisalnya yang dinisbatkan kepada mereka yang
dianggap wahabi, yang secara menyeluruh berupaya memurnikan kalimat tauhid laa
ilaaha illallah beserta segala aspek yang terkait dengannya berikut
konsekuensinya, maka alhamdulillah, saksikanlah aku telah menjadi seorang
wahabi!
Sungguh yang perlu dipertanyakan kepada mereka yang berpandangan ”miring”
dan cenderung meremehkan ketika memberi cap kepada seseorang sebagai wahabi,
manakala semua jika diatas dikumpulkan dan dipertanyakan kepada diri
masing-masing, kalimat apakah yang akan tertera mengikuti kata maka sebagai
konsekuensinya? Karena menolak semua jika diatas maka keimanan akan persaksian
terhadap kalimat tauhid yang selalu diulang dalam setiap shalat, perlu
dipertanyakan.
Bahkan sesungguhnya bukanlah yang memecah belah ummat ini dakwah untuk
menegakkan tauhid - sebagaimana inti dakwah para nabi -melainkan dakwah lemah
lembut yang membiarkan agama ini bercampur dengan segala kemusyrikan, adat
istiadat, kepercayaan, bid’ah dan khurafat dengan dalih menghindari perpecahan
ummat.
Wallahu a’lam
Penulis : Ummu Abdullah
Al-Butoni *)
*)
ini adalah sebuah pengalaman pribadi penulis dalam perjalanan menempuh
kebenaran, dan saya mengenalnya dari room chat di Yahoo (buldozer)
http://buldozer.wordpress.com
Seiring dengan perjalanan kedewasaan menuju proses pematangan diri, terlebih
lagi pemikiran, gairah untuk mencai ilmu yang shahih, lebih mengenal agama
Islam dari sumber-sumbernya yang asli, menjadi semakin tinggi. Perkenalan tanpa
sengaja dengan manhaj salaf nyaris seolah mencuci otak, memutarbalikkan
pemahaman hingga apa yang tersisa dari pemahaman terdahulu nyaris menjadi tanpa
arti.
Sebenarnya bukanlah hal yang aneh, jika gairah itu kemudian timbul.
Ketidakmampuan diri dalam mengelola dan memecahkan persoalan hidup secara
memuaskan membuat agama yang semula menjadi pelarian untuk menenangkan diri,
justru terbukti menjadi sumber mata air jernih pelepas dahaga. Itulah
solusinya, pemahaman yang benar untuk menuju keseimbangan hidup sebagaimana
manusia diciptakan diatas fitrahnya.
Satu hal yang menjadi konsekuensi dari proses ini adalah sebuah perubahan
nyata. Perubahan yang sangat mungkin – bahkan terbukti – banyak menyelisihi
kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Meskipun perbedaan itu
dalam tahap tertentu masih dapat ditoleransi, namun pada saat-saat lain ada
hal-hal prinsipil yang membuat gerah dan menimbulkan keinginan kuat untuk
merubahnya,
Perbincangan dengan seorang sahabat seputar persoalan kehidupan beragama
menimbulkan sebuah komentar yang mengejutkan, “Dasar Wahabi!” Meskipun
kata-kata itu diucapkan dengan nada bercanda namun pernyataan itu membekas
dalam hati. Benarkah aku seorang Wahabi?
Sejauh ini pengenalan akan seorang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab – dimana
orang-orang yang mengikutinya dinisbatkan kepada namanya menjadi Wahabi –
teramat sangat minim. Proses pembelajaran yang selama ini dilalui dan yang
pemikirannya banyak mempengaruhi dan merubah alur berpikir, yang mendorong
untuk terus mempelajari agama ini dari sumbernya yang asli, Al Qur’an dan As
Sunnah menurut pemahaman para sahabat, adalah seorang tokoh besar Ibnu Qayyim
al Jauziyah, salah seorang murid terbaik ulama sekaliber Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, dan bukannya Syaikh Muhammad bin Abdul wahab.
Lalu apakah karena alur pemikiran yang sejalan, orang juga akan mengatakan
bahwa Ibnu Qayyim dan gurunya Ibnu Taimiyah – yang hidup jauh sebelum syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab – adalah pengikut Wahabi?
Baru kemudian teringat perbincangan dengan seorang teman yang lain, dan
memang itulah yang dituduhkan kepada Ibnu Taimiyah, bahwa beliau ada seorang
wahabi!
Sungguh aneh, bahkan sangat lucu. – jika tidak ingin dikatakan bodoh - Ibnu
Taimiyah yang lahir tahun 661 H – 728 H dituduh sebagai wahabi, dengan kata
lain sebagai pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang lahir jauh
sesudahnya yaitu pada tahun 1115 H?.Siapa yang mengikuti dan siapa yang
diikuti? Dengan menggunakan logika berpikir yang paling sederhana pun tuduhan
itu akan terlihat sangat menggelikan!
Terlepas dari perdebatan seputar siapa mengikuti siapa, ada rasa penasaran
yang mendorong untuk mencari tahu lebih lanjut, siapa sebenarnya seorang Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab. Para ulama berkata,
kenalilah seseorang melalui tulisannya. Dan itulah yang saya lakukan, mulai
mencari tulisan-tulisan beliau, mencari tahu dimana letak momok menakutkan yang
membuat orang begitu alergi terhadap beliau.
Adalah Kitab Tahuid, sebuah karya monumental beliau, dan kemudian disyarah
oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh, kitab Tiga Landasan Utama
yang disyarah oleh Syaikh Utsaimin, serta Menyingkap Argumen Penyimpangan
Tauhid, yang seluruhnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Komentar… ? Subhanallah!
Jika tuduhan wahabi dilekatkan kepada mereka yang membenci pengangungan kuburan,
termasuk kuburan orang-orang shalih, maka aku adalah seorang wahabi!
Jika label wahabi dilekatkan kepada mereka yang berdakwah untuk memurnikan
tauhid, seperti firman Allah : ”Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan
dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun“ (QS Al Mu’minuun : 59), maka aku adalah
seorang wahabi!
Jika istilah wahabi disandarkan kepada mereka yang mengharamkan berdo’a
kepada selain Allah mengikuti firmanNya : ”Dan janganlah kamu berdo’a kepada
selain Allah, yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Yunus :
106) , maka aku ada seorang wahabi!
Jika seorang wahabi adalah mereka yang selalu berusaha menjauhkan segala
macam kesyirikan sebagaimana firman Allah , ”Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.“ (QS An Nisa : 48), maka
aku adalah seorang wahabi!
Jika sebutan wahabi dinisbatkan kepada mereka yang percaya bahwa Nabi
Muhammad SAW tidak dapat memberikan syafaat melainkan dengan seizin Allah SWT
sebagaimana firmanNya, ”Katakanlah: (hai Muhmmad) “Hanya kepunyaan Allah lah
syafaat itu semuanya..“ (QS Az Zumar : 44) dan firmanNya : ,“ Tiada yang dapat
memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.“ (QS Al Baqarah : 255), ataupun
firmanNy, ”Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang
yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu..“ (QS Saba
: 23), maka aku adalah seorang wahabi!
Jika tuduhan wahabi dilontarkan kepada mereka yang mengharamkan segala jenis
pengagungan atau keberkahan benda-benda dan tempat-tempat keramat, jimat,
guna-guna termasuk segala ritual yang terkait dengannya, maka aku adalah
seorang wahabi!
Jika tudingan wahabi ditujukan kepada mereka yang berusaha mengenal Allah,
agama Islam dan Nabi Muhammad SAW dengan lebih baik dan mendalam seprti yang
dituliskan dalam kitab Utsuluts Tsalasah (3 Landasan Utama), maka aku adalah
seorang wahabi!
Dan masih ada banyak jika semisalnya yang dinisbatkan kepada mereka yang
dianggap wahabi, yang secara menyeluruh berupaya memurnikan kalimat tauhid laa
ilaaha illallah beserta segala aspek yang terkait dengannya berikut
konsekuensinya, maka alhamdulillah, saksikanlah aku telah menjadi seorang
wahabi!
Sungguh yang perlu dipertanyakan kepada mereka yang berpandangan ”miring”
dan cenderung meremehkan ketika memberi cap kepada seseorang sebagai wahabi,
manakala semua jika diatas dikumpulkan dan dipertanyakan kepada diri
masing-masing, kalimat apakah yang akan tertera mengikuti kata maka sebagai
konsekuensinya? Karena menolak semua jika diatas maka keimanan akan persaksian
terhadap kalimat tauhid yang selalu diulang dalam setiap shalat, perlu
dipertanyakan.
Bahkan sesungguhnya bukanlah yang memecah belah ummat ini dakwah untuk
menegakkan tauhid - sebagaimana inti dakwah para nabi -melainkan dakwah lemah
lembut yang membiarkan agama ini bercampur dengan segala kemusyrikan, adat
istiadat, kepercayaan, bid’ah dan khurafat dengan dalih menghindari perpecahan
ummat.
Wallahu a’lam
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as