Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    anatomi resistensi

    sumanto
    sumanto
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Libra Jumlah posting : 123
    Join date : 03.07.10
    Age : 58
    Lokasi : di belakangmu

    anatomi resistensi Empty anatomi resistensi

    Post by sumanto Wed Jul 07, 2010 4:24 pm

    Anatomi
    Resistensi Dalam Transformasi



    ( Antara Penolakan Versus Dukungan )


    Oleh : Heri
    Kuswara SE,SKom






    Abstraksi


    Esensi dari transformasi
    adalah perubahan organisasi (Organization Change). Dalam implementasinya
    perubahan ini dapat berupa apa yang dikerjakan (fungsi), cara mengerjakannya,
    mekanisme kerjanya, mutasi karyawan, pergantian atasan/bawahan sampai kepada
    tata letak ruang kerja dll. Sudah barang
    tentu spektrum dari perubahan ini tidak harus merata di semua lini. Perubahan
    tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai strategis yang akan
    dicapai. Jadi jelas respon karyawan terhadap perubahan tersebut akan
    beraneka ragam karena keharusan dalam men-transformasi suatu organisasi akan berdampak pada kelangsungan mereka (karyawan) di perusahaan
    tersebut.






    Artikel singkat ini tidak
    akan membahas mengenai perubahan (transformasi) organisasiitu sendiri namun
    membahas mengenai respon karyawan dalam suatu organisasi (perusahaan) terhadap
    perubahan itu sendiri.






    I. Latar Belakang


    Mengapa manusia Alergi dengan perubahan ? jawabannya sangat sederhana
    : karena manusia rasional, ingin
    mempertahankan hidup. Jawaban ini tidaklah dibesar-besarkan. Alam mengajari
    semua mahluk hidup untuk menghemat energinya. Ular jarang bergerak bukan karena
    malas tapi untuk menghemat energinya, kura-kura, kerang dan sejenisnya jarang
    sekali bergerak ataupun mengeluarkan kepalanya itupun bukan berarti malas
    tetapi bagaimana mengatur energinya agar dapat digunakan pada kondisi yang
    tepat. Perubahan lingkungan, rumah, pekerjaan, apapun akan menguras lebih
    banyak energi, bahkan perubahan diluar batas kemampuan dan batas toleransi
    dapat mengorbankan hal yang prinsip dan
    melanggar norma-norma yang berlaku.





    Pada
    dasarnya manusia hampir sama dengan mahluk lainnya yaitu tidak suka dengan
    perubahan. Secara alami manusia membuat “pola” dalam tindakan, respon dan
    berfikir. Kebanyakan pola atau persepsi ini memang banyak menghemat energi.
    Sebagaimana kita tidak perlu mempertimbangkan, jika di pipi kita menempel
    seekor nyamuk, secara refleks kita ayunkan tangan untuk menampar pipi kita.
    Perubahan terhadap persepsi dan pola tindak, jelas kurang disukai karena kita
    harus memprogram ulang respon kita.





    Sekarang
    jelas bahwa secara anatominya, resistensi terhadap perubahan adalah rasional
    dan seringkali juga tindakan pengamanan untuk “survive”, meskipun seringkali resistensi juga menghambat kemajuan
    budaya manusia. Perlu sebuah jawaban dari pertanyaan bagaimana seharusnya “melawan” resistensi ?





    II. Pembahasan





    Resistensi
    tidak selalu terlihat, karena implementasi dari
    resistensi itu sendiri berbeda-beda. Ada yang hanya sekedar “tidak ikut”, apatis,
    sampai pada aksi “perlawanan”, tergantung dari kadar perubahan maupun kekuatan
    individu/komunitas yang resisten. Sikap resisten akan terlihat jelas apabila
    program transformasi diwujudkan, ada yang bersikap mencoba mencari titik lemah
    dari transformasi tersebut ataupun berusaha menjauhinya.











    a. Sumber-sumber resistensi


    Secara garis besar sumber resistensi dapat dibedakan
    menjadi dua kategori yaitu, resistensi yang bersumber dari individu/perorangan
    dan resistensi yang bersumber dari organisasi/kelompok.


    1. Resistensi dari individu


    Setidaknya ada lima
    faktor utama kenapa individu/karyawan menolak perubahan (transformasi) yakni habit, keamanan, ekonomi, ketakutan dan
    distorsi informasi.


    Faktor
    pertama Habit atau kebiasaan
    . Yang dimaksudkan disini bukanlah kebiasaan untuk
    menolak perubahan sich. Tetapi habit
    untuk mengerjakan sesuatau sesuai dengan cara/metode yang telah dipahami.
    Sebagai contoh dulu di di tahun 96 ke
    bawah kita sudah terbiasa belajar dan mengajar dengan software yang serba Under
    Dos, sesuai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat diperkenalkanlah
    software-software yang berbasis Under Windows. Pada umumnya selain kaget kita
    sulit untuk memahaminya karena untuk beradaptasi terhadap perubahan tersebut,
    jelas kita membutuhkan waktu dan upaya yang sangat ekstra. Contoh sederhana lain adalah banyak diantara
    kita dalam memecahkan persoalan sudah terbiasa dengan satu alternatif solusi,
    karena menganggap alternatif solusi lain akan banyak menghabiskan energi
    (pemborosan energi).


    Faktor
    kedua adalah keamanan
    . Keamanan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. ( setidaknya teori Maslow). Perubahan selalu
    akan membawa perubahan konfigurasi terhadap keamanan individu. Ancaman terhadap keamanan ini dapat
    bervariasi, mulai dari kehilangan teman, rotasi, kehilangan peran, kehilangan
    andalan bahkan sampai pada kehilangan pekerjaan (PHK/Permintaan diri). Baik
    promosi, restrukturisasi, rotasi, sistem mutasi, Tugas Struktural dan
    Fungsional, PHK secara langsung/tidak langsung yang ada di dalam suatu
    institusi jelas berimplikasi pada karyawan itu sendiri, resistennya adalah
    karyawan baik individu ataupun komunitas akan melakukan “perlawanan”, sinisme
    yang ditujukan kepada pengambil kebijakan (police maker) selaku konseptor
    perubahan itu sendiri. “Hujatan, cercaan, makian” dari kadar rendah sampai
    tinggi baik dalam bentuk unjuk “gigi” ataupun unjuk rasa sebagai akumulasi dari
    kekecewaan para resisten tersebut.


    anatomi resistensi Clip_image001Faktor ketiga adalah ekonomi. Level atau gradasi dari
    alasan ekonomi ini cukup beragam mulai dari turun atau ditiadakannya bonus,
    hilangnya kesempatan promosi jabatan (stagnas) sampai kehilangan pekerjaan itu
    sendiri. Barangkali motif ini yang
    paling banyak muncul dari kasus-kasus resistensi terhadap perubahan. Hal ini
    wajar karena dilihat dari sudut pandang organisasi, salah satu variabel penting
    dari perubahan adalah efesiensi, cutting
    cost.
    Mesikpun tidak selalu,
    efesiensi sering berdampak pada turunnya penerimaan karyawan. Di setiap
    Institusi atau pada institusi kita mungkin ? sering dijumpai promosi jabatan,
    bahkan tidak jarang hal ini menjadi head
    line
    (topik pembicaraan) pada setiap kesempatan baik iming-iming dari
    atasan dalam berbagai rapat sampai pada
    bisik-bisik (ngerumpi) sesama kita dalam melepas kepenatan dan kejenuhan
    (intermezo). Idealnya promosi jabatan adalah perbaikan status ekonomi,
    namun dirasa tanggungjawab yang
    dibebankan tidak seimbang dengan penyesuaian salary (income) atau
    Ujung Ujungnya Duit juga, UUD. Meskipun pada prakteknya manifestasi dari
    resistensi ini dapat beragam.


    Faktor
    Keempat adalah Takut terhadap Ketidaktahuan
    (far of the unknown). Siapa sih yang senang dikatakan “tulalit”,
    “Botol” atau “Jaka sembung bawa golok” dan istilah – istilah lain yang
    mempunyai makna yang sama. Satu contoh perubahan dari sistem manual ke
    komputerisasi ( mesin tik -> PC ), Upgrading Software, Upgrading
    Hardware dengan teknologi terkini, ini
    memungkinkan munculnya resistensi dari karyawan karena kekhawatiran terancam
    mutasi, stagnas, perampingan karyawan bahkan sampai dirumahkan. Program – program perubahan
    dibidang teknologi dan komputerisasi ini biasanya mendapat resistensi dengan alasan
    ketidaktahuan.


    Faktor
    kelima adalah Distorsi informasi
    . Manusia memandang realita melalui persepsinya.
    Sekali dia mengartikan suatu realita, dia akan menolak perubahan yang merusak
    keyakinannya.





    2.
    Resistensi dari Organisasi



    Ternyata organisasipun mempunyai daya resistensi
    terhadap perubahan (transformasi). Sepertinya, hukum-hukum fisika juga berlaku
    di organisasi, bahwa untuk mengubah suatu struktur diperlukan energi aktivasi.
    Namun pada prakteknya resistensi
    organisasi mudah untuk ditemukan. Lihatlah organisasi pemerintah, presiden
    datang silih berganti, menteri datang dan pergi tapi kinerja masing-masing
    departemen tetap saja tidak ada
    perubahan yang berarti. Demikian juga
    perguruan tinggi yang sering meng-klaim sebagai institusi ilmiah,
    masyarakat intelektual, corong reformasi dan transformasi justru paling sulit (egois) untuk berubah.
    Sistem pendidikan kita barangkali tidak
    mengalami perubahan yang paling signifikan selama berpuluh tahun. Kenapa
    demikian dapat dijelaskan dengan lima
    faktor resisitensi dibawah ini :


    Faktor pertama,
    kelembaman struktur (structural inertia).
    Organisasi seolah mempunyai daya untuk mempertahankan
    stabilitasnya (lembam-enggan untuk berubah), lebih – lebih organisasi yang
    merasa telah mapan. Dengan sistem yang ada, job
    description
    , nilai-nilai kolektif, tata tertib, disiplin organisasi,
    mendorong karyawan untuk behavior.
    Sepertinya ada organization way of live. Contoh kecil pada salah satu institusi, untuk meningkatkan
    sinerginya dilakukan restrukturisasi besar-besaran dari low level management sampai pada high level management, atau yang paling sederhana adalah pada salah
    satu bagian (unit kerja) untuk memperbaiki kinerjanya supaya sinergi dengan
    unit kerja (bagian) yang lainnya dilakukan penambahan tenaga profesional,
    perubahan sistem dan konsep kerja. Namun tetap hal tersebut tidak menjadikan
    lebih baik, sepertinya ada kekuatan yang
    tidak kelihatan yang menyebabkan organisasi dan unit kerja tersebut
    mempertahankan “tradisinya”. Untuk transformasi, kekuatan ini jelas menjadi
    salah satu faktor resistensi.





    Faktor
    kedua adalah Keterbatasan Fokus perubahan
    . Perubahan yang hanya difokuskan pada salah
    satu bagian (unit kerja) tanpa diikuti oleh bagian-bagian lainnya akan
    menimbulkan ketimpangan, kesenjangan. Hal ini jelas akan berdampak buruk secara
    keseluruhan. Institusi sebagai sebuah sistem yang setiap unitnya
    saling berhubungan dan saling terkait akan menjadi tidak bersinergi.


    Perumusan visi, misi, perencanaan strategis dan nilai strategis pada suatu unit kerja
    (bagian) tanpa diikuti oleh unit kerja lainnya, hal tersebut akan menimbulkan
    kemandekan organisasi. Perubahan sistem perencanaan strategis (strategic planning- goal setting) tidak
    akan efektif tanpa merubah sistem penilaian kinerja, selanjutnya perubahan
    penilaian kinerja terkait dengan sistem gaji-fasilitas, sistem promosi dan
    rotasi. Sehingga jika kita merubah suatu sistem tanpa diikuti perubahan sistem
    terkait maka perubahan tersebut akan ditelan “kelembaman” dan kembali ke sistem
    yang lama. Silahkan anda berikan contoh
    pada institusi anda
    ?………..


    Faktor
    ketiga adalah Kelembaman Group
    (group
    inertia).
    Resistensi ini terjadi karena adanya solidaritas kelompok.
    Seringkali kita temui bahwa seorang individu sebenarnya mau berubah atau bahkan
    ingin menjadi agent of change, namun jika
    dalam kelompok tersebut sebagian besar anggota group menentang, energi itu bisa
    hilang begitu saja. Istilah fisika mengatakan bahwa energi yang mendorong
    perubahan masih dibawah energi ambang yang diperlukan untuk bergerak.


    Faktor
    keempat adalah ancaman terhadap keahlian
    . Asset yang sangat utama dan tidak berwujud
    dalam suatu organisasi adalah pengetahuan dan keahlian yang dimiliki secara
    kelompok (SDM bersama). Katakanlah suatu lembaga/Biro yang menangani
    Organisasi, disana sudah ada pengetahuan, pengalaman, keterampilan baik yang
    tertulis maupun yang tersimpan dalam ingatan anggotanya, bagaimana caranya
    mereorganisasi. Artinya bahwa jika biro/bagian tersebut dilikuidasi, sudah
    barang tentu akan ada suatu tekanan resistensi dari anggota, yang merasa
    terancam bahwa pengetahuan yang mereka miliki akan tidak “dipakai” lagi. Karena
    asset pengetahuan seperti ini tidak mudah untuk memperolehnya, perlu energi
    yang banyak dan waktu yang lama.


    Faktor
    kelima adalah acaman terhadap relationships
    . Relationships yang sudah
    mapan juga memerlukan waktu yang lama untuk membangun dan meningkatkannya.
    Perubahan apapun yang akan mengancam relationships ini akan mendapat resistensi


    Faktor
    keenam adalah ancaman terhadap alokasi sumber daya manusia
    . Resistensi semacam ini
    banyak muncul dari leader. Baik leader organisasi ataupun leader bagian (unit kerja). Sumber daya
    disini adalah baik alokasi sumber daya anggaran ataupun alokasi sumber daya
    manusia. Resistensi alokasi SDM ini sangat sering terjadi di setiap organisasi
    atau bagian, tidak jarang leader pada
    setiap organisasi atau bagian tetap
    mempertahankan personil SDM-nya dengan berbagai alasan. Latar belakang dari
    Resistensi ini cukup beragam, mulai dari terciptanya solidaritas, hubungan
    baik, ketergantungan sampai pada rasa
    mempertahankan “Rezim”.





    Faktor – faktor diatas dapat berdiri sendiri atau
    muncul bersamaan. Semakin banyak faktor yang berperan, semakin besar pula
    resistensi yang muncul.

















    b. Solusi Resistensi


    Sebenarnya tidak ada jalan pintas untuk mengatasi
    resistensi ini. Namun demikian ada beberapa cara yang dapat dikombinasikan
    sesuai dengan sebab-sebab terjadinya resistensi.


    1. Komunikasi.


    anatomi resistensi Clip_image002Apa sebenarnya yang harus dikomunikasikan ?. Pada setiap organisasi
    sering kali kita mendengar istilah komunikasi,
    sosialisasi, koordinasi, konfirmasi dan si.. si.. yang lainnya. Sebagai
    konseptor (leader atau police maker lainnya) seringkali mengkomunikasikan
    program-program perubahan, keuntungan-keuntungan, dll. Sebenarnya yang perlu
    dikomunikasikan adalah the logic of
    change
    , mengapa perlu perubahan. Manusia rela untuk berubah jika perubahan
    itu akan menguntungkan dirinya. Ini dipahami melalui logika (umumnya), bukan
    melalui doktrin. Yang sering terjadi adalah bias dalam menterjemahkan
    keuntungan ini, sering berjangka pendek. Sebagai contoh adalah bagaimana
    mengkomunikasikan budaya “ngirit”, etos
    kerja, efesiensi dan efektivitas kerja sehingga dapat menguntungkan organisasi
    yang pada gilirannya (Insya Allah) akan menguntungkan karyawan secara
    keseluruhan.


    2. Partisipasi



    setiap individu akan memiliki rasa sence of belonging, sence of critis,
    dll, manakala ada keterpanggilan ikut merumuskan transformasi atau perubahan
    tersebut. Ini mudah dipahami karena individu yang ikut “merubah” sangat jelas
    tidak akan resisten terhadap perubahan tersebut. Asalkan perubahan tersebut
    didapat dari hasil konsensus bersama.


    3. Fasilitas
    dan dukungan



    Adanya Program Training (pelatihan), seminar,
    diskusi, loka karya dan penjelasan-penjelasan serta dukungan moril dan materil
    terhadap karyawan akan mengurangi resistensi. Memang cara ini tidak mudah dan
    cukup makan waktu dan biaya tapi setidaknya program – program diatas sudah
    merupakan nilai strategis dan program nyata pada setiap crass periode sebuah institusi yang ingin berubah kearah yang lebih
    baik, sehingga dapat meminimalisir
    resistensi yang muncul. Jadi untuk
    kelompok-kelompok yang sangat diharapkan
    mendukung cara ini sangat tepat untuk diterapkan.


    1.
    Negosiasi


    Cara ini dapat diterapkan apabila resistensi datang
    dari komunitas atau kelompok baik skala kecil atau besar yang cukup mempunyai
    pengaruh. Cara ini cukup beresiko besar bagi organisasi karena adanya special treatment, bagi komunitas atau
    kelompok tersebut.





    2.
    Coercion.


    Cara ini dlilakukan dengan penggunaan “power” dan bahkan ancaman. Cara ini
    haruslah sebagai cara terakhir, bila cara lain tidak berhasil untuk menggiring
    kedalam perubahan.





    Selain lima
    cara diatas masih banyak lagi cara lain yang dapat diterapkan, tergantung dari
    jenis resistensi yang muncul.





    III. Catatan penutup


    Mengatasi resistensi hanyalah salah satu aspek dari managing change. Pemahaman terhadap
    aspek resistensi ini, bukan hanya perlu bagi agen of change, tapi bagi
    kita semua sebagi anggota suatu organisasi. Alasannya adalah pertama,
    karena perubahan itu akan terus terjadi dimasa yang akan datang. Kedua adalah resistensi pada dasarnya
    natural. Seringkali, tanpa kita sadari,
    karena respon yang natural itu, kita menjadi begitu menolak perubahan.


    Dengan pisau analisa diatas kita dapat merenung,
    mencoba mencari tahu, mengapa kita resist.
    Dengan mengetahui penyebabnya, kita menjadi lebih terbuka terhadap perubahan,
    dan bukan tidak mungkin kita menjadi agent
    of change
    bagi diri kita sendiri.
    Kita memang hanya dapat berubah jika kita setuju untuk itu. Sebagaimana
    Immanuel Kant : seseorang disebut merdeka jika kewarasan akalnya menyetujui
    keputusan yang diambilnya. Caaaaaaaaaaaaaaaaagggggggghhh.





    Daftar Bacaan





    1. Jim stewart , managing
    Change Through Training and Depelovment, edisi terjemahan 1997, PT Gramedia
    Pustaka Utama


    2. 1001 Cara memberdayakan
    karyawan Sudarmaji SP, Prestasi Pustaka, Jakarta 2003. Judul Asli : 1001 Ways to Energize Employees, Bob Nelson


    3. Prinsip Kekuasaan, Drs Arvin
    Saputra, Bina Rupa Aksara, Jakarta 2002


    Judul Asli : The Power Principle, Blaine Lee.








    *
    Penulis adalah :


    1. Ketua Umum Generasi Muda Asal Garut di Jakarta (GEMA ASGAR Periode Th.2005-2007)


    2. Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Garut Sejabotabek (KEMAGA
    Periode Th. 1998-2002)



    3. Akademisi di salah Satu Perguruan Tinggi Jakarta



      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 4:07 pm