Tidak mau diasingkan dan tidak
tunduk pada kemunafikan
Lebih baik diasingkan
dari
pada menyerah pada kemunafikan
kalimat tersebut diatas
telah mengingatkan kita pada sosok pemuda yang hidup dan tumbuh dalam kepungan
hiruk pikuk kekuatan politik yang berkembang pada Th 60-an yang coba untuk
disajikan kembali dalam layar lebar yang beberapa dekade lalu sempat membumikan
sosok gie yang diperankan oleh nicholas saputra. Film Gie telah banyak menyedot para pecinta layar
lebar namun para pecinta layar lebar harus puas pulang dengan membawa seribu
kebimbangan dan pertannyaan yang tak terjawab dalam sajian film. documenter
yang disadur dari catatan seorang demonstran.
Gie merupakan produk dari
hasil pendidikan nasional kita baik
sekarang dan masa lalu, sejarah senantiasa memberikan posisi dan telah
menciptakan kelas baru bagi mahasiswa, yaitu kelas sosial sendiri atau kelompok
yang terpisah dari kehidupan riil masyarakat, dan pendidikan nasional kita
telah membentuk cara berfikir Gie yang bersifat liberal. Pertama secara sadar berada di tengah tengah massa mahasiswa dan
secara sadar pula dia merupakan bagian dari mahasiswa yang mempunyai peranan
aktif dalam menentukan arah gerak sebuah generasi. Namun, ia tidak mau terikat
oleh pengetahuan yang dia dapat dari buku atau hasil diskusi tentang keburukan
Negara dan hal-hal yang harus ditempuh. Pada poin pertama ini ditunjukkan
ketika gie yang mempunyai latar belakang keluarga yang mapan dalam persoalan
pendidikan telah membentuknya sebagai pemuda kutu buku dan tak sedikit buku teoritik yang telah di baca dan bahkan ia
mampu menjatuhkan pilihan untuk membenci kepemimpinan soekarno namun tidak
tampak dari gie untuk berusaha mencari, membentuk dan membangun organisasi
sebagai alat perjuangan yang akan mengantarkannya pada cita-cita bersama yaitu
kesejahteraan rakyat. Kedua seorang
Gie tidak ambil pusing terhadap soal-soal yang tidak menyangkut diri sendiri,
menganggap lebih baik tidak banyak bicara sekalipun tahu betul apa yang salah,
berlaku cerdik untuk mencari selamat dan hanya berusaha supaya tidak berbuat
salah..
Soe hok gie bukan seoarang
Pimpinan massa namun Soe hok gie adalah sosok penulis yang terkungkung oleh
subyektifitasnya dan mencoba berkeras pada idealisme yang dibangun secara
subyektif untuk tidak berpihak dan berposisi netral. Tak satu pun manusia yang
hidup dengan netral dan menang dalam perjuangan menuju kesejahteraan masyarakat,
setidaknya itu merupakan catatan sejarah.
Ranupane, ranu kumbolo,
kali mati, arca pada, kelik, cemoro tunggal, mahameru merupakam teman setia dan
bahkan menjadi pilihan tempat Gie untuk menghembuskan nafas yang terakhir dan
beristirahat dalam perjuangan yang tanggal ketika raganya telah tanggal pula,
usai dan berakhir sudah harapan Gie. Gie tidak pernah percaya pada pikiran orang
lain. Ini terlihat pada sosoknya ketika harus dibenturkan pada persoalan, Gie
memilih harus pergi berpetualang dan mencoba mendapati dirinya yang bebas lepas
dan terus berteriak dengan kebingaran jiwanya yang bebas dan lepas oleh aturan
dan norma, jika Gie mempunyai kesadaran pemimpin maka ia harus meletakkan
persoalan secara bersama, dianalisis serta mencari solusi bersama. Karena sudah
menjadi ketetapan dari hukum alam bahwa selama kita hidup, kontradiksi atau
persoalan akan senantiasa ada dan tidak dapat dimusnahkan.
Turut berduka cita atas
meninggalnya Gie, segala pola pikir dan ketidak percayaan Gie pada kerja,
berfikir, dan menyelesaikan permasalahan bersama adalah kesalahan sistem
pendidikan nasional yang tidak pernah memberikan ruang-ruang bagi terbangunnya
pondasi kerja kolektif, mencetak pemuda yang ahli di bidangnya dan bervisi
kerakyatan serta tidak mencetak kelompok baru yang jauh kehidupan riil masyarakatnya. Namun sejarah perjalanan Gie
merupakan pelajaran yang berarti bagi kita tentang bagaimana kita harus
senantiasa mendidik diri dengan hidup dan berfikir bersama dan memperjuangkan
cita-cita secara bersama guna menjauhkan diri dari nilai subyektif. Bekerja
bersama, berfikir dan berjuang bersama adalah jawaban atas pelajaran terpenting
dari Gie karena kita TIDAK MAU DIASINGKAN
DAN TIDAK AKAN MENYERAH PADA KEMUNAFIKAN!! bukan kah kita tidak sendirian
dalam belajar dan berjuang?
tunduk pada kemunafikan
Lebih baik diasingkan
dari
pada menyerah pada kemunafikan
kalimat tersebut diatas
telah mengingatkan kita pada sosok pemuda yang hidup dan tumbuh dalam kepungan
hiruk pikuk kekuatan politik yang berkembang pada Th 60-an yang coba untuk
disajikan kembali dalam layar lebar yang beberapa dekade lalu sempat membumikan
sosok gie yang diperankan oleh nicholas saputra. Film Gie telah banyak menyedot para pecinta layar
lebar namun para pecinta layar lebar harus puas pulang dengan membawa seribu
kebimbangan dan pertannyaan yang tak terjawab dalam sajian film. documenter
yang disadur dari catatan seorang demonstran.
Gie merupakan produk dari
hasil pendidikan nasional kita baik
sekarang dan masa lalu, sejarah senantiasa memberikan posisi dan telah
menciptakan kelas baru bagi mahasiswa, yaitu kelas sosial sendiri atau kelompok
yang terpisah dari kehidupan riil masyarakat, dan pendidikan nasional kita
telah membentuk cara berfikir Gie yang bersifat liberal. Pertama secara sadar berada di tengah tengah massa mahasiswa dan
secara sadar pula dia merupakan bagian dari mahasiswa yang mempunyai peranan
aktif dalam menentukan arah gerak sebuah generasi. Namun, ia tidak mau terikat
oleh pengetahuan yang dia dapat dari buku atau hasil diskusi tentang keburukan
Negara dan hal-hal yang harus ditempuh. Pada poin pertama ini ditunjukkan
ketika gie yang mempunyai latar belakang keluarga yang mapan dalam persoalan
pendidikan telah membentuknya sebagai pemuda kutu buku dan tak sedikit buku teoritik yang telah di baca dan bahkan ia
mampu menjatuhkan pilihan untuk membenci kepemimpinan soekarno namun tidak
tampak dari gie untuk berusaha mencari, membentuk dan membangun organisasi
sebagai alat perjuangan yang akan mengantarkannya pada cita-cita bersama yaitu
kesejahteraan rakyat. Kedua seorang
Gie tidak ambil pusing terhadap soal-soal yang tidak menyangkut diri sendiri,
menganggap lebih baik tidak banyak bicara sekalipun tahu betul apa yang salah,
berlaku cerdik untuk mencari selamat dan hanya berusaha supaya tidak berbuat
salah..
Soe hok gie bukan seoarang
Pimpinan massa namun Soe hok gie adalah sosok penulis yang terkungkung oleh
subyektifitasnya dan mencoba berkeras pada idealisme yang dibangun secara
subyektif untuk tidak berpihak dan berposisi netral. Tak satu pun manusia yang
hidup dengan netral dan menang dalam perjuangan menuju kesejahteraan masyarakat,
setidaknya itu merupakan catatan sejarah.
Ranupane, ranu kumbolo,
kali mati, arca pada, kelik, cemoro tunggal, mahameru merupakam teman setia dan
bahkan menjadi pilihan tempat Gie untuk menghembuskan nafas yang terakhir dan
beristirahat dalam perjuangan yang tanggal ketika raganya telah tanggal pula,
usai dan berakhir sudah harapan Gie. Gie tidak pernah percaya pada pikiran orang
lain. Ini terlihat pada sosoknya ketika harus dibenturkan pada persoalan, Gie
memilih harus pergi berpetualang dan mencoba mendapati dirinya yang bebas lepas
dan terus berteriak dengan kebingaran jiwanya yang bebas dan lepas oleh aturan
dan norma, jika Gie mempunyai kesadaran pemimpin maka ia harus meletakkan
persoalan secara bersama, dianalisis serta mencari solusi bersama. Karena sudah
menjadi ketetapan dari hukum alam bahwa selama kita hidup, kontradiksi atau
persoalan akan senantiasa ada dan tidak dapat dimusnahkan.
Turut berduka cita atas
meninggalnya Gie, segala pola pikir dan ketidak percayaan Gie pada kerja,
berfikir, dan menyelesaikan permasalahan bersama adalah kesalahan sistem
pendidikan nasional yang tidak pernah memberikan ruang-ruang bagi terbangunnya
pondasi kerja kolektif, mencetak pemuda yang ahli di bidangnya dan bervisi
kerakyatan serta tidak mencetak kelompok baru yang jauh kehidupan riil masyarakatnya. Namun sejarah perjalanan Gie
merupakan pelajaran yang berarti bagi kita tentang bagaimana kita harus
senantiasa mendidik diri dengan hidup dan berfikir bersama dan memperjuangkan
cita-cita secara bersama guna menjauhkan diri dari nilai subyektif. Bekerja
bersama, berfikir dan berjuang bersama adalah jawaban atas pelajaran terpenting
dari Gie karena kita TIDAK MAU DIASINGKAN
DAN TIDAK AKAN MENYERAH PADA KEMUNAFIKAN!! bukan kah kita tidak sendirian
dalam belajar dan berjuang?
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as