Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    pedagogy VS andragogy

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    pedagogy VS andragogy Empty pedagogy VS andragogy

    Post by admin Wed Jun 09, 2010 1:04 am

    PEDAGOGY vs
    ANDRAGOGY



    Pedagogy ini konsep yang biasanya dipakai di dalam pendidikan yakni bahwa
    Pendidikan itu menempatkan murid/siswa sebagai obyek di dalam pendidikan,
    mereka mesti menerima pendidikan yang sudah di set up oleh sistem pendidikan, di set up oleh gurunya/pengajarnya
    apa-apa saja yang harus dipelajari, materi-materi apa saja yang akan diterima,
    yang akan disampaikan, metode panyampaiannya,dll, itu semua tergantung kepada
    pengajar dan tergantung kepada sistem. Murid sebagai obyek dari pendidikan.

    Dari konsep ini kemudian muncullah konsep pendidikan fundamentalis, intelektual
    dan konservatif.



    O'neil
    menjelaskan tentang Fundamentalisme pendidikan sebagai berikut :


    "...pada dasarnya anti-intelektual
    dalam arti bahwa mereka ingin meminimalkan pertimbangan-pertimbangan filosofis
    dan atau intelektual, serta cenderung untuk mendasarkan diri mereka pada
    penerimaan yang relatif tanpa kritik terhadap Kebenaran yang diwahyukan atau
    konsensus sosial yang sudah mapan."

    Kebenaran yang diajarkan di dalam pendidikan adalah kebenaran yang condong
    dikatakan mutlak benar, bersifat wahyu, relatif tanpa kritik. Pendidikan
    yang seperti ini banyak di pakai di abad pertengahan oleh pihak agamawan,
    maupun sampai sekarang juga dipakai oleh pihak agamawan, tanpa memberi
    kesempatan kadang untuk siswa berpikir yang berbeda, atau meminimkan
    perkembangan intelektual dari siswanya. Perbedaan bukan dianggap sebagai hal
    yang biasa, melainkan sudah dianggap sebagai perselisihan yang kadang dianggap
    sebagai sebuah perlawanan atau pemberontakan. Bisa kita pahami, mengapa ketika
    Galileo berbeda dari pihak gereja tentang pusat tatasurya, maka yang ada adalah
    anggapan pemberontakan yang berakhir di ujung kematiannya.

    O'neil juga menjelaskan tentang Intelektualisme pendidikan sebagai berikut :


    "...pada
    dasarnya otoritarian, demi menyesuaikan secara lebih sempurna dengan cita-cita
    intelektual atau rohaniah yang sudah mapan dan tidak bervariasi."

    Di dalam konsep intelektualisme pendidikan ini, tetap saja sifat murid sebagai
    obyek itu yang dipakai sebagai landasan, sistem dan guru tetap bersifat
    otoriter, intelektual dipakai dengan tidak bertentangan kepada nilai-nilai
    kebenaran yang sudah ada, yang sudah mapan. Kita bisa memaklumi jika sekarang ini
    di salah satu perguruan tinggi terkenal di Indonesia, buku-buku teknik yang
    dipakai adalah buku keluaran tahun 1950. Bisa kita bayangkan, teknologi 1950,
    meski dengan alasan sebagai pondasi keilmuan, itulah yang diajarkan kepada
    siswanya. Intelektualisme pendidikan dilakukan, tetapi kebenaran masa lalu,
    nilai-nilai masa lalu itu yang diajarkan. Kalau sekarang sudah teknologi tahun
    2006, sedangkan yang kita pelajari baru referensi tahun 1950, lalu bagaimana
    cara kita bisa mengejar ketinggalan kita yang 56 tahun itu?

    O'neil juga menjelaskan tentang Konservatisme pendidikan sebagai berikut :


    "Konservatisme
    pada dasarnya adalah posisi yang mendukung ketaatan terhadap lembaga-lembaga
    dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu (sudah cukup tua atau dan
    mapan), didampingi dengan rasa hormat mendalam terhadap hukum dan tatanan,
    sebagai landasn perubahan sosial yang konstruktif"

    Pendidikan yang konservatif beranggapan bahwa sasaran utama sekolah adalah
    pelestarian dan penerusan pola sosial serta tradisi-tradisi yang sudah mapan.

    Saya tidak mengatakan bahwa sistem konservatif ini jelek, harus dirubah atau
    mesti diganti tidak, tapi marilah kita melihat kenyataan bahwa sistem yang
    menggunana Pedagogy ini mengandung beberapa kelemahan meski juga mengandung
    beberapa kelebihan. Kelemahannya adalah, bahwa dengan penerapan sistem
    pedagogy ini, manusia (dalam hal ini adalah siswa) yang memiliki ke unikan
    sendiri, yang memiliki talenta sendiri, memiliki minat sendiri, memiliki
    kelebihan sendiri, menjadi tidak berkembang, menjadi tidak bisa mengeksplor
    dirinya sendiri, tidak mampu menyampaikan kebenarannya sendiri, sebab yang
    memiliki kebenaran adalah masa lalu, adalah sesuatu yang sudah mapan dan sudah
    ada sampai sekarang. Perbedaan bukanlah menjadi hal yang biasa, melainkan jika
    ada yang berbeda itu akan dianggap sebagai sebuah perlawanan dan pemberontakan.



    Tetapi Pedagogy memiliki kelebihan tersendiri, yakni didalam menjaga rantai
    keilmuan yang sudah diawali oleh orang-orang terdahulu, maka rantai emas dan
    benang merah keilmuan bisa dilanjutkan oleh generasi mendatang. Generasi
    mendatang tidak perlu mulai dari nol lagi, melainkan tinggal melanjutkan apa
    yang sudah ditemukan, apa yang sudah dirintis, apa yang sudah dimulai oleh
    generasi mendatang.

    Seperti sisi mata uang yang berbeda dari satu keping, kalau di satu sisi adalah
    Pedagogy, maka di sisi yang lain adalah Andragogy, yakni konsep pendidikan yang
    meletakkan siswa sebagai subyek dari pendidikan. Bukan lagi sebagai obyek,
    tetapi sebagai subyek dari pendidikan. Inilah yang sekarang ini mau diterapkan
    di Indonesia dengan istilah konsep pendidikan yang berdasarkan pada
    "kompetensi". Siswa yang mesti lebih aktif dari gurunya, kadang ada
    yang berkata, keaktifan siswa adalah 70% di dalam proses belajar mengajar sementara
    guru keaktifannya cukup 30 % saja. Sebelum ini sebenarnya sudah dikenal CBSA,
    cara belajar siswa aktif, atau di tahun 70 an ada sebuah proyek yang disebut
    dengan PPSP (Proyek perintis Sekolah Pembangunan) dimana pada waktu itu, siswa
    dibebaskan menentukan seberapa cepat dia bisa menyelesaikan masa studinya.
    Sudah disiapkan Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tentang
    teori-teori materi yang dipelajari, kalau siswa beranggapan sudah menguasai,
    maka diberi tersendiri lembar latihan dari LKS tadi dan kalau sudah merasa
    siap, maka siswa bisa mengambil sendiri Lembar Test Formatif yang sudah siap.
    Fungsi Guru pada waktu itu cuman menjelaskan apabila bertanya dan menilai hasil
    test formatif tersebut. Di PPSP ini, murid kelas 1 SMP (waktu itu disebut kelas
    6), itu bisa saja menempuh pelajaran kelas 2 SMP (kelas 7) maupun menempuh
    kelas 8 (3 SMP), sehingga pada waktu itu, cukup banyak yang mampu menempuh
    level SMP hanya dalam waktu 2 tahun. PPSP mencanangkan program SD cuman 5
    tahun, SMP bisa ditempuh 2 tahun dan SMA juga bisa ditempuh 2 tahun juga,
    tergantung kepada kemampuan dari siswa. Sayang banget, di Indonesia sudah
    sama-sama kita ketahui, ganti mentri ganti sistem pendidikan, jadilah Proyek
    yang sudah dijalankan tidak dilihat hasilnya bagaimana yang penting langsung
    diganti saja..

    Dari konsep pendidikan Andragogy inilah, kita kenal istilah-istilah Enjoy
    Learning, Workshop, Pelatihan Outbond,dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogy
    inilah kemudian muncul konsep-konsep Liberal, Liberasionis dan Anarkis.



    William F. O'Neil menyebutnya dengan pendidikan Liberal yang oleh O'Neil dibagi
    menjadi tiga macam yaitu Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan
    Anarkisme pendidikan.



    O'Neil
    menjelaskan Liberalisme pendidikan sebagai berikut:
    "...tujuan jangka panjang
    pendidikan adalah untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada
    dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara menghadapi
    persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif."

    O'Neil menjelaskan Liberasionisme pendidikan sebagai berikut :
    "Liberasionisme adalah sebuah
    sudut pandang yang menganggap bahwa kita musti segera melakukan perombakan
    berlingkup besar terhadap tatanan politik (dan pendidikan) yang ada sekarang,
    sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan
    perujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin"

    Sebagai contoh, Tahun 1950 atas ide dari Robert Mayard Hutchins, sistem
    absesnsi buat siswa sudah ditiadakan di sebagian Amerika dan juga sistem SKS
    sudah ditiadakan juga. Murid/siswa dibebaskan atas apa yang ingin mereka
    pelajari, sesuai minat dan bakat mereka masing-masing.

    Bagi pendidik liberasionis, sekolah bersifat obyektif namun tidak sentral dan
    sekolah bukan hanya mengajarkan pada siswa bagaimana berpikir yang efektif
    secara rasional dan ilmiah, melainkan juga mengajak siswa untuk memahami
    kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam pemecahan-pemecahan masalah secara
    intelek yang paling meyakinkan. Dengan kata lain, liberasionisme pendidikan
    dilandasi oleh sebuah sistem kebenaran yang terbuka. Secara moral, sekolah
    berkewajiban mengenalkan dan mempromosikan program-program sosial konstruktif
    dan bukan hanya melatih pikiran siswa. Sekolahpun harus memajukan pola tindakan
    yang paling meyakinkan yang didukung oleh sebuah analisis obyektif berdasarkan
    fakta-fakta yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles tentang
    prinsip pendidikan yaitu sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari
    "yang obyektif" , melalui pengamatan atas kenyataan.

    O'neil menjelaskan Anarkisme pendidikan sebagai berikut :
    " ...seperti pendidik liberal
    dan liberasionis, pada umumnya (anarkisme pendidikan) menerima sistem
    penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui
    penalaran ilmiah)."




    Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan
    beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau menghapuskan
    pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa musti
    dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga.. Menurut anarkisme
    pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang
    mengupayakan untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang
    mendesak ke dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan
    sekalian.

    Sekali lagi..sistem Andragogy pun memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri.
    Beberapa kelebihan memang memberikan sarana, wadah dan sistem bagi talenta
    masing-masing orang untuk berkembang sesuai minat dan bakat masing-masing.



    Coba kita bertanya kepada diri kita sendiri, mengapakah dulu kita memilih
    jurusan tertentu ketika kuliah ?
    Maka kalau kita jujur, sebagian besar dari kita tidaklah memahami alasan yang
    ada pada diri sendiri, mengapa kita memilih jurusan tersebut?



    Kita tidak mengetahui sebelumnya dan menjadi sebuah ironi setelah kita selesai
    lulus katakanlah selama 5 tahun, barulah kita menyadari bahwa jurusan itu tidak
    kita sukai. Tetapi sistem di kita belum memungkinkan adanya pindah jurusan
    seperti itu, yang disesuaikan dengan bakat dan minat dari siswanya. Tetapi
    sistem Andragogy ini memiliki kelemahan pula. Salah satunya adalah bahwa
    bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya
    ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogy
    hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk
    tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan?



    Dan bagaimana pula bisa dilakukan -penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada?
    jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu
    tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada
    persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar
    ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan
    Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang
    bagi, dll.

    Lalu bagaimanakah sebenarnya yang mesti kita terapkan kepada sistem pendidikan
    kita di Indonesia ini? Pedagogy kah? Andragogy kah? gabungan keduanyakah? atau
    ada alternatif lain?



    Kira-kira..bisakah kita membayangkan sekarang? Setelah melihat bahwa Pendidikan
    bukan soalan yang mudah dan tidak sesederhana itu, Bagaimanakah menurut anda ? Jika di
    lingkungan Instansi pendidikan tidak diisi dengan orang-orang yang kompeten
    dengan pendidikan???!!!



    Mau dibawa
    kemana pendidikan kita ini?

    salam renungan



    huttaqi


    E-mail : UnICoM@...





    Original Message
    :-



    From:
    "UnICoM" <UnICoM@...>



    To: <hidayahnet@yahoogroups.com>;
    <myquran@yahoogroups.com>;
    <ploso@yahoogroups.com>;
    <remaja-islam@yahoogroups.com>;
    <sufi-islam@yahoogroups.com>;
    <surau@yahoogroups.com>;
    <tentang-pernikahan@yahoogroups.com>;
    <muhammadiyah2002@yahoogroups.com>

      Similar topics

      -

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 11:47 pm