Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    perjalanan

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    perjalanan Empty perjalanan

    Post by admin Wed Jan 05, 2011 8:19 pm

    Perjalanan

    Aku menghirup dalam-dalam udara dingin yang tersedia di sekelilingku dan memaksa udara itu masuk ketubuhku yang menggigil kedinginan saat angin membelai. Lalu aku melayangkan pandangan mataku menyelidik pemandangan alam yang ditawarkan kota Batu. Dalam hati, aku menyerapah karena udara Batu yang dingin walau sudah siang hari telah membuat sakit flu ku menjadi lebih parah.
    “dor! Melamun ya? Pasti melamun jorok!”
    “siapa yang melamun? Aku kan menikmati pemandangan lam kota Batu”
    “o, begitu. Ya udah, cepetan naik. Yang lain sudah duluan tuh” kata pria yang kukenal sebagai Putra, kakak tingkatku sembari menunjuk ke jalan setapak yang menanjak dibelakangku yang sedang dilewati rombonganku.
    Aku tak menjawab. Sibuk membenahi hidungku yang terus berproduksi sambil berjalan mengejar teman-temanku.
    Sekarang ini aku memang sedang survey lokasi untuk menyambut mahasiswa baru. Rombongan survey ini hanya terdiri dari enam orang. Yang cewek hanya dua orang, aku dan Dira.
    Putra termasuk tipe orang yang gak bisa diam. Melihat aku diam, dia langsung menggoda aku.
    “hoi, cepetan sedikit dong! Makanya punya badan jangan kebesaran ukuran, jalannya jadi lambat tuh!” ejek Putra
    “kak Putra..!!” jeritku sebal sambil berlari mengejar sosok pria yang sedang menjauhi tangan ku yang siap mencubit setiap inci tubuhnya.
    “ampun, tuan putri. Ampuni hamba putri” katanya memelas ketika tanganku berhasil mendaratkan cubitan-cubitan kecil di lengan tangannya.
    “awas kalau tetap nakal! Tiada ampun bagimu!” ancamku.
    “iya, iya. eh, tuan putri besok minggu ada acara gak?”
    “gak ada. Memang kenapa?”
    “mau gak aku ajak jalan-jalan ke Surabaya?”
    “Surabaya? Ngapain?”
    “ya, jalan-jalan, cuci mata ke TP, Giant, refresing sebentar. Lagi suntuk neh. Mau kan? Ya?” katanya sambil tersenyum merayuku.
    Aku diam. Memikirkan dan mempertimbangkan ajakannya. Dalam hatiku aku menyebut itu sebagai ide gila yang dicetuskan oleh orang gila dan yang disetujui oleh orang gila. Tapi keadaan hatiku saat ini yang sedang dipenuhi persoalan seolah mendapat peluang untuk dilepaskan untuk sesaat. “ya udah. Minggu pagi kita ketemuan di sekret saja.” Jawabku menyanggupi sambil tersenyum. Aku memang sedang gila. Kataku dalam hati.
    “ok deh” katanya senang sambil menepuk pipiku pelan.

    ______*****¬¬¬¬¬_____

    Sepulang dari survey. Aku berdiam, mendekam dikamar kostku. Pikiranku melayang mengembara. membayangkan perjalanan esok hari dengan kak Putra. Tiba-tiba aku disentakan dari lamunan indahku dengan bunyi dering hp.
    “halo”
    “ita, ini Dewi”
    “o, Dewi. ada apa, wi? Kok tumben telepon”
    “ta, kamu dengerin aku cerita dulu ya? dan jangan kaget. ya?”. Jawab suara teman SMAku itu yang sekarang kuliah di salah satu Universitas negeri di Surabaya itu.
    Jawabannya semakin membuat aku penasaran dan tak sabaran. “ada apa sih?”
    “Ta, kak Ardi sakit dan masuk RS”
    “kak Ardi? sakit apa Wi?”tanyaku khawatir.
    “biasalah Ta. Sakitnya kumat lagi. Kamu kan tahu sejak SMA sakitnya kak Ardi juga sering kambuh? Ketika kuliah di Surabaya, udah gak pernah kambuh. Dikira udah sembuh ternyata kemarin kambuh lagi. Malah sampai pingsan.”
    “berarti sudah sejak kemarin kak Ardi masuk RS? Kok aku baru diberitahu?”
    “gak usah khawatir Ta. Begitu diberitahu kak Ardi rawat inap aku langsung jenguk dia kok. Dan sekarang kak Ardi sudah baikan. Kamu masih suka sama dia Ta?”
    aku tak menjawab
    “kalau kamu mau jenguk dia, nanti aku anterin. Tapi kamu juga harus siapin mental kamu Ta.”
    “kenapa?”
    “kalau kamu kesana pasti ketemu kak Karin”
    “kak Karin teman sekelas kak Ardi di SMA?”
    “iya, ternyata dulu kamu benar Ta. Mereka berdua pacaran saat kamu masih jadi pacar kak Ardi. Intinya, kak Karin adalah orang ketiga yang buat kak Ardi mutusin kamu dulu.” Aku terdiam mendengar penjelasan Dewi, sahabat dekat SMA ku. Seketika anganku menuju kemasa-masa kami SMA dulu. Sesaat, aku menahan nafasku. Aku berusaha menguatkan diri mendengar cerita Dewi.
    “gimana ta? Kamu tetap mau jenguk kak Ardi atau gak? Mendingan gak usah deh, daripada kamu nanti sakit hati melihat mereka berdua”
    “gak papa kok, aku tetap jenguk dia. Gak usah khawatir berlebihan gitu deh. Besok aku telepon kamu. Wi, makasih ya? Besok aku bakalan merepotkan kamu”
    “sama-sama. sampai jumpa besok. Cao!”
    “Cao” kataku sambil meletakkan hp di meja. Aku merebahkan kepala diatas tempat tidur. Mataku menerawang, melihat langit-langit. Seakan-akan disana segala gundahku ada jalan keluarnya. Aku menarik nafas panjang dan mengusap wajahku dengan telapak tanganku. Tindakanku seperti menyadarkan aku untuk menghadap sang Pencipta sebentar, sekedar menceritakan kegelisahan hatiku.
    Dan seperti biasanya, jika menghadap Tuhan, aku pasti mengalirkan tetes-tetes duka hatiku. Baik aku inginkan maupun tak ku inginkan. Jika didepan orang lain, bahkan sahabatku sendiri, aku pasti memaksa diriku untuk tegar dan aku memang tak pernah menangis didepan sahabat-sahabatku. Tetapi di hadapan Dia, aku selalu menjadi apa adanya diriku. Dan jika ritual ini selesai, aku tahu pasti ada sebentuk kelegaan yang mengisi ruang hati dan pikiranku. Lalu aku lelap dalam dekap asa yang entah membawaku kemana esok hari.

    _____*****_____

    ketika aku bangun, aku membentuk senyum kecil didepan cermin. Memastikan aku akan menjalani hari ini dengan baik-baik saja. Juga memastikan kalau aku siap menghadapi apapun hari ini. Selesai menata barang bawaanku ke dalam tas, aku menelepon kak Putra, memastikan keberadaannya lalu aku berangkat ke sekretariatan di kampus.
    Disana aku menemui tempat yang lengang. Entah kemana para pengguninya. Sosok kak Putra juga tak aku temui. Sambil menunggu dirinya, aku bermain game computer di sekret. Dan ketika kak Putra datang, aku pura-pura tak acuh. Dia menghampiriku, merasa tak bersalah telah membuat aku menunggu.
    “hei, gi ngapain”tanyanya basa-basi.
    “dah tahu nanya” jawabku ketus. Aku memalingkan wajahku, melihat dirinya. Dan berkata,
    “nanti mampir kerumah temanku, aku mau jenguk temanku yang sekarang rawat inap di RS. Gak papa kan?”
    “gak papa. Berangkat sekarang?”
    “oyi!”
    kami pun berangkat menyusuri jalan yang bagiku seakan tidak berbatas. Sepanjang perjalanan, pikiranku tak pernah diam. Kak Putra sendiri tak pernah membiarkan aku diam. Selalu ada saja yang dijadikan bahan pembicaraan. Dan selalu saja ada hal yang dibuat lelucon. Tak ayal beberapa kali tangan ku menepuk gemas atau mencubit tubuhnya karena candanya agak kelewatan. Aku merasa diriku terlalu bersikap manja pada kak Putra, tapi dia sendiri juga bersikap terbuka atas kemanjaanku.ah, aku tak mengerti apa yang sedang terjadi antara kami berdua. Aku hanya menjalaninya saja.

    ______*****¬¬¬¬¬_____

    ketika kami berdua telah puas mengelilingi sebagian kota Surabaya, aku segera mengajak kak Putra ke rumah Dewi. Begitu datang, Dewi menyambutku dengan bertubi-tubi ocehan sekaligus pelukan hangat, tanda kerinduan antara kami begitu hebat. Ketika Dewi melepaskan pelukannya dan melihat kak Putra, dia langsung melirik ke arahku.
    “Dewi, ini kak Putra. Kak Putra ini Dewi.” Kataku memperkenalkan mereka berdua untuk merespon isyarat Dewi. Sehabis mereka berjabat tangan, aku langsung diseret menjauhi ruang tamu.
    “Ita, siapa itu? Pacar baru kamu ya?”
    “bukan lagi!”kataku sambil mencubit pipi Dewi yang gembul. “dia kakak tingkat kok! Dan kami Cuma teman!” terangku.
    “gak mungkin kalau Cuma teman!? Terus terang aja dech..?”
    “dibilangin kok gak percaya?!”
    “jangan-jangan d”

      Waktu sekarang Wed May 08, 2024 3:33 pm