Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    ulang tahun saya

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    ulang tahun saya Empty ulang tahun saya

    Post by admin Tue Jun 15, 2010 12:53 pm

    Ulang Tahun Saya...


    eramuslim -
    Malam tadi, bulan Oktober, biasanya sejak jam menunjuk angka dua belas, selalu
    saja silih berganti sms masuk ke ponsel saya mengucapkan berbagai macam doa
    melengkapi ucapan ulang tahun. Email account saya biasanya tak jauh dari inbox
    di ponsel saya, juga dipenuhi kabar serupa. Siapa, sih, yang tidak bahagia
    menerima ucapan selamat semacam ini? Tak berbeda dengan saya, kebahagiaan tentu
    saja luap, merasa terharu bahwa hari kelahiran saya masih diingat oleh banyak
    orang.



    Malam
    lalu, agak berbeda dari tahun sebelumnya, sms pertama yang mengucapkan selamat
    itu saya terima sehabis shubuh. Ya, malam kemarin, usia saya genap 25 tahun.
    Dulu, saya pernah agak-agak kumat dengan tidak mau menerima ucapan selamat
    ulang tahun. Itu saya alami saat saya masih SMEA dan sedang idealis-idealisnya.
    Saya mengatakan, tak usah mengucapkan selamat ulang tahun, sebab tak ada
    tahun-tahun yang terulang. Tak ada waktu yang kembali pulang. Waktu berlalu
    bagai gerbong-gerbong yang terus berlalu, tidak kembali lagi tahun depan.



    Memang
    benar, tidak ada waktu yang terulang. Kalaupun kemudian ada yang berubah pada
    ‘pandangan saya’ di mana sekarang saya selalu membalas ucapan ulang tahun itu
    dengan ‘minimal’ balas berdoa, juga tak jarang saya mengucapkan selamat untuk
    teman-teman yang berulang tahun, bukan lantas saya sekarang berubah memahami
    adanya waktu yang kembali. Sama sekali tidak. Tetap sama seperti delapan tahun
    lalu, saya merasa hari ini bukanlah hari yang saya lalui di tahun kemarin, dan
    akan kembali saya jumpai tahun depan.



    Jika
    saat ini saya ‘gemar’ memberi—dan menerima—bingkisan-bingkisan kecil dengan
    lukisan lilin menyala, hanyalah bahwa saya merasa memerlukan sebuah ‘tanda
    kecil’ untuk mengungkapkan kasih sayang dan perhatian, juga cinta..



    Ucapan
    ulang tahun, sungguh, merupakan ungkapan perhatian dan kasih sayang. Ia adalah
    bagian dari kekayaan hati manusia. Betapa sungguh, setiap menerima ucapan ulang
    tahun, ada keterharuan yang menyemaraki dada saya. Bukan pada kadonya saya
    rasa, bukan pada ucapan ataupun doanya yang cenderung mengawang-awang. Tapi
    oleh sebuah sugesti bahwa saya masih menempati sebuah ruang di hati orang lain.
    Karenanya, selalu saja ada yang menyampaikan selamat itu tanpa terlebih dulu
    saya memberi kartu undangan pesta atau membuat woro-woro bahwa hari ini saya
    berulang tahun.



    Dengan
    demikian, saya merasa ‘begitu berharga’ kendati saya tidak lantas
    menggeneralisir bahwa mereka yang tidak mengucapkan selamat itu lantas berarti
    tidak menghargai saya.



    Tapi,
    malam ini... ada yang saya renungkan lebih jauh. Betapa bahagianya saya dan
    orang-orang yang mempunyai tanggal lahir, sebab, pada tanggal itu, ia akan
    mengalami seperti yang saya rasakan hari ini. Tapi, bagaimana dengan mereka
    yang tidak memiliki tanggal lahir?



    Saya
    tidak ngoyoworo. Kenyataan tanggal lahir hanya dimiliki oleh orang-orang
    tertentu bukanlah hal asing bagi saya. Banyak dari teman-teman saya yang jika
    ditanya, “Tanggal lahirnya berapa?” lantas mereka tercenung sesaat sebelum
    menjawab, “Nggak tahu. Orang tua saya juga nggak tahu.”



    Ya,
    mereka adalah orang-orang yang belum menganggap penting arti catatan diri. Bisa
    jadi mereka melupakan, bisa jadi karena mereka memang belum mengenal kalender.



    Saya
    banyak memiliki teman yang orang tuanya buta huruf. Yang mereka ingat tentang
    kelahiran anaknya adalah: “Dia lahir tiga hari sesudah udan awu (untuk kalangan
    masyarakat saya, istilah ‘udan awu’ adalah peristiwa meletusnya Gunung Kelud
    yang menimbulkan hujan abu selama beberapa hari).” Atau... “Lahirnya Selasa
    Kliwon, wuku Pahang, Windu Sancaya,” dan selalu tidak disertai dengan tanggal
    yang jelas. Yang agak ‘mendingan’ adalah: “Lahirnya itu pas geger tentara
    ‘Ejrah’ perang dengan ‘Merah’.” ‘Ejrah’—asimilasi dari kata hijrah—adalah
    sebutan untuk laskar Siliwangi yang berhijrah pasca-Perjanjian Linggarjati, dan
    ‘Merah’ adalah sebutan untuk tentara PKI masa itu. Dengan sedikit melongok ke
    jeda-jeda sejarah, maka bisa diperkirakan tanggal dan tahun lahirnya, kendati
    kadar ketepatannya masih sangat perlu dipertanyakan.



    Nah,
    untuk orang-orang yang seperti ini, adakah mereka memiliki sebuah hari
    ‘istimewa’ di mana orang-orang akan berlomba membagi doa? Bagaimna bisa
    sedangkan mereka sendiri tidak mengetahui kapan tanggal lahirnya? Alangkah
    sepinya.



    Ah,
    tapi tunggu. Saya pernah menulis dalam sebuah novel, Tuhan bukan hanya milik
    orang-orang yang ulang tahun. Tuhan akan mengabulkan doa siapa saja, pada waktu
    kapan saja, dan itu adalah janji-Nya. Dia tidak perlu menunggu seseorang
    berulang tahun untuk menunjukkan cinta-Nya sebab cinta itu tak pernah kering.



    Lantas,
    betapa kemudian saya teringat dengan sebuah tulisan Martha Bolton dalam buku



    I
    Love You... Still.



    Tulisnya:


    “Kami
    mengemudi di Interstate 40, dan dalam perjalanan kami melihat pemandangan yang
    luar biasa. Tidak ada rambu-rambu untuk menasihatkan pengemudi berhenti dan
    menikmati pemandangan itu. Itu tidak diperlukan. Anda tidak bisa melewatkannya.



    Sedikit
    lebih jauh, ketika akhirnya saya melihat tanda bertuliskan “Pemandangan Alam”
    dicetak di atasnya, pemandangannya tidak terlalu berbeda dengan yang kami
    lewati sejauh enam puluh mil. Namun, tetap saja pengemudi menepi; keluar dari
    mobil, membawa kamera di tangan dan dengan semangat memotret.



    Saya
    tidak percaya bahwa mereka sungguh memerlukan tanda untuk menunjukkan keindahan
    yang sudah ada di hadapan mereka sepanjang jalan.”



    Dalam
    buku tersebut, Martha menyebutkan bahwa mengungkapkan cinta sesungguhnya tak
    memerlukan tanda apa pun. Banyak orang yang menjadi ‘bodoh’ dengan menganggap
    sebuah tanda sebagai tempat sakral.



    Sebenarnya,
    seperti indahnya pemandangan sepanjang perjalanan yang dilalui oleh Martha,
    setiap jenak dalam hidup kita adalah momen yang tepat untuk berbagi doa dan
    mengungkapkan kasih sayang. Tidak ada bedanya antara hari ulang tahun dengan
    hari biasa. Hanya saja, karena melihat sebuah tanda berupa ‘hari jadi’ tadi,
    lantas semua orang berhenti sejenak, menyempatkan diri mengucap selamat yang
    dilanjutkan doa.



    Betapa
    rumitnya.



    Namun,
    suatu saat saya merasa perlu berpikir sebaliknya. Bahwa, kadang-kadang saya pun
    merasa ‘canggung’ untuk mengucapkan ‘cinta’ kepada saudara, orang tua,
    sahabat... tanpa sebelumnya didahului oleh sebuah ‘tanda.’ Betapa saya merasa,
    tak ada angin, tak ada hujan, tak ada petir apalagi bom nuklir, tiba-tiba saya mengucapkan:
    “Semoga barakah umurmu, semoga semakin dewasa, semoga berbahagia, tercapai apa
    yang kaucita dan cintakan.” Bukannya mengamini, barangkali ‘seseorang’ yang
    saya hadiahi doa itu justru akan terbengong-bengong dan bertanya, “Sakti, kamu
    kenapa? Kok, tiba-tiba error begitu?”



    Sekali
    lagi, ini bukan ngoyoworo. Saya pernah mengalaminya langsung kendati tidak
    persis seperti cerita saya di atas. Saat itu saya merasa yakin bahwa hari itu
    merupakan hari ulang tahun salah satu teman saya. Rupanya saya mengingat bulan
    dan harinya terbalik. Angka yang seharusnya menjadi bulan, saya letakkan pada
    hari dan sebaliknya. Ucapan saya itu mendahului dua bulan dari waktu yang
    seharusnya. Seperti biasa, saya selalu berusaha menghindari mengatakan ‘ulang
    tahun’ oleh karena keyakinan saya bahwa tak ada tahun terulang tadi. Saya
    biasakan langsung pada doa dan ungkapan kasih sayang berikut perhatian. Bahwa,
    bagi saya, teman saya tersebut terlalu berharga untuk dilupakan. Dan, apakah
    yang terjadi? Teman saya tertawa sampai terpingkal-pingkal. “Kamu yang bener
    aja, Ti!”



    Ini
    insiden yang membuat saya terlihat sangat bodoh. Tentu saja malu. Justru
    ketahuan, kan, kalau saya tidak mengingat hari ulang tahunnya dengan baik?
    Kendati malu, saya berusaha menguasai keadaan. Bahwa, meskipun keliru, apa
    salahnya mendoakan? Toh, doa itu baik. Barulah setelah itu, teman saya berhenti
    menertawakan saya.



    Bukan
    dalam arti saya tidak sependapat dengan Martha, atau juga Anda, bahwa setiap
    jeda dalam hidup kita adalah momen yang tepat untuk mengungkapkan kasih sayang
    dan saling mendoakan. Allah tidak pernah mmbedakan doa yang diucapkan pada hari
    ulang tahun dengan hari biasa. Namun, terkadang memang kita memerlukan ‘tanda
    kecil’ untuk merasa nyaman melakukan sesuatu. Jika belum menjadi kebiasaan bagi
    Anda untuk mendoakan orang yang Anda cintai, saya memahami. Anda bisa
    memanfaatkan momen ulang tahun ini jika Anda memang canggung mengucapkan doa
    langsung di depan teman Anda sebagai ungkapan perhatian dan cinta.



    Mungkin,
    seiring jalannya waktu, di lain kesempatan, Anda bisa bebas menghadiahi teman
    Anda doa kapan saja Anda mau. Anda kemudian akan mulai melihat ada begitu
    banyak waktu istimewa untuk orang yang Anda cintai dan kasihi. Lantas...
    pelan-pelan, semua waktu akan menjadi istimewa. Semua waktu akan menjadi
    pemberhentian yang tepat untuk mengucap doa. Anda tak perlu lagi repot menunggu
    tahun depan untuk sekadar menambahkan doa yang Anda rasa kurang lengkap pada
    ulang tahun sahabat Anda; kemarin! Sebab, Tuhan bukan hanya milik orang-orang
    yang berulang tahun.






    Malam
    kedua puluh lima tahun saya.



    Tak
    terasa, saya telah begini tua

      Similar topics

      -

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 5:49 am