Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    harum mewangi

    sumanto
    sumanto
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Libra Jumlah posting : 123
    Join date : 03.07.10
    Age : 58
    Lokasi : di belakangmu

    harum mewangi Empty harum mewangi

    Post by sumanto Tue Aug 10, 2010 1:13 pm

    Harum Mewangi





    Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan
    pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
    diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS. Yaasin 36:36)



    *****


    “Ya Allah, siapakah gerangan sahabat
    sejati yang Engkau pilihkan untukku?, yang mau menemaniku merenda hari-hari
    untuk beribadah kepada-Mu, yang mau berbagi suka dan duka dalam mengharungi
    hidup ini, yang menjadikanku kokoh kuat dalam menegakkan kalimat-Mu, agar..
    diriku lebih mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan, agar.. diriku
    lebih dekat kepada-Mu..”



    Nisa tertegun mendengar do'a Ayuning di
    keheningan malam. Sahabatnya itu memintanya untuk menemani tidur karena
    orangtua Ayu ke luar kota. Do'a itupun usailah sudah, wajah Ayu bersemu merah
    ketika tahu Nisa terjaga dari tidurnya.



    “Kamu mendengar do'aku Nisa?”, Nisa
    tersenyum, “Apakah do'a itu yang s'lalu Ayu panjatkan pada Allah?”, Ayuning
    diam, perlahan titik-titik embun jatuh dari kelopak matanya. “Aduhai sayang..”
    Ujar Nisa seraya merangkul sahabatnya, perlahan ia menyeka air mata itu,
    setelah agak tenang.



    “Ayu.., apa yang menjadi keinginanmu
    adalah cita-cita seluruh wanita mukminat di dunia ini, namun jikalau ia belum
    terwujud, itu adalah rahasia Allah, Yang Menciptakan kita, bukankah Ia
    menciptakan makhluk-Nya menurut ukuran-ukuran yang telah ditetapkan? kita
    selaku hamba-Nya hanya bisa berusaha dan ikhtiar, dan hanya Allahlah yang
    menentukan.



    Bukankah Ayu mencintai Allah?, rasa itu
    akan membuat Ayu yakin, Allah akan memilihkan yang terbaik untukmu. Demi Allah
    Ayu.., Allah Maha Adil terhadap hamba-hamba-Nya, karena itu, bersyukurlah bahwa
    Ia masih memberimu kesempatan untuk menjadi wanita yang lebih baik dari
    sekarang.



    Ayu harus kuat dalam mengitari perputaran
    roda kehidupan ini, karena perkitarannya semakin hari semakin cepat. Jangan
    pernah berhenti sesaatpun, Ayu..masih banyak yang perlu Ayu perhatikan, masih
    banyak yang memerlukan perhatianmu. Kita datang ke alam ini sendirian, Ayu..
    dan kita juga akan pulang sendirian. Ayo.. jangan sedih-sedih lagi, ya.. mana
    senyum manisnya?..”



    Ayu tersenyum pada Nisa, dari bibir
    mungil itu keluar kata, “Tolong do'akan Ayu ya..” Nisa membalas senyuman tulus
    itu, “Ia, Ayu.. Nisa do'akan” Mereka berdua sujud syukur pada Allah,
    melanjutkan malam itu dengan tenggelam akan kerinduan beribadah kepada Allah.
    Semenjak malam itu, Nisa lama tak bertemu Ayu, iapun
    maklum dengan kesibukan sahabatnya.



    *****


    Fikiran Ayu menerawang, matanya menatap
    lekat langit-langit kamar, seketika ia terjaga saat mendengar telpon berdering,
    kriiing.. kriing... Samar-samar terdengar suara ibunya berbicara, "Ayu?,
    dari siapa ya?, tunggu sebentar." Ibu bergegas ke kamarnya, "Ayu..,
    ada telpon dari Herman."



    Ini sudah kesekian kali pemuda itu
    menelponnya, kalau sudah di udara, melayang.. lupa segala-galanya. Entahlah
    iapun tidak tahu kenapa, ada getar-getar halus yang menyusup ke relung hatinya
    saat berbicara dengan sosok insan yang satu ini, hampir tak sepatah katapun
    yang bernilai sia-sia.



    Yang mereka bicarakan seputar mencarikan
    jalan agar anak-anak jalanan mampu mandiri tanpa meminta-minta, menanamkan
    ajaran tauhid agar anak-anak tersebut terbentengi dari pihak-pihak yang ingin
    meracuni fikiran mereka supaya berpindah agama, yach Herman punya kepekaan
    sosial yang tinggi, sangat peduli terhadap nasib hamba-hamba Tuhan.



    Pemuda seperti inilah yang didambakan Ayu
    selama ini, dan rasa itu semakin kuat saat Herman berterus terang menyukai
    kelembutannya, kecantikannya, dan betah berlama-lama berbicara dengannya, ah..
    tetapi apakah mungkin persahabatan mereka dapat berganti menjadi sebuah ikatan
    perkawinan? sedangkan ia tahu
    kenyataannya bahwa Herman telah mempunyai calon istri?! dan apa yang
    ditakutinya selama ini terbukti..



    "Kamu baik-baik saja kan, Ayu?.. bulan depan saya akan menikah. Sebenarnya.. Herman mencintaimu Ayu, tetapi kami
    telah dipertemukan lebih dulu. Seandainya saja saya lebih dulu mengenalmu..,
    maafkan saya, Ayu.., " Ayuning tak sanggup mendengar kelanjutan kata-kata
    itu, air matanya jatuh tanpa suara, ia berusaha keras
    menyembunyikan kesedihan dan kekecewaannya, karena ia sadar semua yang terjadi
    adalah atas kehendak Allah, jika ia tak terima sama artinya ia melawan takdir Allah.



    Ayu masih belum mampu mengendalikan diri,
    tak pernah diduganya akhir hubungannya akan jadi begini. Herman, pemuda yang
    disangkanya adalah sahabat sejati yang dipilihkan Allah untuknya, ternyata..
    perlahan dibukanya Diary Merah Jambu yang berisi ungkapan rasanya dengan pemuda
    itu.



    *****


    Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah
    Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman pada hari kiamat elak: Mana
    orang-orang yang saling mencinta karena Keagungan-Ku? Hari ini Ku-naungi
    mereka, dimana tidak ada naungan yang lain selain naungan-Ku. (HR. Muslim)



    *****


    Untukmu Sahabatku,


    Sahabat, tahukah engkau?, nasihatmu
    menduduki peringkat pertama di hatiku. Kemarin.. engkau mau mendengar
    keluhanku, kemarin.. engkau beri jiwaku tetesan embun, dan kemudian.. kau
    tinggalkan aku.



    Akhirnya, diujung batas kesendirian ini,
    aku temukan satu jawaban, bahwa kehidupan ini akan terasa indah, jika kita
    senantiasa dekat dengan Allah, Ya Allah...



    Sahabat, kini kau datang lagi
    menghampiriku, dan bertanya, “Bagaimana khabarku saat ini?”, sambil tersenyum
    aku berkata, "Alhamdulillah...", dan aku terharu saat mendengar,
    bahwa engkau sayang padaku.



    Wahai sahabatku, janganlah engkau bosan
    untuk menasihatiku, jangan pula bosan untuk menyayangiku, bukankah kehidupan
    ini akan terasa indah jika kita saling sayang?, saling cinta?, Mencintai karena
    Allah. Sahabat, mencintai menjadikan kita kuat untuk tetap berpegang pada tali
    Allah, dan mari kita tebarkan rasa cinta ini ke segenap penjuru bumi, agar
    senantiasa damai hati insani.. Semoga Allah membalas segala kebaikanmu padaku,
    Sayangku s'lalu untukmu.



    Perlahan Ayu menutup Diarynya, air mata
    mengucur deras dari kelopak matanya. "Ya Allah.. kenapa rasa ini harus
    ada?, bagaimana mungkin aku memikirkan seseorang yang bukan Engkau takdirkan
    untukku?!."



    *****


    Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal
    ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
    amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al
    Baqarah 2:216)



    *****


    Dengan Nisalah Ayu selalu berbagi cerita
    suka dukanya, begitupun sebaliknya. “Semua telah berakhir, Nisa!, aku harus
    menerima kenyataan bahwa dia bukanlah untukku, walau terkadang aku masih
    berharap Allah akan merubah segalanya, namun kecintaanku pada-Nya membuat aku
    yakin, bahwa ini adalah yang terbaik yang diberikan-Nya.



    Sebenarnya aku menaruh harapan besar pada
    hamba Allah yang sholeh itu, untuk menjadi sahabat yang dapat kuajak bersama
    mengelilingi perputaran roda ini, bagaikan Matahari dan Bulan yang silih
    berganti menerangi alam, menjadi khalifah bagi insan taqwa di bumi ini.



    Namun sekali lagi aku sadar, apa yang
    menurutku baik belum tentu baik menurut-Nya, aku tidak tahu apa-apa, sedangkan
    Allah Maha Mengetahui segalanya. Yang terpenting bagiku kini, menjalani hidup
    ini bagai air yang mengalir, jika tiba saatnya nanti, insya Allah.” Kata-kata
    mutiara itu meluncur deras dari bibirnya, terdengar begitu tegar,



    “Apakah pemuda itu tahu perasaanmu,
    Ayu?,” tanya Nisa. Ayuning tersenyum. “Ia tahu, Nisa.., dari perbincangan kami
    yang panjang, dari persahabatan kami yang cukup lama, aku yakin ia juga
    merasakan hal yang sama, tapi sudahlah.. Pemuda itu lebih dahulu mengenal
    wanita itu daripadaku, ia juga memutuskan untuk menikahinya karena petunjuk
    Allah. Semoga Allah memberkahi pernikahannya dan melimpahkan keberkahan atas pernikahannya.”
    “Aamiin”, ucap Nisa.



    “Mungkin wanita itu lebih baik dan lebih
    taqwa dariku, ya Nisa?.” Sebelum sempat Nisa berkomentar, Ayu telah meralat
    ucapannya. “Tapi bukankah yang berhak menilai baik dan taqwanya seseorang
    hanyalah Allah?!..” “Iya, Ayu..” Nisa membenarkan ucapan sahabatnya. "Eh,
    sudah jam 10, kita ke rumah Ana yuk." Kedua sahabat karib itupun pergi ke
    rumah sahabatnya yang baru melahirkan.Di atas langit terlihat mendung.



    *****


    "Subhanallah lucunya..," mata
    Ayu dan Nisa berbinar melihat bayi mungil Ana, buah hati itu terlihat sehat,
    kulitnya putih dan rambutnya lebat sekali. Ayu sebenarnya ingin menggendong,
    tapi khawatir terjadi apa-apa karena si mungil baru berusia 5 hari, sementara
    di luar sana hujan turun dengan derasnya.



    Ana begitu antusias menceritakan
    pengalaman melahirkannya, dan Ayu begitu menikmatinya, sesekali ia tampak
    merinding. Menghadapi masa-masa menstruasi saja sudah sedemikian menderita,
    apalagi kalau melahirkan ya?, bathinnya. Perasaan cemas itu semakin
    menjadi-jadi saat ia teringat Firman Allah yang menceritakan betapa sakitnya
    Maryam melahirkan Nabi Isa, a.s. sehingga ia berkata;



    "Aduhai, alangkah baiknya aku mati
    sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan."
    (QS. Maryam 19:23)



    "Sebenarnya aku pingin operasi
    caesar, supaya nggak sakit, tapi.. mulut ini mau bicara susahnya minta ampun,
    akhirnya kupikir sudahlah, pasrah saja..," Ana terlihat menarik nafas.
    "Melihat si mungil lahir, Subhanallah.. rasa sakitku mendadak hilang...
    Maha Besar-Nya Allah, ya.." Ungkap Ana melukiskan kebahagiaannya.



    Mendengar penuturan sahabatnya, ada
    sesuatu yang menusuk hati Ayuning. Terkadang ia masih dihantui rasa takut jika
    nanti sudah menikah. Membayangkan dirinya akan hamil dan punya anak. Iapun
    menyadari kesibukannya dengan berbagai penelitian tumbuh-tumbuhan sampai
    terkadang lupa waktu, mengurus diri sendiri saja sudah kalang kabut, apalagi
    mengurus suami dan anak-anak? fikirnya.



    Tapi rasa itu selalu ditangkisnya,
    bukankah melahirkan adalah kodrat perempuan?!, bukankah anak adalah rezeki yang
    tak ternilai?!, sementara banyak terjadi pasangan, akibat menunda kehamilannya
    di awal pernikahan, beresiko tinggi tidak dianugerahi keturunan.



    Yach.., mungkin Allah murka pada mereka.
    "Duhai Allah, jadikanlah aku hamba-Mu yang bersyukur atas segala
    karunia-Mu," Ayu berdo'a dalam hati.



    "Kok melamun sich Ayu?," tanya
    Ana menyadarkannya. "Eh.. bagaimana dengan pemuda itu?," Ayu sempat
    cerita pada Ana tentang kedekatannya dengan Herman, mendengar pertanyaan Ana,
    wajah Ayu berubah sendu, perlahan ia mulai menjelaskan,



    "Ternyata dia bukan jodohku Ana, ia
    akan menikah bulan depan." Melihat kedukaan Ayu, Nisa berusaha
    mendinginkan suasana, "Ah.. kalau ada jodoh tak akan lari kemana..,"
    serunya. "Hush.. aku belum siap jadi istri kedua!," sungut Ayu
    pura-pura marah, diiringi tawa kedua sahabatnya. "Kalau kamu sudah punya
    calon
    Sa?," tanya Ana hati-hati, "Nisa sich menunggu pangeran dari
    langit," ucapnya ringan.



    Sejenak obrolan mereka terhenti melihat
    kehadiran suami Ana, ia begitu perhatian sekali terhadap istri dan anaknya.
    Karena tak ingin mengusik terlalu lama, iapun segera pergi.



    "Punya suami itu enak lho Ayu,
    Nisa.. ada tempat untuk berbagi, beda saat masih sendiri, perasaan kita selalu
    gelisah, ada aja yang difikirkan. Bathin orang yang sudah menikah itu jauh
    lebih tenang, karena arah tujuan hidup mereka jelas."



    "Ah.. Ana, kamu bisa aja!,"
    celoteh Ayu. "Nggak percaya?, buktikan aja sendiri!," Kata Ana meniru
    iklan televisi, dengan maksud meyakinkan kedua sahabatnya.



    Diam-diam Ayu asyik memperhatikan bayi
    mungil Ana yang tertidur lelap, ada rasa keibuan yang mendorongnya untuk
    memberanikan diri menggendong bayi itu, pelan dan sangat hati-hati. Nisa dan
    Ana membantu, keduanya saling berpandangan.



    Saat si mungil ada dipelukannya, perasaan
    Ayu berbunga, sulit diungkap dengan kata-kata, yang jelas hatinya begitu
    bahagia. Pelan diciumnya lembut bayi itu. Melihat sahabatnya, Nisa tak enak
    hati mengganggu, tapi mereka masih akan pergi ke beberapa tempat, sedangkan
    hari sudah siang, "Yu.. kita pulang yuk?.." katanya pelan, sementara
    hujan di luar sana telah reda. Merekapun pamit, "Makasih ya, Ayu.. Nisa..
    hati-hati di jalan." Ketika keduanya hampir di mulut pintu, "Sa..
    nanti lihat-lihat ke atas ya.. kali aja pangerannya nyangkut di pohon,"
    canda Ana.



    *****


    Pulang dari rumah Ana, mereka singgah ke
    masjid terdekat untuk shalat Dzhuhur, kemudian melanjutkan perjalanan, Ayu
    mengajak Nisa ke supermarket. Macam-macam yang dibelikannya untuk orangtua.



    Nisa sudah sangat memahami sahabatnya
    itu, seperti dirinya juga, Ayu sangat memperhatikan orangtua terutama ibunya,
    karena melalui perantara wanita mulia itulah mereka mengerti betapa besar kasih
    sayang Allah kepadanya. Mereka selalu ingin mensyukuri nikmat Allah dengan
    berbuat baik pada orangtua yang telah mengandung, mendidik dan membesarkannya.



    Tiba-tiba Nisa kehilangan sahabatnya,
    cukup lama juga ia mencari kesana kemari, rupanya Ayu sedang asyik
    memperhatikan baju-baju hamil yang dipajang di etalase. "Aduh Yu.. kirain
    hilang.. rupanya di sini, mau beliin untuk siapa?," tanya Nisa, Ayu
    sedikit tersipu ditanya begitu, malu-malu ia berkata, "Nggak untuk
    siapa-siapa kok Sa.. Ayu senang aja," katanya sambil masih sibuk memperhatikan.
    "Sa.. Ayu kok pingin pake baju ini ya?!", "Hah?!" Nisa
    kaget, "Ini kan baju hamil,"



    *****


    Setelah memesan menu makan siang di
    warung langganan, kedua gadis itu duduk tenang di bawah pepohonan rindang,
    tempatnya teduh jauh dari polusi. Jam makan siang sudah lewat, warung tampak
    sepi, sehingga keduanya merasa betah berlama-lama.



    "Ayu.. Ayu.. kok jadi aneh begini
    sich?!," Nisa tersenyum seraya geleng-geleng kepala membayangkan polah
    sahabatnya, Nisa jadi teringat Nini, sudah pernah diceritain belum, ya?..
    " Nini yang bernama lengkap Cahyani adalah adik Nisa yang sudah menikah
    dalam usia yang masih sangat muda, 18 tahun.



    "Dia itu paling seneng sama anak
    kecil, lho Yu.., entah apa penyebabnya suatu ketika ia merengek manja pada
    Nisa, "Mba'.. Aku pingin hamil.. tapi bagaimana mungkin.. akukan belum
    punya suami..., carikan aku dong Mba'..."



    Ya Allah, mulanya Nisa kaget juga, ada
    apa dengan adikku?, kecil-kecil pingin hamil, punya anak?, ah, mungkin cuma
    bercanda, "Nanti Mba' carikan ya sayang..," Nisa coba menghibur
    hatinya.



    Sejak saat itu dia rajin Qiyamullail,
    berdo'a siang malam agar diberikan Allah jodoh yang baik dan anak yang shaleh,
    Ninipun rajin mengaji, Nisa sampai terharu melihatnya.



    Tak lama kemudian Allah mengabulkan
    permintaannya, ia diperkenalkan dengan seorang ikhwan yang kebetulan sedang
    mencari calon istri, keluarganyapun sayang pada Nini, akhirnya mereka menikah.
    Nini diboyong suaminya ke Jakarta. Alhamdulillah, tiga bulan kemudian Allah
    mewujudkan impiannya untuk memperoleh anak. Suatu hari ia curhat lagi,



    "Mba'.. ternyata hamil itu rasanya
    begini ya.. serba salah. Seperti inilah dulu Bunda mengandungku ya..,"
    katanya, dan kalau bicara sama ibu, ia selalu menangis, "Bunda.. kalau
    Nini punya salah, mohon dimaafkan ya..," katanya terisak.



    Alhamdulillah, akhirnya Nini melahirkan
    dengan selamat, bayinya perempuan, namanya Mira, manis sekali. Sebulan, dua
    bulan Nini begitu menikmati menjadi seorang ibu. Namun kemudian,



    "Bunda.. kok Mira hidungnya pesek?,
    setiap pagi dipencet tapi nggak mancung-mancung juga, sudah gitu matanya sipit
    lagi. Ada yang ngeledekin, Mira nanti sudah besar, kalau tertawa, nanti
    teman-temannya sudah pada ilang, Miranya baru sadar, Ninikan jadi sebel. Kok
    Mira nggak cantik kayak ibunya sich?!."



    Mendengar keluhan Nini, ibu buru-buru
    menasihatinya, alhamdulillah ia cepat istighfar dan kembali bersyukur pada
    Allah. Kalau ingat Mira, Nisa jadi kangen sekali," Nisa berguman sambil
    mengeluarkan sebuah foto dari dompetnya.



    "Coba lihat Yu.., lucukan?!,"
    Ayu menatap kagum foto yang ditunjukkan sahabatnya. "Mau tahu panggilan
    sayang Nisa padanya?, "Boneka Jepang." Kata Nisa sembari tersenyum
    bahagia.



    *****


    "Aduh.. belum sore begini kok
    jalanan sudah macet ya Yu?!," keluh Nisa. Sementara jauh di depan mereka
    banyak orang-orang mengerumuni sebuah tong sampah yang berada di depan klinik
    bersalin.



    "Wanita tak bermoral, dikasi rezeki
    sama Allah malah dibuang!, kalau nggak siap jadi ibu ya jangan menikah!," umpat
    segerombolan ibu-ibu yang entah ditujukan pada siapa,



    "Ada apa ya Yu?!," Nisa
    bertanya-tanya. Jalanan kembali normal, kedua sahabat itu hampir tak merasakan
    kalau habis terjebak kemacetan. Mereka tidak tahu ada peristiwa apa yang
    terjadi barusan. Klinik tampak sepi, yang berbekas hanya tumpukan sampah-sampah
    yang berserakan.



    *****


    Sesungguhnya rugilah orang-orang yang
    membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka
    mengharamkan apa yang Allah



    telah rezekikan kepada mereka,
    (semata-mata) mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka itu sesat dan
    mereka tidak mendapat petunjuk. (QS. Al An 'am 6:140)



    Janganlah kamu membunuh anak-anakmu
    (karena takut) dari kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada
    mereka. (QS. Al An 'am 6:151)



    *****


    "Innalillaahi..," Ayu sedikit
    histeris saat membaca berita pagi yang ada di genggamannya. Tubuhnya lemas saat
    mengetahui peristiwa sesungguhnya yang terjadi kemarin. "Orok Bayi
    Ditemukan di Rumah Sakit Bersalin X". "Ya Allah, kenapa bisa tega
    seorang ibu membunuh darah dagingnya sendiri, bukankah Engkau titipkan ia rahim
    dan kelebihan rasa untuk lebih peka akan kasih sayang dan pengorbanan?,"
    ucap Ayu sambil terus melanjutkan bacaannya,



    Sementara pasangan lain bertahun-tahun
    mendamba buah hati, lain halnya dengan pasangan "TB", mereka berusaha
    keras untuk menghindari kelahiran anak dengan alasan ekonomi, Namun Allah
    berkehendak lain, ibu B dinyatakan positif, maka terjadilah peristiwa tragis
    ini.



    *****


    Sore yang cerah, usai membahas kasus
    mengharukan, Ayu mengajak Nisa ke tempat favorit keluarga, taman bunga. Ia
    mengambil peralatan menyiram kembang-kembang kesayangan ibunya. Di tengah
    keasyikan bekerja, Ayu mencurahkan isi hatinya pada Nisa.



    "Sa.. kalau difikir-fikir, merawat
    anak itu sama seperti merawat tanaman-tanaman ini ya.., harus telaten,
    disirami, dikasi pupuk, dibersihkan dari rumput-rumput, lengah dikit aja,
    mereka tumbuh tak karu-karuan.



    Ayu teringat dulu ketika kuliah, Ayu
    rajin mengurus tanaman penelitian, ditinggal bentar aja, eh.. mereka pada layu,
    mungkin karena sering diperhatikan ya? Jadi manja. Sementara waktu mepet
    sekali.



    Menurut penelitian, tanaman senang
    mendengar musik klasik, hal itu akan membuat pertumbuhan mereka lebih baik,
    karena itu Ayu bawa radio dari rumah ke kebun untuk mutarin mereka, ternyata
    benar, mereka subur kembali.



    Begitupula menurut penelitian para
    ilmuwan dan musisi, bahwa musik klasik sangat baik untuk pertumbuhan bayi,
    karena dalam musik itu terdapat lompatan-lompatan nada yang bisa merangsang
    otaknya, pantaslah saja selama ini para kiyai dan ustadz selalu menyarankan
    para ibu yang mengandung supaya lebih banyak mengaji ya.. sebab alunan suara
    Qur'an membawa dampak yang sangat luar biasa bagi anaknya.



    Oh ya Nisa, dulu Ayu pernah sampai nangis
    lho ketika makan jagung, Ayu membayangkan pertama kali saat menanaminya, dari
    biji, tumbuh tunas, daun dan tiba-tiba sebesar ini. Perasaanku sangat bahagia
    sekali melihat perkembangan mereka, seperti ada ikatan bathin, mungkin rasa
    inilah yang dimiliki orangtua kita pada anak-anaknya, ya..



    Ucap Ayu, sejenak ia menghentikan
    kalimatnya, "Sa, kini Ayu mulai menyadari kenapa Allah belum mengizinkan
    Ayu menikah, Ia ingin Ayu mengabdi dulu pada orangtua. Ayu juga mulai memahami
    kenapa Allah menghendaki Ayu masih sendiri, agar Ayu lebih menempa diri untuk
    menjadi seorang ibu di bumi ini!..”



    Subhanallah. (Nisa membathin), ia kagum
    pada kecerdasan sahabatnya membaca Firman Allah dan rahasia cobaan Allah.
    Tiba-tiba matanya tertegun melihat serumpun Melati yang tumbuh subur di taman
    itu, dalam hati ia berkata, Melati itu semakin harum mewangi, Ya Allah.. aku memohon
    pada-Mu, berikanlah yang terbaik bagi-Mu.



    Copyright © Lembaga Dakwah dan
    Taklim (L-Data) 2002

      Similar topics

      -

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 3:19 am