Israel: Negara yang Berdiri Atas Dasar Terorisme
Bimo Ario Tejo
Jamal Feyed (37 tahun) mengalami cacat mental dan fisik sejak kecil. Ia tak sanggup
berjalan. Ketika tentara Israel menyerbu Jenin dan mulai merobohkan rumah-rumah,
Jamal dibawa lari oleh keluarganya dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi gerak laju
buldozer lebih cepat dan makin dekat. Saad Feyed--paman Jamal--melambaikan
tangan agar buldozer berhenti. Tetapi malang tak dapat ditolak: buldozer terus
bergerak maju, merobohkan rumah sekaligus mengubur hidup-hidup Jamal yang
tergolek tak berdaya di atas kursi rodanya.
1
Dan 500 orang penghuni kamp pengungsi Jenin mengalami nasib sama seperti
Jamal: mati. Status pengungsi tetap tak mampu menyelamatkan mereka dari
pembunuhan dan--kalau sedikit beruntung--pengusiran. Seorang lelaki sepuh, Abu
Bakr, yang mencoba bertahan di rumahnya, dibanting tubuhnya oleh tentara Israel
dan kemudian buldozer datang. Ia, sebagaimana pengungsi Jenin lainnya, tak punya
lagi tempat untuk tinggal. “Lima puluh tahun lalu kalian mengusir aku dari Haifa.
Sekarang aku tak punya lagi tempat untuk pergi!”
2
Tragedi Jenin adalah kisah termutakhir dari serangkaian tindakan terorisme negara
Israel untuk mempertahankan klaim politik dan teologis mereka atas tanah Palestina.
Tidak ada satupun keabsahan atas klaim mereka terhadap bumi Palestina. Satu-
satunya hanyalah keyakinan bahwa Tuhan (who?) telah menjanjikan tanah Philistine
sebagai tempat menyelamatkan diri dari rangkaian horor Holocaust di daratan Eropa.
Rafael “Rafi” Eitan, seorang agen Mossad
3
yang memiliki spesialisasi dalam operasi
culik-bunuh dan menjabat Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel ketika peristiwa
pembantaian Sabra-Shatilla, menceritakan resep propagandanya ketika ia harus
merekrut sayanim4
: “Aku katakan kepada mereka bahwa telah dua ribu tahun kita
bermimpi. Dua ribu tahun kita--orang Yahudi--berdoa dengan penuh harap. Dalam
nyanyian, dalam syair, dalam hati mereka, kita menjaga agar mimpi itu tetap hidup.
Kini hal itu telah terwujud (pendudukan tanah Palestina –pen.). Untuk menjaga
kelangsungan hidupnya, kami memerlukan orang-orang seperti kalian.”
5
Klaim teologis palsu yang mampu meyakinkan bukan hanya ribuan sayanim, tetapi
jutaan kaum Yahudi di seluruh dunia untuk bermigrasi ke Palestina.
* * *
Dua tahun lalu, dalam jajak pendapat yang diadakan oleh Gallup Poll, hanya 8
persen responden rakyat Israel yang mendukung pemindahan (baca: pengusiran)
dua juta orang Palestina keluar Israel menyeberangi Sungai Jordan. Pada bulan Mei
1
What really happened in Jenin? Evidence of a Massacre by Justin Hugler and Phil Reeves (UK
Independent, 25 April 2002).
2
What Kind of War Is This? by Amira Haas (Ha’aretz, 20 April 2002).
3
Ha Mossad le Teum (Institute of Coordination), lebih dikenal dengan sebutan Mossad. Badan intelijen
Israel yang dibentuk pada 2 Maret 1951, merupakan gabungan dari lima lembaga intelijen Israel yang
telah ada sebelumnya. Terpaksa dibentuk karena telah terjadi persaingan tidak sehat dan saling jegal
antara kelima badan intelijen tersebut.
4
Sayanim: sukarelawan Mossad yang bertugas memberi masukan informasi. Dibentuk pada masa Meir
Amit menjabat direktur Mossad (1963-1968). Sayanim bekerja dalam berbagai bidang profesi dan
membantu Mossad dengan keahliannya tersebut; misalnya seorang sayanim yang bekerja di bank akan
memberi bantuan dalam upaya pembocoran rekening seseorang.
5
Gordon Thomas, Gideon’s Spies, Pan Books (2000), hal. 83.2
2002 jumlah itu meningkat menjadi 44%.
6
The Telegraph, sebuah koran konservatif
Inggris dalam edisi tanggal 28 April 2002 memuat artikel yang ditulis Profesor Martin
van Creveld, seorang sejarawan militer Israel terkemuka. Van Creveld mengungkap
ambisi Ariel Sharon untuk membersihkan tanah Israel dari orang Palestina dan
membuangnya ke Jordania. Sharon berpendapat bahwa Jordania adalah tempat
yang paling cocok bagi orang Palestina karena di sana terdapat banyak orang Arab.
Pada September 1970, pengusiran orang Palestina ke Jordania telah menyebabkan
kerusuhan massal yang menjadi alasan bagi Raja Hussein untuk membantai 5,000-
10,000 orang Palestina. Pembunuhan besar-besaran ini didukung penuh oleh Ariel
Sharon yang ketika itu menjabat Komandan Front Selatan Israel.
Sharon menunggu dua kejadian yang akan dijadikan pemicu pengusiran besar-
besaran: serangan Amerika Serikat ke Irak yang diperkirakan akan dilakukan pada
musim panas ini atau serangan pejuang Palestina ke kota-kota Israel. Karena itulah
Sharon mendesak Menteri Luar Negeri Colin Powell untuk segera menyerang Irak.
“Tidak ada sesuatupun di Israel yang dapat menjadi alasan menunda serangan ke
Irak!”
7
Dalam analisis Van Creveld, pengusiran itu hanya akan berlangsung dalam
hitungan jam dengan menutup semua perbatasan, memberangus media massa,
mengisolasi para jurnalis ke hotel-hotel, dan melibatkan 12 batalyon tentara Israel:
lima batalyon di perbatasan Mesir, tiga menghadap Suriah, satu menghadap
Lebanon, dan sisanya tiga batalyon melakukan penyapuan ke arah timur sampai dua
juta orang Palestina dapat diusir masuk ke Jordania.
Peristiwa akhir-akhir ini, termasuk di Jenin, menunjukkan bahwa Sharon memang
tidak main-main dengan rencananya membersihkan Israel Raya dari orang-orang
Palestina. Tidak ada kekejaman di abad ke-20 ini yang pernah menyamai apa yang
dilakukan Israel, kecuali apa yang telah dilakukan rezim Nazi pimpinan Adolf Hitler
ketika mencita-citakan Jerman yang hanya didiami oleh bangsa Aria. Lebih dari
sebuah pembersihan etnis, Israel telah melakukan pembersihan peradaban (culture
cleansing), jenis kebiadaban yang hanya pernah dilakukan oleh bangsa Mongol
ketika membunuh jutaan orang Islam di Baghdad dan membuang jutaan koleksi buku
kaum Muslimin ke Sungai Tigris.
Sebuah pembersihan peradaban ? Ya.
Di wilayah Tepi Barat (West Bank) yang merupakan pusat administrasi Otoritas
Palestina, tentara Israel menyerbu kantor-kantor pemerintahan. Bukan untuk
membunuh para pegawainya, tetapi mereka mengincar komputer. Untuk dicuri?
Tidak, mereka meninggalkan komputer itu tetap disana. Tetapi jika diperhatikan
dengan teliti: harddisk yang berisi data-data penting telah hancur atau diambil. Kabel
server diputus. Saluran telepon dihancurkan. Laptop dicuri. Dokumen kertas dicuri
atau dibakar. Telah berlaku operasi pembersihan data.
8
Seluruh kerusakan tidak dapat dinilai dengan uang. Tetapi dengan hancurnya data-
data penting yang tersimpan di Kementerian Pendidikan, Departemen Kesehatan,
lembaga-lembaga riset yang telah merancang sistem pertanian, kesehatan, dan
konservasi air yang modern untuk Palestina, itu berarti mengembalikan bangsa
Palestina ke masa 50 tahun yang silam. Hasil karya para pemikir dan cerdik-pandai
6
Sharon’s Final Solution: The Israeli Prime Minister’s dream to ‘transfer’ all Palestinians out by
Alexander Cockburn (Creators Syndicate, 2 May 2002).
7
Alexander Cockburn, ibid.
8
Operation Destroy the Data by Amira Haas (Ha’aretz, 24 April 2002). Artikel senada juga ditulis oleh
jurnalis Uri Avnery: The Real Aim (ZMag, 27 April 2002) yang memaparkan tujuan sebenarnya
serangan Israel ke Ramallah berdasarkan hasil investigasinya secara diam-diam ke kota tersebut.3
Palestina yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan
masa depan negara Palestina yang berdaulat, telah dihancurkan dalam hitungan
jam.
Ini bukanlah operasi penghancuran infrastruktur teroris seperti yang dikatakan Ariel
Sharon dengan sandi Operation Defensive Shield. Jauh lebih dahsyat daripada itu,
secara sistematis tentara Israel melakukan pelenyapan data. Penghancuran
intelektual. Pembasmian peradaban. Daftar nama para “teroris” tidak akan dapat
dijumpai di dalam harddisk Kementerian Kesehatan, komputer sekolah-sekolah,
bank, klinik, atau lembaga-lembaga riset konservasi air dan pertanian. Jika memang
ada daftar para “teroris”, tentulah tentara Israel akan meng-copy dan
menyerahkannya pada Shin Bet atau Mossad.
Israel berkepentingan untuk melenyapkan bangsa Palestina. Membunuh manusia
dirasakan tidak cukup. Maka ditempuh cara yang lebih keji: pembersihan peradaban.
* * *
Desmond Tutu, peraih Nobel Perdamaian tahun 1984 atas perjuangannya
menentang praktik apartheid di Afrika Selatan, mengatakan bahwa apa yang
dilihatnya di Tanah Suci Yerusalem mengingatkannya pada praktik rezim apartheid
di negerinya. “Apartheid di Tanah Suci” demikian Tutu mengungkapkannya.
9
Semua
orang Arab--Muslim dan Kristen--diperlakukan sebagai orang tak bertuan sehingga
harus diusir jauh-jauh dari tanah mereka sendiri. Desmond Tutu suatu ketika berjalan
bersama Canon Naim Ateek, seorang rahib Kristen Palestina. Ateek menunjuk ke
suatu arah dan berkata, “Disana pernah berdiri rumah-rumah kami. Kami diusir
keluar dari rumah, dan kini diduduki oleh Yahudi Israel.”
Pengusiran. Tidak ada teror yang paling menyakitkan selain pengusiran dari
kampung halaman. Pembunuhan menghabisi nyawa dan urusan selesai. Tidak ada
lagi rasa sakit atau tekanan mental. Tetapi pengusiran menempatkan seorang
manusia pada situasi hopeless, hilang harapan, kehilangan jati diri dan jejak
kemanusiaan. Tinggal di penampungan pengungsi menempatkan manusia pada
situasi paradoksal: kesementaraan yang abadi. Abadi? Ya. Karena Israel tidak
pernah berniat mengembalikan orang-orang Palestina itu ke tanah asalnya yang
telah dirampok paksa.
Tanah yang berhasil dirampas dengan cepat diletakkan rumah-rumah boks
semacam kontainer yang memerlukan waktu singkat untuk mempersiapkannya.
Jelas bukan rumah yang nyaman, tetapi sangat penting sebagai simbol penguasaan
dan pendudukan. Israel sadar bahwa mereka tinggal di atas tanah rampokan yang
tidak sah, sehingga jumlah serdadu yang melindungi satu enklave bisa lebih banyak
dibanding jumlah penduduknya sendiri. Sebagai contoh di pemukiman Netzarim10
,
6,000 orang Yahudi Israel tinggal disana dengan perlindungan dari 10,000 orang
serdadu.
9
Apartheid in the Holy Land by Desmond Tutu (The Guardian, 30 April 2002).
10
Pemukiman Netzarim terletak 6 kilometer dari Gaza. Wilayah ini menjadi perhatian ketika tiga orang
bocah Arab berusia 14 tahun: Youssef Zaqout, Anwar Hamdouna dan Ismail Abu Nadi meninggalkan
sekolahnya dan mengirim surat perpisahan kepada orang tua masing-masing untuk menjadi syuhada
dalam upaya perlawanan terhadap pendudukan Israel. Mereka gugur ketika mencoba memasuki
Netzarim (Children are new martyrs of Gaza by Ewen McAskill, UK Guardian, 25 April 2002). Atas
peristiwa ini, kelompok Hamas mengeluarkan seruan agar anak-anak Palestina bersabar sampai tiba
waktunya mereka diperlukan untuk turun berjihad.4
Perampasan tanah orang-orang Palestina dilakukan dengan jalan teror dan
kekerasan setelah kegagalan Theodore Herzl meminta Sultan Abdul Hamid II
11
menjual tanah Palestina kepada Yahudi. Penguasa kaum Muslimin itu menolak tegas
dengan alasan bahwa tanah Palestina adalah milik kaum Muslimin, bukan untuk
dijual. Tetapi pada tahun 1948 bangsa Palestina kehilangan 78% wilayahnya; pada
tahun 1967 hilang pula 22%. Keduanya direbut oleh Israel melalui peperangan.
Operasi intelijen memegang peranan penting dalam upaya pengusiran orang
Palestina. Suatu malam, tepat pada Jumat Sabbath di bulan September 1929, para
pemimpin yishuf (komunitas Yahudi di Palestina) berkumpul untuk membahas
kerusuhan pada siang harinya dengan penduduk Arab. Salah seorang yang hadir
berkata, "Kita perlu mengingat kitab suci kita. Raja Daud bertitah bahwa kaum kita
tergantung dari kepandaian yang kita miliki.” Kopi Turki dan kue-kue yang
dihidangkan malam itu menjadi saksi suatu proses yang menjadi benih lahirnya
badan intelijen terkejam di dunia: Mossad.
12
Mossad merekrut orang-orang Arab sebagai mata-mata dan menyebarkan informasi
palsu tentang jumlah pasukan Israel yang sangat besar untuk menimbulkan
kegentaran di kalangan orang Palestina. Mossad terlibat dalam pembunuhan Khalil
al-Wazir, deputi Yasser Arafat yang dikenal dengan nama Abu Jihad (1988), Fathi
Shkaki, pimpinan Jihad Islam (1995), Khalid Meshal, salahsatu pemimpin Hamas
(1997, gagal), Dr. Gerald Bull, ilmuwan Kanada ahli balistik terkemuka dunia yang
menolak menjual keahliannya kepada Israel (1990), bahkan pembunuhan sekutunya
sendiri: Robert Maxwell, konglomerat media massa AS, pemilik koran Daily Mirror
yang mengancam akan membuka semua rahasia Mossad jika tidak diberi tenggang
waktu untuk melunasi hutangnya kepada investor Israel. Ia dibunuh di atas kapal
pesiarnya.
13
Teror tidak dapat dilepaskan dari sistematika kerja Mossad. Dan juga sistematika
Israel mempertahankan wilayah pendudukan yang dirampasnya.
Israel tidak pernah merekomendasikan pembagian Palestina untuk dua negara.
Pada tahun 1988 PLO membuat konsesi untuk dapat menerima berdirinya dua
negara di Palestina. Tetapi hanya PLO yang mengatakan secara tegas. Israel tidak.
Karena itulah sekarang berdiri lebih dari 170 kantung pendudukan (enklave) dengan
300 mil jalan yang menghubungkan satu enklave dengan enklave lainnya. Jumlah
enklave ini bertambah setiap tahun dengan menelan biaya US$ 3 juta yang didapat
secara gratis dari Amerika Serikat.
14
11
Sultan Abdul Hamid II (1876-1909) adalah Khalifah terakhir dari Khilafah Uthmaniyyah yang berpusat
di Istambul. Ia juga dikenal sebagai Bedros (Peter dalam bahasa Armenia) karena ibunya mempunyai
darah Armenia. Sultan Abdul Hamid II digulingkan oleh gerakan Turki Muda dan Ittihad ve Terakki yang
didukung oleh Freemason, Yahudi, dan Donmeh (orang Islam yang menjadi Yahudi). Beliau kemudian
diasingkan ke Salonika dan institusi Khilafah dihapus selama-lamanya (Lord Kinross, The Ottoman
Centuries: The Rise and Fall of The Turkish Empire, Morrow Quill, 1979).
12
Gordon Thomas, idem, hal. 35.
13
Robert Maxwell adalah pengusaha raksasa media massa yang dipilih Mossad untuk mengedarkan
PROMIS, piranti lunak komputer yang dapat memberikan sinyal satelit mengenai lokasinya. Piranti ini
telah membantu Mossad melacak dan membunuh lawan-lawannya (Gordon Thomas, idem, hal. 205).
14
What Israel Has Done by Edward Said (Al Ahram, 18 April 2002). Profesor Edward Said (Columbia
University) adalah seorang Kristen Palestina mantan anggota parlemen PLO di pengasingan yang
bukunya, Orientalism (1978) secara keras mengkritik pandangan miring kaum orientalis terhadap Islam.
Pada tahun 1991 ia mengundurkan diri dari PLO karena memandang sikap Yasser Arafat yang
berdamai dengan Israel justru memperlemah posisi bangsa Palestina. Said dan Profesor Noam
Chomsky (MIT) adalah dua orang yang paling ditakuti oleh pemerintah AS karena sikap kritisnya
terhadap kebijakan standar ganda Amerika.5
Sampai sekarang Israel tidak pernah mendeklarasikan batas wilayahnya secara
tegas sebagai bagian dari upaya pendudukan yang terus berlanjut. Satu-satunya
negara yang tidak memperuntukkan wilayahnya bagi warga negaranya, tapi bagi
siapa saja orang Yahudi di seluruh dunia. Israel pula satu-satunya negara yang
menyatakan tidak akan terikat kepada hukum internasional.
15
* * *
Lantas kenapa tindakan Israel dibiarkan begitu saja oleh dunia internasional?
Mari kita lihat terlebih dahulu negara-negara tetangga Israel. Bani Hashemite
(keluarga Raja Jordania yang mengaku keturunan Nabi Muhammad) adalah agen
CIA di dunia Arab dan sebelumnya sempat menjalin kerjasama dengan Mossad
pada masa Meir Amit menjabat sebagai direkturnya.
16
Secara rutin setiap tahun
Amerika--sebagai sekutu terdekat Israel--memberi bantuan ekonomi dan militer
kepada Jordania sebesar US$ 226.7 juta (perkiraan 2001). Demikian pula Mesir,
pasca perjanjian damai Israel-Mesir di Camp David, Mesir menerima sedekah dari
Amerika rata-rata setiap tahun sebesar US$ 2 milyar.
17
Cukup banyak untuk
membuat Hosni Mubarak dan Raja Abdullah bersikap diam terhadap terorisme
Israel.
Arab Saudi dan negara-negara yang lebih kecil lainnya tidak dapat bersikap
menentang Israel dan Amerika karena adanya ancaman pencabutan perlindungan
militer terhadap kemungkinan invasi oleh Irak dan Libya. Patut diduga dibiarkannya
Saddam Hussein dan Muammar Ghadafi tetap berkuasa adalah upaya Amerika
menjaga tingkat ketergantungan negara-negara Arab kepada perlindungan Amerika.
Serbuan Irak ke Kuwait jelas menimbulkan trauma di kalangan bangsa Arab.
Negeri-negeri Timur Tengah jelas tidak bisa diharapkan. Lantas bagaimana dengan
negeri-negeri Muslim lainnya?
Indonesia, negeri dengan penduduk Islam terbesar di dunia, telah menyerahkan
pengelolaan ekonominya ke tangan International Monetary Fund (IMF) yang
mayoritas sumber dananya berasal dari Amerika.
18
Penjelasan tentang pengaruh
Amerika terhadap sikap politik Indonesia tidak perlu dibahas panjang-lebar disini.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang tetap mempertahankan struktur hirarki
berdasarkan para pemenang Perang Dunia II, tidak bisa lepas dari jebakan hak veto
Amerika yang siap digunakan sewaktu-waktu. Terakhir, misi pencari fakta PBB
dipimpin Marti Ahtisaari yang bertugas mencari bukti kekejaman perang Israel di
Jenin, telah dibubarkan oleh Kofi Annan karena muncul suara ketidakpuasan dari
Israel atas komposisi tim pencari fakta tersebut. Hal yang bertolak belakang dengan
apa yang dilakukan PBB terhadap Irak ketika mengirim tim pencari senjata biologis.
Lantas siapa yang bisa menolong bangsa Palestina dari tindak terorisme Israel?
Mungkin diperlukan waktu agak lama untuk mencari jawaban yang pas atas
pertanyaan ini. Dan sementara orang Islam serta komunitas internasional tengah
berpikir, korban terus berjatuhan di tanah suci Palestina. ***
15
Edward Said, ibid.
16
Gordon Thomas, ibid, hal. 72-73.
17
http://www.us-israel.org/jsource/US-Israel/aidtoc.html
18
http://www.imf.org/external/np/tre/ffo/2001/fin3.pdf6
Bimo Ario Tejo
Jamal Feyed (37 tahun) mengalami cacat mental dan fisik sejak kecil. Ia tak sanggup
berjalan. Ketika tentara Israel menyerbu Jenin dan mulai merobohkan rumah-rumah,
Jamal dibawa lari oleh keluarganya dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi gerak laju
buldozer lebih cepat dan makin dekat. Saad Feyed--paman Jamal--melambaikan
tangan agar buldozer berhenti. Tetapi malang tak dapat ditolak: buldozer terus
bergerak maju, merobohkan rumah sekaligus mengubur hidup-hidup Jamal yang
tergolek tak berdaya di atas kursi rodanya.
1
Dan 500 orang penghuni kamp pengungsi Jenin mengalami nasib sama seperti
Jamal: mati. Status pengungsi tetap tak mampu menyelamatkan mereka dari
pembunuhan dan--kalau sedikit beruntung--pengusiran. Seorang lelaki sepuh, Abu
Bakr, yang mencoba bertahan di rumahnya, dibanting tubuhnya oleh tentara Israel
dan kemudian buldozer datang. Ia, sebagaimana pengungsi Jenin lainnya, tak punya
lagi tempat untuk tinggal. “Lima puluh tahun lalu kalian mengusir aku dari Haifa.
Sekarang aku tak punya lagi tempat untuk pergi!”
2
Tragedi Jenin adalah kisah termutakhir dari serangkaian tindakan terorisme negara
Israel untuk mempertahankan klaim politik dan teologis mereka atas tanah Palestina.
Tidak ada satupun keabsahan atas klaim mereka terhadap bumi Palestina. Satu-
satunya hanyalah keyakinan bahwa Tuhan (who?) telah menjanjikan tanah Philistine
sebagai tempat menyelamatkan diri dari rangkaian horor Holocaust di daratan Eropa.
Rafael “Rafi” Eitan, seorang agen Mossad
3
yang memiliki spesialisasi dalam operasi
culik-bunuh dan menjabat Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel ketika peristiwa
pembantaian Sabra-Shatilla, menceritakan resep propagandanya ketika ia harus
merekrut sayanim4
: “Aku katakan kepada mereka bahwa telah dua ribu tahun kita
bermimpi. Dua ribu tahun kita--orang Yahudi--berdoa dengan penuh harap. Dalam
nyanyian, dalam syair, dalam hati mereka, kita menjaga agar mimpi itu tetap hidup.
Kini hal itu telah terwujud (pendudukan tanah Palestina –pen.). Untuk menjaga
kelangsungan hidupnya, kami memerlukan orang-orang seperti kalian.”
5
Klaim teologis palsu yang mampu meyakinkan bukan hanya ribuan sayanim, tetapi
jutaan kaum Yahudi di seluruh dunia untuk bermigrasi ke Palestina.
* * *
Dua tahun lalu, dalam jajak pendapat yang diadakan oleh Gallup Poll, hanya 8
persen responden rakyat Israel yang mendukung pemindahan (baca: pengusiran)
dua juta orang Palestina keluar Israel menyeberangi Sungai Jordan. Pada bulan Mei
1
What really happened in Jenin? Evidence of a Massacre by Justin Hugler and Phil Reeves (UK
Independent, 25 April 2002).
2
What Kind of War Is This? by Amira Haas (Ha’aretz, 20 April 2002).
3
Ha Mossad le Teum (Institute of Coordination), lebih dikenal dengan sebutan Mossad. Badan intelijen
Israel yang dibentuk pada 2 Maret 1951, merupakan gabungan dari lima lembaga intelijen Israel yang
telah ada sebelumnya. Terpaksa dibentuk karena telah terjadi persaingan tidak sehat dan saling jegal
antara kelima badan intelijen tersebut.
4
Sayanim: sukarelawan Mossad yang bertugas memberi masukan informasi. Dibentuk pada masa Meir
Amit menjabat direktur Mossad (1963-1968). Sayanim bekerja dalam berbagai bidang profesi dan
membantu Mossad dengan keahliannya tersebut; misalnya seorang sayanim yang bekerja di bank akan
memberi bantuan dalam upaya pembocoran rekening seseorang.
5
Gordon Thomas, Gideon’s Spies, Pan Books (2000), hal. 83.2
2002 jumlah itu meningkat menjadi 44%.
6
The Telegraph, sebuah koran konservatif
Inggris dalam edisi tanggal 28 April 2002 memuat artikel yang ditulis Profesor Martin
van Creveld, seorang sejarawan militer Israel terkemuka. Van Creveld mengungkap
ambisi Ariel Sharon untuk membersihkan tanah Israel dari orang Palestina dan
membuangnya ke Jordania. Sharon berpendapat bahwa Jordania adalah tempat
yang paling cocok bagi orang Palestina karena di sana terdapat banyak orang Arab.
Pada September 1970, pengusiran orang Palestina ke Jordania telah menyebabkan
kerusuhan massal yang menjadi alasan bagi Raja Hussein untuk membantai 5,000-
10,000 orang Palestina. Pembunuhan besar-besaran ini didukung penuh oleh Ariel
Sharon yang ketika itu menjabat Komandan Front Selatan Israel.
Sharon menunggu dua kejadian yang akan dijadikan pemicu pengusiran besar-
besaran: serangan Amerika Serikat ke Irak yang diperkirakan akan dilakukan pada
musim panas ini atau serangan pejuang Palestina ke kota-kota Israel. Karena itulah
Sharon mendesak Menteri Luar Negeri Colin Powell untuk segera menyerang Irak.
“Tidak ada sesuatupun di Israel yang dapat menjadi alasan menunda serangan ke
Irak!”
7
Dalam analisis Van Creveld, pengusiran itu hanya akan berlangsung dalam
hitungan jam dengan menutup semua perbatasan, memberangus media massa,
mengisolasi para jurnalis ke hotel-hotel, dan melibatkan 12 batalyon tentara Israel:
lima batalyon di perbatasan Mesir, tiga menghadap Suriah, satu menghadap
Lebanon, dan sisanya tiga batalyon melakukan penyapuan ke arah timur sampai dua
juta orang Palestina dapat diusir masuk ke Jordania.
Peristiwa akhir-akhir ini, termasuk di Jenin, menunjukkan bahwa Sharon memang
tidak main-main dengan rencananya membersihkan Israel Raya dari orang-orang
Palestina. Tidak ada kekejaman di abad ke-20 ini yang pernah menyamai apa yang
dilakukan Israel, kecuali apa yang telah dilakukan rezim Nazi pimpinan Adolf Hitler
ketika mencita-citakan Jerman yang hanya didiami oleh bangsa Aria. Lebih dari
sebuah pembersihan etnis, Israel telah melakukan pembersihan peradaban (culture
cleansing), jenis kebiadaban yang hanya pernah dilakukan oleh bangsa Mongol
ketika membunuh jutaan orang Islam di Baghdad dan membuang jutaan koleksi buku
kaum Muslimin ke Sungai Tigris.
Sebuah pembersihan peradaban ? Ya.
Di wilayah Tepi Barat (West Bank) yang merupakan pusat administrasi Otoritas
Palestina, tentara Israel menyerbu kantor-kantor pemerintahan. Bukan untuk
membunuh para pegawainya, tetapi mereka mengincar komputer. Untuk dicuri?
Tidak, mereka meninggalkan komputer itu tetap disana. Tetapi jika diperhatikan
dengan teliti: harddisk yang berisi data-data penting telah hancur atau diambil. Kabel
server diputus. Saluran telepon dihancurkan. Laptop dicuri. Dokumen kertas dicuri
atau dibakar. Telah berlaku operasi pembersihan data.
8
Seluruh kerusakan tidak dapat dinilai dengan uang. Tetapi dengan hancurnya data-
data penting yang tersimpan di Kementerian Pendidikan, Departemen Kesehatan,
lembaga-lembaga riset yang telah merancang sistem pertanian, kesehatan, dan
konservasi air yang modern untuk Palestina, itu berarti mengembalikan bangsa
Palestina ke masa 50 tahun yang silam. Hasil karya para pemikir dan cerdik-pandai
6
Sharon’s Final Solution: The Israeli Prime Minister’s dream to ‘transfer’ all Palestinians out by
Alexander Cockburn (Creators Syndicate, 2 May 2002).
7
Alexander Cockburn, ibid.
8
Operation Destroy the Data by Amira Haas (Ha’aretz, 24 April 2002). Artikel senada juga ditulis oleh
jurnalis Uri Avnery: The Real Aim (ZMag, 27 April 2002) yang memaparkan tujuan sebenarnya
serangan Israel ke Ramallah berdasarkan hasil investigasinya secara diam-diam ke kota tersebut.3
Palestina yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan
masa depan negara Palestina yang berdaulat, telah dihancurkan dalam hitungan
jam.
Ini bukanlah operasi penghancuran infrastruktur teroris seperti yang dikatakan Ariel
Sharon dengan sandi Operation Defensive Shield. Jauh lebih dahsyat daripada itu,
secara sistematis tentara Israel melakukan pelenyapan data. Penghancuran
intelektual. Pembasmian peradaban. Daftar nama para “teroris” tidak akan dapat
dijumpai di dalam harddisk Kementerian Kesehatan, komputer sekolah-sekolah,
bank, klinik, atau lembaga-lembaga riset konservasi air dan pertanian. Jika memang
ada daftar para “teroris”, tentulah tentara Israel akan meng-copy dan
menyerahkannya pada Shin Bet atau Mossad.
Israel berkepentingan untuk melenyapkan bangsa Palestina. Membunuh manusia
dirasakan tidak cukup. Maka ditempuh cara yang lebih keji: pembersihan peradaban.
* * *
Desmond Tutu, peraih Nobel Perdamaian tahun 1984 atas perjuangannya
menentang praktik apartheid di Afrika Selatan, mengatakan bahwa apa yang
dilihatnya di Tanah Suci Yerusalem mengingatkannya pada praktik rezim apartheid
di negerinya. “Apartheid di Tanah Suci” demikian Tutu mengungkapkannya.
9
Semua
orang Arab--Muslim dan Kristen--diperlakukan sebagai orang tak bertuan sehingga
harus diusir jauh-jauh dari tanah mereka sendiri. Desmond Tutu suatu ketika berjalan
bersama Canon Naim Ateek, seorang rahib Kristen Palestina. Ateek menunjuk ke
suatu arah dan berkata, “Disana pernah berdiri rumah-rumah kami. Kami diusir
keluar dari rumah, dan kini diduduki oleh Yahudi Israel.”
Pengusiran. Tidak ada teror yang paling menyakitkan selain pengusiran dari
kampung halaman. Pembunuhan menghabisi nyawa dan urusan selesai. Tidak ada
lagi rasa sakit atau tekanan mental. Tetapi pengusiran menempatkan seorang
manusia pada situasi hopeless, hilang harapan, kehilangan jati diri dan jejak
kemanusiaan. Tinggal di penampungan pengungsi menempatkan manusia pada
situasi paradoksal: kesementaraan yang abadi. Abadi? Ya. Karena Israel tidak
pernah berniat mengembalikan orang-orang Palestina itu ke tanah asalnya yang
telah dirampok paksa.
Tanah yang berhasil dirampas dengan cepat diletakkan rumah-rumah boks
semacam kontainer yang memerlukan waktu singkat untuk mempersiapkannya.
Jelas bukan rumah yang nyaman, tetapi sangat penting sebagai simbol penguasaan
dan pendudukan. Israel sadar bahwa mereka tinggal di atas tanah rampokan yang
tidak sah, sehingga jumlah serdadu yang melindungi satu enklave bisa lebih banyak
dibanding jumlah penduduknya sendiri. Sebagai contoh di pemukiman Netzarim10
,
6,000 orang Yahudi Israel tinggal disana dengan perlindungan dari 10,000 orang
serdadu.
9
Apartheid in the Holy Land by Desmond Tutu (The Guardian, 30 April 2002).
10
Pemukiman Netzarim terletak 6 kilometer dari Gaza. Wilayah ini menjadi perhatian ketika tiga orang
bocah Arab berusia 14 tahun: Youssef Zaqout, Anwar Hamdouna dan Ismail Abu Nadi meninggalkan
sekolahnya dan mengirim surat perpisahan kepada orang tua masing-masing untuk menjadi syuhada
dalam upaya perlawanan terhadap pendudukan Israel. Mereka gugur ketika mencoba memasuki
Netzarim (Children are new martyrs of Gaza by Ewen McAskill, UK Guardian, 25 April 2002). Atas
peristiwa ini, kelompok Hamas mengeluarkan seruan agar anak-anak Palestina bersabar sampai tiba
waktunya mereka diperlukan untuk turun berjihad.4
Perampasan tanah orang-orang Palestina dilakukan dengan jalan teror dan
kekerasan setelah kegagalan Theodore Herzl meminta Sultan Abdul Hamid II
11
menjual tanah Palestina kepada Yahudi. Penguasa kaum Muslimin itu menolak tegas
dengan alasan bahwa tanah Palestina adalah milik kaum Muslimin, bukan untuk
dijual. Tetapi pada tahun 1948 bangsa Palestina kehilangan 78% wilayahnya; pada
tahun 1967 hilang pula 22%. Keduanya direbut oleh Israel melalui peperangan.
Operasi intelijen memegang peranan penting dalam upaya pengusiran orang
Palestina. Suatu malam, tepat pada Jumat Sabbath di bulan September 1929, para
pemimpin yishuf (komunitas Yahudi di Palestina) berkumpul untuk membahas
kerusuhan pada siang harinya dengan penduduk Arab. Salah seorang yang hadir
berkata, "Kita perlu mengingat kitab suci kita. Raja Daud bertitah bahwa kaum kita
tergantung dari kepandaian yang kita miliki.” Kopi Turki dan kue-kue yang
dihidangkan malam itu menjadi saksi suatu proses yang menjadi benih lahirnya
badan intelijen terkejam di dunia: Mossad.
12
Mossad merekrut orang-orang Arab sebagai mata-mata dan menyebarkan informasi
palsu tentang jumlah pasukan Israel yang sangat besar untuk menimbulkan
kegentaran di kalangan orang Palestina. Mossad terlibat dalam pembunuhan Khalil
al-Wazir, deputi Yasser Arafat yang dikenal dengan nama Abu Jihad (1988), Fathi
Shkaki, pimpinan Jihad Islam (1995), Khalid Meshal, salahsatu pemimpin Hamas
(1997, gagal), Dr. Gerald Bull, ilmuwan Kanada ahli balistik terkemuka dunia yang
menolak menjual keahliannya kepada Israel (1990), bahkan pembunuhan sekutunya
sendiri: Robert Maxwell, konglomerat media massa AS, pemilik koran Daily Mirror
yang mengancam akan membuka semua rahasia Mossad jika tidak diberi tenggang
waktu untuk melunasi hutangnya kepada investor Israel. Ia dibunuh di atas kapal
pesiarnya.
13
Teror tidak dapat dilepaskan dari sistematika kerja Mossad. Dan juga sistematika
Israel mempertahankan wilayah pendudukan yang dirampasnya.
Israel tidak pernah merekomendasikan pembagian Palestina untuk dua negara.
Pada tahun 1988 PLO membuat konsesi untuk dapat menerima berdirinya dua
negara di Palestina. Tetapi hanya PLO yang mengatakan secara tegas. Israel tidak.
Karena itulah sekarang berdiri lebih dari 170 kantung pendudukan (enklave) dengan
300 mil jalan yang menghubungkan satu enklave dengan enklave lainnya. Jumlah
enklave ini bertambah setiap tahun dengan menelan biaya US$ 3 juta yang didapat
secara gratis dari Amerika Serikat.
14
11
Sultan Abdul Hamid II (1876-1909) adalah Khalifah terakhir dari Khilafah Uthmaniyyah yang berpusat
di Istambul. Ia juga dikenal sebagai Bedros (Peter dalam bahasa Armenia) karena ibunya mempunyai
darah Armenia. Sultan Abdul Hamid II digulingkan oleh gerakan Turki Muda dan Ittihad ve Terakki yang
didukung oleh Freemason, Yahudi, dan Donmeh (orang Islam yang menjadi Yahudi). Beliau kemudian
diasingkan ke Salonika dan institusi Khilafah dihapus selama-lamanya (Lord Kinross, The Ottoman
Centuries: The Rise and Fall of The Turkish Empire, Morrow Quill, 1979).
12
Gordon Thomas, idem, hal. 35.
13
Robert Maxwell adalah pengusaha raksasa media massa yang dipilih Mossad untuk mengedarkan
PROMIS, piranti lunak komputer yang dapat memberikan sinyal satelit mengenai lokasinya. Piranti ini
telah membantu Mossad melacak dan membunuh lawan-lawannya (Gordon Thomas, idem, hal. 205).
14
What Israel Has Done by Edward Said (Al Ahram, 18 April 2002). Profesor Edward Said (Columbia
University) adalah seorang Kristen Palestina mantan anggota parlemen PLO di pengasingan yang
bukunya, Orientalism (1978) secara keras mengkritik pandangan miring kaum orientalis terhadap Islam.
Pada tahun 1991 ia mengundurkan diri dari PLO karena memandang sikap Yasser Arafat yang
berdamai dengan Israel justru memperlemah posisi bangsa Palestina. Said dan Profesor Noam
Chomsky (MIT) adalah dua orang yang paling ditakuti oleh pemerintah AS karena sikap kritisnya
terhadap kebijakan standar ganda Amerika.5
Sampai sekarang Israel tidak pernah mendeklarasikan batas wilayahnya secara
tegas sebagai bagian dari upaya pendudukan yang terus berlanjut. Satu-satunya
negara yang tidak memperuntukkan wilayahnya bagi warga negaranya, tapi bagi
siapa saja orang Yahudi di seluruh dunia. Israel pula satu-satunya negara yang
menyatakan tidak akan terikat kepada hukum internasional.
15
* * *
Lantas kenapa tindakan Israel dibiarkan begitu saja oleh dunia internasional?
Mari kita lihat terlebih dahulu negara-negara tetangga Israel. Bani Hashemite
(keluarga Raja Jordania yang mengaku keturunan Nabi Muhammad) adalah agen
CIA di dunia Arab dan sebelumnya sempat menjalin kerjasama dengan Mossad
pada masa Meir Amit menjabat sebagai direkturnya.
16
Secara rutin setiap tahun
Amerika--sebagai sekutu terdekat Israel--memberi bantuan ekonomi dan militer
kepada Jordania sebesar US$ 226.7 juta (perkiraan 2001). Demikian pula Mesir,
pasca perjanjian damai Israel-Mesir di Camp David, Mesir menerima sedekah dari
Amerika rata-rata setiap tahun sebesar US$ 2 milyar.
17
Cukup banyak untuk
membuat Hosni Mubarak dan Raja Abdullah bersikap diam terhadap terorisme
Israel.
Arab Saudi dan negara-negara yang lebih kecil lainnya tidak dapat bersikap
menentang Israel dan Amerika karena adanya ancaman pencabutan perlindungan
militer terhadap kemungkinan invasi oleh Irak dan Libya. Patut diduga dibiarkannya
Saddam Hussein dan Muammar Ghadafi tetap berkuasa adalah upaya Amerika
menjaga tingkat ketergantungan negara-negara Arab kepada perlindungan Amerika.
Serbuan Irak ke Kuwait jelas menimbulkan trauma di kalangan bangsa Arab.
Negeri-negeri Timur Tengah jelas tidak bisa diharapkan. Lantas bagaimana dengan
negeri-negeri Muslim lainnya?
Indonesia, negeri dengan penduduk Islam terbesar di dunia, telah menyerahkan
pengelolaan ekonominya ke tangan International Monetary Fund (IMF) yang
mayoritas sumber dananya berasal dari Amerika.
18
Penjelasan tentang pengaruh
Amerika terhadap sikap politik Indonesia tidak perlu dibahas panjang-lebar disini.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang tetap mempertahankan struktur hirarki
berdasarkan para pemenang Perang Dunia II, tidak bisa lepas dari jebakan hak veto
Amerika yang siap digunakan sewaktu-waktu. Terakhir, misi pencari fakta PBB
dipimpin Marti Ahtisaari yang bertugas mencari bukti kekejaman perang Israel di
Jenin, telah dibubarkan oleh Kofi Annan karena muncul suara ketidakpuasan dari
Israel atas komposisi tim pencari fakta tersebut. Hal yang bertolak belakang dengan
apa yang dilakukan PBB terhadap Irak ketika mengirim tim pencari senjata biologis.
Lantas siapa yang bisa menolong bangsa Palestina dari tindak terorisme Israel?
Mungkin diperlukan waktu agak lama untuk mencari jawaban yang pas atas
pertanyaan ini. Dan sementara orang Islam serta komunitas internasional tengah
berpikir, korban terus berjatuhan di tanah suci Palestina. ***
15
Edward Said, ibid.
16
Gordon Thomas, ibid, hal. 72-73.
17
http://www.us-israel.org/jsource/US-Israel/aidtoc.html
18
http://www.imf.org/external/np/tre/ffo/2001/fin3.pdf6
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as