Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    jurnalisme sastrawi

    sumanto
    sumanto
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Libra Jumlah posting : 123
    Join date : 03.07.10
    Age : 58
    Lokasi : di belakangmu

    jurnalisme sastrawi Empty jurnalisme sastrawi

    Post by sumanto Sun Aug 08, 2010 8:30 pm

    JURNALISME
    SASTRAWI






    Jurnalisme sastrawi
    adalah salah satu dari sekian banyak nama buat genre tertentu dalam jurnalisme.
    Wartawan Amerika Serikat Tom Wolfe pada 1973 memperkenalkannya dengan nama new journalism. Ada juga yang memakai
    nama narrative reporting. Ada juga
    yang pakai nama passionate journalism.



    Wolfe mengatakan ada
    empat hal yang membuat genre ini berbeda dengan penulisan feature yang biasa dipakai suratkabar Amerika Serikat pada dekade
    itu. Pertama, ia mengandalkan dialog dan adegan dalam tulisannya. Kedua, teknik
    reportasenya dikenal dengan teknik immerse
    reporting
    di mana reporter seakan-akan menyusup dalam cerita yang sedang
    dikerjakannya. Ketiga, reportasenya tak sekedar meliput dua pihak tapi multi
    liputan. Keempat, waktu riset dan wawancara biasanya panjang sekali, bisa
    berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, agar hasilnya dalam.


    Panjang tulisan dalam
    genre ini biasanya panjang. Majalah The
    New Yorker
    bahkan pernah hanya menerbitkan laporan John Hersey berjudul
    "Hiroshima" dalam satu edisi majalah pada Agustus 1946.


    Di Indonesia belum ada
    suratkabar yang memakai gaya ini. Salah pengertian yang sering terjadi di
    Indonesia, jurnalisme sastrawi diidentikkan dengan bahasa yang puitis. Padahal
    jurnalisme ini bahasanya tak harus mendayu-dayu. Bahasa biasanya bahkan lugas.


    Menurut Robert Vare,
    wartawan Amerika Serikat, yang pernah bekerja buat The New Yorker dan The
    Rolling Stone
    , ada tujuh pertimbangan sebelum seorang wartawan hendak
    mengerjakan laporan bergaya ini.





    Fakta


    Jurnalisme selalu mensakralkan
    fakta. Walaupun genre ini memakai kata "sastra" tapi ia tetap
    jurnalisme. Karena itu fakta juga sakral baginya. Setiap detail seyogyanya
    berupa kenyataan. Akurasi disucikan. Nama-nama orang adalah nama-nama
    sebenarnya. Tempat juga memang nyata. Kejadian benar-benar kejadian.


    Apabila ada dua orang
    bertemu dan mengadakan pembicaraan. Seorang wartawan seyogyanya mengecek kepada
    keduanya apakah benar si A mengatakan ini dan si B mengatakan itu.


    Orang mungkin bisa lupa.
    Orang mungkin bisa berubah persepsi, seiring perjalanan waktu. Tapi minimal,
    esensi dari pembicaraan itu harus disetujui A dan B bila hendak dilaporkan
    dalam jurnalisme.


    Kalau berbeda?


    Ada dua pilihan. Tidak
    dipakai sama sekali. Atau kalau pembicaraan itu penting, dilaporkan saja dari
    dua sudut yang berbeda. Si A bilang ini tapi si B bilang lain lagi.


    Tapi perbedaan bisa
    tidak terletak pada esensi. Biasanya ia terletak pada detail. Warna jas, warna
    dinding, bau minyak wangi, permukaan papan yang kasar atau jenis sepatu bisa
    diingat secara berbeda oleh orang yang berbeda. Tidak ada salahnya untuk pergi
    ke situs di mana suatu kejadian terlaksana, untuk mencatat detail di lapangan.





    Konflik


    Sebuah tulisan panjang
    lebih mudah dipertahankan daya pikatnya bila ada konflik. Ini bisa berupa
    pertikaian satu orang dengan orang lain. Ia juga bisa berupa pertikaian antar
    kelompok.


    Konflik juga bisa berupa
    pertentangan seseorang dengan hati nuraninya. Konflik juga bisa berupa
    pertentangan seseorang dengan nilai-nilai di masyarakatnya. Pendek kata,
    pertikaian adalah unsur penting dalam suatu laporan panjang.


    Karakter Jurnalisme
    sastrawi mensyaratkan adanya karakter-karakter. Karakter membantu daya pikat
    suatu laporan. Ada karakter utama. Ada karakter pembantu. Karakter utama
    seyogyanya orang yang terlibat dalam pertikaian. Karakter utama seyogyanya juga
    kepribadian yang menarik. Tidak datar dan tidak menyerah dengan mudah (Orang
    yang mudah menyerah biasanya juga tidak mau dituliskan riwayatnya).





    Akses


    Si reporter seyogyanya
    punya akses pada karakter utama atau orang-orang yang mengenal karakter utama.
    Akses bisa berupa dokumen, korespondensi, album foto, buku harian, wawancara
    dan sebagainya.


    Akses kepada karakter
    utama ini kurang lebih bisa disamakan dengan akses yang dimiliki oleh seorang
    penulis biografi. Aksesnya luar biasa. Bisa masuk ke masalah-masalah pribadi
    karakter utama. Soal percintaan, skandal, kejahatan dan sebagainya.





    Emosi


    Jurnalisme sastrawi
    membutuhkan emosi dari karakter-karakternya. Emosi bisa berupa cinta. Bisa
    berupa pengkhianatan. Kebencian. Loyalitas. Kekaguman. Sikap menjilat.
    Oportunisme dan sebagainya.


    Emosi menjadikan cerita
    kita seakan-akan hidup.


    Emosi karakter juga bisa
    berubah-ubah bersama perjalanan waktu. Mulanya si karakter menghormati
    mentornya. Suatu kejadian besar menguji apakah ia perlu tetap menghormati
    mentornya atau tidak.


    Di sini mungkin ada
    pergulatan batin. Mungkin ada perdebatan intelektual. Ini seyogyanya memberikan
    ruang buat emosi. Apa emosi si karakter ketika tahu ia memenangkan
    pertarungannya? Apa perasaan si karakter ketika tahu ia dikhianati istri atau
    suaminya?





    Perjalanan Waktu


    Mungkin perbedaan antara
    jurnalisme sehari-hari dengan jurnalisme sastrawi adalah keterkaitannya dengan
    waktu. Robert Vare mengibaratkan laporan suratkabar "hari ini" dengan
    sebuah potret. Snap shot. Sedangkan
    laporan panjang adalah sebuah film yang berputar. Video.


    Vare menyebutnya
    "series of time." Peristiwa berjalan bersama waktu. Ini memiliki
    konsekuensi penyusunan kerangka karangan. Mau bersifat kronologis, dari awal
    hingga akhir. Atau mau membuat flashback.
    Dari akhir mundur ke belakang? Atau kalau mau bolak-balik apa benang merahnya
    supaya pembaca tidak bingung?


    Panjangnya waktu
    tergantung kebutuhan. Sebuah laporan tentang kehamilan bisa dibuat dalam
    kerangka waktu sembilan bulan. Tapi bisa juga dibuat dalam kerangka waktu dua
    tahun, tiga tahun dan sebagainya. Tapi bisa juga sekian menit ketika si ibu
    bergulat hidup dan mati di ruang operasi.





    Kebaruan


    Ada unsur kebaruan yang
    harus dipertimbangkan bila hendak membuat laporan panjang. Tak ada gunanya
    mengulang-ulang lagu lama. Mungkin lebih mudah mengungkapkan kebaruan itu dari
    kacamata orang-orang biasa yang menjadi saksi mata peristiwa besar. John Hersey
    dalam "Hiroshima" mewawancarai seorang dokter, seorang pendeta,
    seorang sekretaris dan seorang pastor Jerman, untuk merekonstruksi pemboman
    Hiroshima.


    Secara detail, Hersey
    menceritakan dahsyatnya bom itu. Ada kulit terkelupas, ada desas-desus soal bom
    rahasia, ada kematian yang menyeramkan, ada perasaan dendam, ada perasaan
    rendah diri. Semua campur aduk ketika Hersey merekamnya dan menjadikannya salah
    satu artikel termahsyur dalam sejarah jurnalisme Amerika.


    Hersey mempublikasikan
    karyanya setahun setelah bom nuklir dijatuhkan di Hiroshima.


    Konon fisikawan nuklir
    Albert Eistein tidak bisa mendapatkan edisi The
    New Yorker
    pada Agustus 1946 tersebut. Einstein membaca laporan itu karena
    ia berlangganan. Tapi Eistein ingin membeli enam buah lagi buat teman-temannya.
    Tapi majalah itu laku habis. Einstein kehabisan.


    Apa artinya?


    Sederhana saja. Einstein
    menemukan teori baru. Hersey juga menemukan sesuatu yang baru. Hersey menemukan
    sisi bengis dari bom nuklir! Itu saja. ***

      Waktu sekarang Mon Apr 29, 2024 10:25 pm