Pilihlah dengan nurani anda” adalah satu-satunya iklan atau kampanye pemilu yang paling menarik dan paling
substansial bagi saya. Menarik karena ia tidak memihak pada partai atau calon presiden manapun. Substansial karena
ia melibatkan hak asasi yang terdalam dari diri manusia. Pilihan tidak lagi dipengaruhi lagi oleh hangar bingar kampanye
dengan segala janji-janji politiknya. Pilihan lebih dipengaruhi oleh akal pikiran yang berkulminasi pada kehendak.
Nurani jelas merupakan kata pinjaman dari Islam, yang akarnya adalah “nur”. Dalam kamus bahasa Melayu “nurani”
diartikan bercahaya atau bersinar. Hati Nurani artinya hati yang bercahaya. Allah adalah cahaya langit dan bumi. Ia
Maha Mengatahui. Ilmu yang diperoleh dari padaNya, kata Imam Syafii, adalah cahaya dan cahaya Allah tidak diberikan
kepada pelaku maksiat. (al-ilm nur wa nur Allah la yuhda lil ‘asi).
Oleh sebab itu dalam Islam konsep kebebasan memilih tidak sama dengan konsep “bebas” atau liberal atau freedom di
Barat. Tidak seperti kata Cicero Libertas est potestas vivendi ut velis (kebebasan adalah kemampuan seseorang untuk
hidup dengan semaunya). Kata hurr atau hurriyyah, bebas atau kebebasan, juga bukan kata yang tepat untuk makna
kebebasan dalam Islam. Sebab hurr digunakan untuk merujuk kepada status sesuatu atau seseorang yang diberi
kebebasan seperti hamba, bekas tahanan dan lain-lain. Bukan kebebasan dalam kontek pikiran dan kehendak
ditentukan oleh individu.
Kebebasan dalam Islam tidak ada unsur pemaksaan seperti dalam medan semantik kata hurr. Kata yang tepat untuk ini
dalam Islam adalah ikhtiyar, berasal dari akar kata khayr artinya baik. Kata ini sering diartikan berusaha, tapi sebenarnya
berarti berusaha memilih yang terbaik. Maka dari itu “tidak ada paksaan dalam agama” diteruskan dengan kata-kata “qad
tabayyana al-rushd min al-ghayyi” (sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat (Q.S. 2:256).
Karena jalan yang benar telah ditunjukkan oleh ilmu agama yang rasional maka ikhtiyar atau memilih yang terbaik tidak
mungkin dilakukan kecuali dengan ilmu. Ilmu tentang baik buruk. Bagi kaum sekuler baik-buruk ditentukan oleh akal atau
kesepakatan masyarakat. Dalam Islam akal berada dibawah wahyu. Jadi ikhtiyar berbekal nilai atau ilmu tentang nilai
baik buruk yang berasal dari agama. Pelaku maksiat tentu bukan orang yang memiliki nurani atau ilmu untuk memilih
mana yang baik dan yang buruk.
Ber ikhtiyar memilih pemimpin atau kepala negara atau presiden hakekatnya sama saja. Kebebasan memilih harus
berbekal ilmu tentang baik-buruknya calon yang akan dipilih. Pribahasa jangan “membeli kucing dalam karung” artinya
jangan memilih tanpa ilmu. Memilih presiden adalah memilih pemimpin yang akan menentukan masa depan kita. Baik
buruk masa depan kita ditentukan oleh pemimpin. Untuk mengetahui calon pemimpin yang baik, kita harus punya
pengetahuan tentang visinya, kehidupan pribadinya, sikap keberagamaannya, sikap kerakyatannya, akhlaknya,
leadershipnya dan kemampuannya mengadakan perbaikan dalam berbagai sektor kehidupan kita.
Jika akal kita tidak lagi mampu menentukan pilihan, kita tidak perlu pergi ke dukun atau tukang ramal. Islam
mengajarkan sarana spiritual khusus untuk ber ikhtiyar yaitu shalat istikharah (memohon pilihan). Akar kata istikharah
sama dengan ikhtiyar. Doanya begitu jelas “saya mohon pilihan dengan ilmu Mu dan dengan kekuasaanMu ……..jika engkau
tahu jika perkara ini (calon ini, pilihan ini) baik bagiku, agamaku, kehidupanku, dan masa depanku, maka takdirkanlah,
mudahkanlah, dan turunkanlah barakah kepadaku…”. Artinya kita memohon agar cahaya ilmu Tuhan dipancarkan ke dalam
hati kita. Cahaya itulah yang membelokkan hati (yuqallib al-qulub) kita kearah pilihan yang benar. Memilih dengan nurani
berarti memilih dengan hati yang becahayakan ilmu Allah. Itulah sejatinya makna memilih denga nurani. Jika telah tiba
masa ber’azam untuk memilih maka pegangan terakhir adalah tawakkal.
substansial bagi saya. Menarik karena ia tidak memihak pada partai atau calon presiden manapun. Substansial karena
ia melibatkan hak asasi yang terdalam dari diri manusia. Pilihan tidak lagi dipengaruhi lagi oleh hangar bingar kampanye
dengan segala janji-janji politiknya. Pilihan lebih dipengaruhi oleh akal pikiran yang berkulminasi pada kehendak.
Nurani jelas merupakan kata pinjaman dari Islam, yang akarnya adalah “nur”. Dalam kamus bahasa Melayu “nurani”
diartikan bercahaya atau bersinar. Hati Nurani artinya hati yang bercahaya. Allah adalah cahaya langit dan bumi. Ia
Maha Mengatahui. Ilmu yang diperoleh dari padaNya, kata Imam Syafii, adalah cahaya dan cahaya Allah tidak diberikan
kepada pelaku maksiat. (al-ilm nur wa nur Allah la yuhda lil ‘asi).
Oleh sebab itu dalam Islam konsep kebebasan memilih tidak sama dengan konsep “bebas” atau liberal atau freedom di
Barat. Tidak seperti kata Cicero Libertas est potestas vivendi ut velis (kebebasan adalah kemampuan seseorang untuk
hidup dengan semaunya). Kata hurr atau hurriyyah, bebas atau kebebasan, juga bukan kata yang tepat untuk makna
kebebasan dalam Islam. Sebab hurr digunakan untuk merujuk kepada status sesuatu atau seseorang yang diberi
kebebasan seperti hamba, bekas tahanan dan lain-lain. Bukan kebebasan dalam kontek pikiran dan kehendak
ditentukan oleh individu.
Kebebasan dalam Islam tidak ada unsur pemaksaan seperti dalam medan semantik kata hurr. Kata yang tepat untuk ini
dalam Islam adalah ikhtiyar, berasal dari akar kata khayr artinya baik. Kata ini sering diartikan berusaha, tapi sebenarnya
berarti berusaha memilih yang terbaik. Maka dari itu “tidak ada paksaan dalam agama” diteruskan dengan kata-kata “qad
tabayyana al-rushd min al-ghayyi” (sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat (Q.S. 2:256).
Karena jalan yang benar telah ditunjukkan oleh ilmu agama yang rasional maka ikhtiyar atau memilih yang terbaik tidak
mungkin dilakukan kecuali dengan ilmu. Ilmu tentang baik buruk. Bagi kaum sekuler baik-buruk ditentukan oleh akal atau
kesepakatan masyarakat. Dalam Islam akal berada dibawah wahyu. Jadi ikhtiyar berbekal nilai atau ilmu tentang nilai
baik buruk yang berasal dari agama. Pelaku maksiat tentu bukan orang yang memiliki nurani atau ilmu untuk memilih
mana yang baik dan yang buruk.
Ber ikhtiyar memilih pemimpin atau kepala negara atau presiden hakekatnya sama saja. Kebebasan memilih harus
berbekal ilmu tentang baik-buruknya calon yang akan dipilih. Pribahasa jangan “membeli kucing dalam karung” artinya
jangan memilih tanpa ilmu. Memilih presiden adalah memilih pemimpin yang akan menentukan masa depan kita. Baik
buruk masa depan kita ditentukan oleh pemimpin. Untuk mengetahui calon pemimpin yang baik, kita harus punya
pengetahuan tentang visinya, kehidupan pribadinya, sikap keberagamaannya, sikap kerakyatannya, akhlaknya,
leadershipnya dan kemampuannya mengadakan perbaikan dalam berbagai sektor kehidupan kita.
Jika akal kita tidak lagi mampu menentukan pilihan, kita tidak perlu pergi ke dukun atau tukang ramal. Islam
mengajarkan sarana spiritual khusus untuk ber ikhtiyar yaitu shalat istikharah (memohon pilihan). Akar kata istikharah
sama dengan ikhtiyar. Doanya begitu jelas “saya mohon pilihan dengan ilmu Mu dan dengan kekuasaanMu ……..jika engkau
tahu jika perkara ini (calon ini, pilihan ini) baik bagiku, agamaku, kehidupanku, dan masa depanku, maka takdirkanlah,
mudahkanlah, dan turunkanlah barakah kepadaku…”. Artinya kita memohon agar cahaya ilmu Tuhan dipancarkan ke dalam
hati kita. Cahaya itulah yang membelokkan hati (yuqallib al-qulub) kita kearah pilihan yang benar. Memilih dengan nurani
berarti memilih dengan hati yang becahayakan ilmu Allah. Itulah sejatinya makna memilih denga nurani. Jika telah tiba
masa ber’azam untuk memilih maka pegangan terakhir adalah tawakkal.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as