Antara Moderat Dan
Ekstrem (1/2)
Oleh:
Syekh Muhammad al-Ghazali
MESKIPUN berperangai keras dan berperasaan berkobar-kobar, penulis lebih
mengutamakan ketenangan dan kelemahlembutan daripada sikap kasar dan
serampangan. Penulis menekankan diri pada penggunaan logika (sikap rasional),
walaupun terkadang jiwa penulis tak menyukainya. Ini karena penulis menyadari
bahwa tujuan final semua ini adalah memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.
Beberapa
waktu lalu terjadi perdebatan keras antara penulis dan para pemuda aktivis
Islam. Dalam diskusi tersebut, penulis berusaha mendengar dan sedikit
berkomentar. Baru pada fase terakhir penulis berupaya mengeluarkan pandangan
berdasarkan seluruh pngetahuan yang penulis miliki.
Salah
seorang aktivis itu mengatakan, "Anda menuduh kami ekstrem, mengapa tidak
Anda jelaskan sikap pihak lain dan Anda ungkapkan kepada kami jalan yang
ditempuhnya, apakah dia seorang yang moderat atau ekstrem?"
Ada
pula yang berkata, "Orang telah memperlakukan kita begini ... begitu,
mereka membantai dan mengoyak-ngoyak kita!"
Kemudian
penulis menjawab, "Orang yang Anda sebut itu telah bertahun-tahun wafat
dan lenyap bersama apa yang diperbuatnya. Semoga Allah SWT merahmatinya."
Mendengar
jawaban penulis, seorang pemuda langsung berteriak, "Tidak ada rahmat
Allah dan ampunan-Nya bagi orang seperti dia. Bila Rasulullah saw. memintakan
ampunan baginya maka Allah tidak akan mengampuninya. Tidakkah Anda membaca
firman Allah perihal tersebut,
'Kamu
mohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah
sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali,
namun Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah
k:arena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik.' (at-Taubah: 80)
Pemuda
itu melanjutkan, "Apa yang hendak Anda katakan mengenai seorang yang
menghina bangsa Arab dan mengokohkan kekuasaan bangsa Yahudi? Apa yang Anda
katakan mengenai orang yang mencampakkan lembaga-lembaga syariat dan
peninggalan Islam serta memecah belah kelompok-kelompok harakah atau
memata-matai kegiatan mereka. Apa yang hendak Anda katakan mengenai orang yang
membunuh beribu-ribu orang mukmin dalam penjara secara keji, menyiksa ratusan
muslimin yang dianggap tidak loyal karena menjaga jarak dengannya, menghinakan
orang yang dimuliakan Allah dan memuliakan orang yang dihinakan Allah, dan dia
tidak meninggalkan dunia kecuali setelah menceburkan wajah-wajah umat Islam ke
dalam kepekatan dan kerugian? Dia telah memberikan tempat kepada musuh-musuh
Allah suatu wilayah yang tidak pernah mereka saksikan selama seribu
tahun!"
Penulis
mengatakan padanya, "Janganlah Anda merenungkan derita lama. Sibukkanlah
diri Anda dengan membangun Islam. Usahakan agar agenda ini yang menguasai
pikiranmu. Hal ini lebih baik daripada menuntut balas dendam. Dengarkanlah
hakikat Islam dari para tokoh pendidik dan ulama. Jangan merasa cukup hanya
dengan membaca sebagian buku."
Dengan
emosi yang meluap anak muda itu berkata, "Tokoh-tokoh ulama?" Mereka
diperintah untuk menyambut kunjungan Makarius pembantai Islam di Cyprus, maka
para ulama al-Azhar menyambutnya dengan meriah. Hal lain adalah penganugerahan
gelar Honoris Causa dalam bidang filsafat kepada Ir. Soekarno, presiden pertama
Indonesia yang condong kepada kaum komunis. Anehnya, para tokoh ulama ini
berkumpul dan menganugerahkan gelar tersebut kepadanya. Universitas al-Azhar
contoh berikutnya adalah sewaktu peletakan batu pertama pembangunan sebuah
gereja, maka wakil dari al-Azhar yang menerima perintah dari penguasa
pemerintahan segera melaksanakannya. Padahal dalam sejarah Vatikan sendiri
tidak pernah terjadi pembebanan kepada penganut Katolik untuk meletakkan batu
pertama pembangunan gereja yang tidak sealiran dengan mereka.
Di
mata para pemuda aktivis tersebut, para ulama bungkam terhadap berbagai
kezaliman yang menggerogoti kemuliaan dan keberanian umat Islam yang mayoritas
ini. Para ulama puas dengan menganjurkan ketakwaan, sedangkan para pemuda
mengarah pada pembentukan sebuah negara religius atas dasar prinsip-prinsip
Islam.
Sebagai
tanggapan, penulis katakan, "Wahai ananda, tidak semua ulama seperti yang
Anda sebutkan. Jika Anda dan rekan-rekan menempuh jalan kekerasan seperti itu,
maka Anda tak akan dapat kembali."
Kepemimpinan
Umat
Sesungguhnya
kaum Khawarij, yang pernah ada sebelum para aktivis muda ini, telah melakukan
berbagai penyimpangan. Akhirnya mereka terkubur oleh sejarah dalam waktu
singkat.
Orang-orang
yang menjalankan risalah Islam bukanlah para penguasa yang jahat atau para
penyeleweng yang bodoh, melainkan para ulama dan fuqaha yang ikhlas mendidik
dan memimpin umat Islam.
Apakah
penulis harus mengatakan bahwa Yahudi lebih cerdik daripada kita? Salah seorang
pemuda bertanya, "Apa maksud Anda?" Kemudian penulis menjelaskan,
"Ketika mereka mengadakan Kongres Internasional di Swiss untuk mendirikan
negara lsrael, mereka berhasil menentukan beberapa strategi yang terus
dipelajari. Seorang pemimpin Yahudi, Hertzel, mengatakan bahwa Israel akan
berdiri lima puluh tahun yang akan datang. Ternyata, separuh abad kemudian
berdirilah negara Israel!"
Seseorang
tidak melakukan sesuatu untuk diri dan anaknya. Dia menanam tanaman yang dapat
dipanen pada masa mendatang. Mungkin yang memanen nanti adalah cucu-cucunya.
Yang penting bukanlah melihat hasil kerja kita, melainkan tercapainya tujuan
yang telah dicanangkan.
Untuk
mencapai suatu tujuan besar, orang-orang Yahudi telah menyediakan waktu
setengah abad. Dalam kurun waktu tersebut, mereka menyelesaikan berbagai
problem yang bertumpuk. Mereka telah memprediksi secara matang bahwa untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa,
apalagi secara emosional.
Adalah
sebuah kezaliman bila penulis membawa generasi zaman ini pada
kesalahan-kesalahan besar yang kita temui. Kesalahan-kesalahan itu merupakan
batu-batu pengkhianatan sosial-politik yang telah lama terjadi. Maka bagaimana
mereka berpikir untuk melenyapkannya dengan langkah yang tergesa-gesa dan jihad
yang relatif singkat?
Pada
waktu Rasulullah saw. mengumandangkan akidah tauhid, ratusan patung berdiri di
dalam Ka'bah dan sekitarnya. Kapan berhala-berhala itu dapat dihancurkan? Pada
tahun ke 21 dari total 23 tahun perjalanan dakwah beliau! Sedangkan kawula muda
aktivis menginginkan dakwah tauhid di pagi hari, kemudian berhasil
menghancurkan berhala-berhala di petang hari! Maka akibat yang tidak dapat
dihindari adalah konflik yang berkepanjangan, kesulitan yang bermunculan, dan
mengambil jalan pintas yang fatal atas nama Islam.
Penulis
ingin menegaskan kembali kepada para pemuda bahwa menegakkan Islam adalah suatu
persoalan, dan menguasai kelompok-kelompok manusia dengan pemerintahan adalah
persoalan lain pula. Upaya menegakkan Islam menuntut prasyarat yang besar,
seperti keyakinan, keikhlasan, dan hubungan baik dengan Allah SWT, disamping
juga membutuhkan pengalaman hidup dan hubungan dengan masyarakat, rekan-rekan,
dan musuh. Sedangkan pemerintahan berfungsi sebagai penguat upaya menegakkan
Islam.
Sesungguhnya
ada orang-orang yang sengaja menggunakan nama Islam sebagai kedok. Mereka
melakukan hal-hal negatif yang dengan sendirinya telah menodai Islam. Beberapa
orang telah mempelajari hukum yang dapat mengantarkan dirinya ke jenjang yang
lebih tinggi dalam pemerintahan karena tujuan kesuksesan individu, mencari
popularitas, dan gila kedudukan.
Sebagian
manusia yang mempelajari hukum padahal dia sama sekali tidak mengetahui
mengenai hubungan antarnegara, hubungan internasional, agen-agen rahasia, dan
sistem hubungan yang lain. Sebagiannya lagi mempelajari hukum dengan
mengatasnamakan Islam padahal dia tidak mengetahui aliran-aliran dalam Islam,
baik yang ushul maupun yang furu'. Seandainya hukum yang dipahami oleh
orang-orang yang berwawasan terbatas itu ditegakkan, tentu akan berakibat buruk
bagi saudara-saudaranya sesama muslim. Dikhawatirkan mereka yang juga tidak
banyak mengetahui keluasan syariat Islam justru akan memilih pemerintahan kafir
yang dianggapnya adil!
Penulis
mengenal sekelompok orang yang membicarakan ide pendirian negara Islam, padahal
wawasan mereka dipenuhi pandangan bahwa syura tidak dapat memaksa penguasa,
zakat tidak wajib kecuali dalam empat jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan,
haramnya partai oposisi dalam Islam, memperbincangkan hak-hak manusia itu
bid'ah, dan seterusnya. Apakah figur-figur semacam ini pantas mempersoalkan
topik pendirian negara Islam?
Penulis
sendiri terkadang merasa belum sampai pada derajat keikhlasan sebagaimana yang
seharusnya setelah mengevaluasi kembali motif-motif di dalam jiwa. Ternyata
motif-motif keduniawian sempat meracuni diri penulis sehingga penulis menderita
dan menyesal. Akhirnya, penulis berpendapat bahwa dengan kesalahan ini penulis
tidak patut memimpin orang lain.
Kalimat
Allah SWT adalah segala-galanya. Bila Allah berkenan menghancurkan kezaliman,
Ia tidak menggantikannya dengan kezaliman yang serupa sesudahnya, melainkan
menggantikannya dengan orang-orang Islam yang adil dan saleh. Al-Qur'an
menggambarkan,
"Mengapa
kami tidak akan bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan
kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan
yang kamu lakukan terhadap kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang
bertawakal berserah diri. Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka,
'Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali
kepada agama kami.' Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, 'Kami pasti akan
membinasakan orang-orang yang zalim itu dan Kami pasti akan menempatkan kamu di
negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang
yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada
ancaman-Ku.'" (Ibrahim: 12-14)
Bagi
orang yang hendak berkhidmat terhadap Islam dan mendirikan negara atas nama
Islam, ada persyaratan yang mesti dimiliki, yaitu kesempurnaan jiwa dan
intelektual. Untuk mencapai kesempurnaan ini tidak mungkin dicapai secara
tiba-tiba, melainkan terbentuk seiring dengan proses kejiwaan yang sangat
panjang.
Dengan
berlindung kepada Allah, penulis terpaksa mengkritik golongan-golongan tertentu
dengan didasari motivasi ingin menjaga kebangkitan Islam dari cela-cela yang
tidak mengantarkan kita pada tujuan yang telah ditetapkan.
Sebab-sebab
Ekstrem Keagamaan
Keberagamaan
yang menyimpang tentu mempunyai sebab-sebab psikologis dan lainnya yang dapat
diamati. Sebab-sebab ini dapat dicermati pada pernyataan dan perilaku seseorang
serta ekspresi sikap seseorang terhadap orang lain dan segala sesuatu.
Sebab-sebab
itu mempunyai kadar masing-masing, yaitu lemah dan kuat, sedikit dan banyak.
Akan tetapi, walau bagaimanapun kondisinya, sebab-sebab ini tetap mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap pandangan seseorang.
Padahal
seharusnya, ibadah-ibadah yang telah disyariatkan Allah kepada manusia dapat
menyucikan jiwa, memelihara cela-cela lahir dan batin, serta menjaga tingkah
laku dari penyelewangan, durhaka, dan berbuat serampangan. Hal ini dapat
terwujud jika orang-orang yang beribadah menghayati hakikat ibadahnya. Hati
nurani dan mata hatinya bersujud kepada Allah semata ketika anggota badannya
melakukan sujud serta bergetar jiwanya ketika lidahnya mengucapkan bacaan
shalat.
Akan
tetapi, bila ibadah-ibadah yang selama ini dilakukannya baru sampai pada
kulitnya, maka wajar jika ibadah-ibadah itu tidak memberikan pengaruh pada
perilakunya.
Pada
suatu hari, penulis sedang menulis tentang "Kesalahan di Seputar
Dakwah." Saat itu penulis bertanya dalam hati, "Apa yang Anda
harapkan dari orang yang bertabiat jelek kecuali nasihat-nasihat dengan kalimat
yang pedas dan ungkapan-ungkapan yang kasar?"
Tabiat
sebagian orang dapat mengubah agama dari sudut pandangnya yang orisinal menjadi
agama dalam sudut pandang tabiatnya yang buruk. Maka orang itu dapat
menggantikan agama, yang berfungsi sebagai petunjuk, menjadi penghalang
datangnya petunjuk.
Al-Qur'an
telah mengingatkan akan bahaya sekelompok penginjil dan pendeta yang menjadikan
agama sebagai kerahiban yang dapat merusak fitrah dan menolak manfaat. Firman
Allah,
"Sesungguhnya
sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah." (at-Taubah: 34)
Sekelompok
orang semacam ini berbahaya bagi eksistensi agama-agama, Sebuah syair
menyatakan,
"Dan
apakah yang merusak agama justeru para raja, pendeta Yahudi, dan rahib-rahib
Nasrani yang jahat ..."
"Maka
mereka menjual diri dan tidak memperoleh untung. Padahal dalam jual beli, harga
tidak dimahalkan ..."
Sebab-sebab
psikologis mulai tumbuh sejak masa kanak-kanak, bahkan terkadang terwarisi
secara genetis. Jika pendidikan tidak berhasil melenyapkan sebab-sebab
psikologis ini, maka dia akan tumbuh terus pada diri sang anak sampai usia
remaja dan tetap berakar dalam tabiatnya hingga masa tua.
Silahkan
melihat orang seperti Abu Sufyan, pemimpin senior yang terkemuka di Mekah pada
masa jahiliah. Dia dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang gemar kemegahan.
Abbas
r.a. pernah mengusulkan kepada Rasulullah saw. agar beliau berkenan menerangkan
sesuatu yang dapat menenangkan hatinya setelah tauhid berhasil mendominasi
kehidupan kota Mekah. Nabi saw. mengabulkan keinginan pamannya dan bersabda,
"Ya,
barangsiapa yang masuk ke dalam masjid, maka dia aman. Barangsiapa yang
memasuki rumah Abu Sufyan, maka dia aman. Dan barangsiapa yang tinggal (berdiam)
di rumahnya, maka dia aman." (al-Hadits)
Abu
Sufyan bergembira karena disebut-sebut namanya dan membuka jalan untuk
menyerahkan Mekah tanpa pertempuran.
Kadangkala
cela psikis bersembunyi di balik semangat memperjuangkan nilai-nilai dan
ketegasan membela kebenaran. Contoh yang paling jelas adalah seseorang yang
menyangsikan keadilan Rasulullah saw. dalam membagi harta rampasan perang.
Orang tersebut berkata, "Pembagian tidak dilakukan karena Allah."
Hebatnya,
Rasulullah saw. adalah pribadi muslim yang paling sabar dan bijak. Menghadapi
masalah seperti itu, Nabi saw. menganggap kelemahan demikian disebabkan oleh
godaan dunia karena belum kokohnya keyakinan dalam hati sebagian muslim.
Sesungguhnya, terburu-buru menuduh hamba Allah yang paling mulia, Rasulullah
saw., adalah refleksi penyakit batin!
Kebangkitan
Islam dalam Perbincangan Para Pakar
(As-Shahwatul
Islamiyah Ru'yatu Nuqadiyatu Minal Daakhili)
Penerbit
GEMA INSANI PRESS
Jl.
Kalibata Utara 11 No. 84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
http://www.isnet.org/~djoko/Islam/Bangkit/Ghazali1.html
Ekstrem (1/2)
Oleh:
Syekh Muhammad al-Ghazali
MESKIPUN berperangai keras dan berperasaan berkobar-kobar, penulis lebih
mengutamakan ketenangan dan kelemahlembutan daripada sikap kasar dan
serampangan. Penulis menekankan diri pada penggunaan logika (sikap rasional),
walaupun terkadang jiwa penulis tak menyukainya. Ini karena penulis menyadari
bahwa tujuan final semua ini adalah memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.
Beberapa
waktu lalu terjadi perdebatan keras antara penulis dan para pemuda aktivis
Islam. Dalam diskusi tersebut, penulis berusaha mendengar dan sedikit
berkomentar. Baru pada fase terakhir penulis berupaya mengeluarkan pandangan
berdasarkan seluruh pngetahuan yang penulis miliki.
Salah
seorang aktivis itu mengatakan, "Anda menuduh kami ekstrem, mengapa tidak
Anda jelaskan sikap pihak lain dan Anda ungkapkan kepada kami jalan yang
ditempuhnya, apakah dia seorang yang moderat atau ekstrem?"
Ada
pula yang berkata, "Orang telah memperlakukan kita begini ... begitu,
mereka membantai dan mengoyak-ngoyak kita!"
Kemudian
penulis menjawab, "Orang yang Anda sebut itu telah bertahun-tahun wafat
dan lenyap bersama apa yang diperbuatnya. Semoga Allah SWT merahmatinya."
Mendengar
jawaban penulis, seorang pemuda langsung berteriak, "Tidak ada rahmat
Allah dan ampunan-Nya bagi orang seperti dia. Bila Rasulullah saw. memintakan
ampunan baginya maka Allah tidak akan mengampuninya. Tidakkah Anda membaca
firman Allah perihal tersebut,
'Kamu
mohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah
sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali,
namun Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah
k:arena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik.' (at-Taubah: 80)
Pemuda
itu melanjutkan, "Apa yang hendak Anda katakan mengenai seorang yang
menghina bangsa Arab dan mengokohkan kekuasaan bangsa Yahudi? Apa yang Anda
katakan mengenai orang yang mencampakkan lembaga-lembaga syariat dan
peninggalan Islam serta memecah belah kelompok-kelompok harakah atau
memata-matai kegiatan mereka. Apa yang hendak Anda katakan mengenai orang yang
membunuh beribu-ribu orang mukmin dalam penjara secara keji, menyiksa ratusan
muslimin yang dianggap tidak loyal karena menjaga jarak dengannya, menghinakan
orang yang dimuliakan Allah dan memuliakan orang yang dihinakan Allah, dan dia
tidak meninggalkan dunia kecuali setelah menceburkan wajah-wajah umat Islam ke
dalam kepekatan dan kerugian? Dia telah memberikan tempat kepada musuh-musuh
Allah suatu wilayah yang tidak pernah mereka saksikan selama seribu
tahun!"
Penulis
mengatakan padanya, "Janganlah Anda merenungkan derita lama. Sibukkanlah
diri Anda dengan membangun Islam. Usahakan agar agenda ini yang menguasai
pikiranmu. Hal ini lebih baik daripada menuntut balas dendam. Dengarkanlah
hakikat Islam dari para tokoh pendidik dan ulama. Jangan merasa cukup hanya
dengan membaca sebagian buku."
Dengan
emosi yang meluap anak muda itu berkata, "Tokoh-tokoh ulama?" Mereka
diperintah untuk menyambut kunjungan Makarius pembantai Islam di Cyprus, maka
para ulama al-Azhar menyambutnya dengan meriah. Hal lain adalah penganugerahan
gelar Honoris Causa dalam bidang filsafat kepada Ir. Soekarno, presiden pertama
Indonesia yang condong kepada kaum komunis. Anehnya, para tokoh ulama ini
berkumpul dan menganugerahkan gelar tersebut kepadanya. Universitas al-Azhar
contoh berikutnya adalah sewaktu peletakan batu pertama pembangunan sebuah
gereja, maka wakil dari al-Azhar yang menerima perintah dari penguasa
pemerintahan segera melaksanakannya. Padahal dalam sejarah Vatikan sendiri
tidak pernah terjadi pembebanan kepada penganut Katolik untuk meletakkan batu
pertama pembangunan gereja yang tidak sealiran dengan mereka.
Di
mata para pemuda aktivis tersebut, para ulama bungkam terhadap berbagai
kezaliman yang menggerogoti kemuliaan dan keberanian umat Islam yang mayoritas
ini. Para ulama puas dengan menganjurkan ketakwaan, sedangkan para pemuda
mengarah pada pembentukan sebuah negara religius atas dasar prinsip-prinsip
Islam.
Sebagai
tanggapan, penulis katakan, "Wahai ananda, tidak semua ulama seperti yang
Anda sebutkan. Jika Anda dan rekan-rekan menempuh jalan kekerasan seperti itu,
maka Anda tak akan dapat kembali."
Kepemimpinan
Umat
Sesungguhnya
kaum Khawarij, yang pernah ada sebelum para aktivis muda ini, telah melakukan
berbagai penyimpangan. Akhirnya mereka terkubur oleh sejarah dalam waktu
singkat.
Orang-orang
yang menjalankan risalah Islam bukanlah para penguasa yang jahat atau para
penyeleweng yang bodoh, melainkan para ulama dan fuqaha yang ikhlas mendidik
dan memimpin umat Islam.
Apakah
penulis harus mengatakan bahwa Yahudi lebih cerdik daripada kita? Salah seorang
pemuda bertanya, "Apa maksud Anda?" Kemudian penulis menjelaskan,
"Ketika mereka mengadakan Kongres Internasional di Swiss untuk mendirikan
negara lsrael, mereka berhasil menentukan beberapa strategi yang terus
dipelajari. Seorang pemimpin Yahudi, Hertzel, mengatakan bahwa Israel akan
berdiri lima puluh tahun yang akan datang. Ternyata, separuh abad kemudian
berdirilah negara Israel!"
Seseorang
tidak melakukan sesuatu untuk diri dan anaknya. Dia menanam tanaman yang dapat
dipanen pada masa mendatang. Mungkin yang memanen nanti adalah cucu-cucunya.
Yang penting bukanlah melihat hasil kerja kita, melainkan tercapainya tujuan
yang telah dicanangkan.
Untuk
mencapai suatu tujuan besar, orang-orang Yahudi telah menyediakan waktu
setengah abad. Dalam kurun waktu tersebut, mereka menyelesaikan berbagai
problem yang bertumpuk. Mereka telah memprediksi secara matang bahwa untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa,
apalagi secara emosional.
Adalah
sebuah kezaliman bila penulis membawa generasi zaman ini pada
kesalahan-kesalahan besar yang kita temui. Kesalahan-kesalahan itu merupakan
batu-batu pengkhianatan sosial-politik yang telah lama terjadi. Maka bagaimana
mereka berpikir untuk melenyapkannya dengan langkah yang tergesa-gesa dan jihad
yang relatif singkat?
Pada
waktu Rasulullah saw. mengumandangkan akidah tauhid, ratusan patung berdiri di
dalam Ka'bah dan sekitarnya. Kapan berhala-berhala itu dapat dihancurkan? Pada
tahun ke 21 dari total 23 tahun perjalanan dakwah beliau! Sedangkan kawula muda
aktivis menginginkan dakwah tauhid di pagi hari, kemudian berhasil
menghancurkan berhala-berhala di petang hari! Maka akibat yang tidak dapat
dihindari adalah konflik yang berkepanjangan, kesulitan yang bermunculan, dan
mengambil jalan pintas yang fatal atas nama Islam.
Penulis
ingin menegaskan kembali kepada para pemuda bahwa menegakkan Islam adalah suatu
persoalan, dan menguasai kelompok-kelompok manusia dengan pemerintahan adalah
persoalan lain pula. Upaya menegakkan Islam menuntut prasyarat yang besar,
seperti keyakinan, keikhlasan, dan hubungan baik dengan Allah SWT, disamping
juga membutuhkan pengalaman hidup dan hubungan dengan masyarakat, rekan-rekan,
dan musuh. Sedangkan pemerintahan berfungsi sebagai penguat upaya menegakkan
Islam.
Sesungguhnya
ada orang-orang yang sengaja menggunakan nama Islam sebagai kedok. Mereka
melakukan hal-hal negatif yang dengan sendirinya telah menodai Islam. Beberapa
orang telah mempelajari hukum yang dapat mengantarkan dirinya ke jenjang yang
lebih tinggi dalam pemerintahan karena tujuan kesuksesan individu, mencari
popularitas, dan gila kedudukan.
Sebagian
manusia yang mempelajari hukum padahal dia sama sekali tidak mengetahui
mengenai hubungan antarnegara, hubungan internasional, agen-agen rahasia, dan
sistem hubungan yang lain. Sebagiannya lagi mempelajari hukum dengan
mengatasnamakan Islam padahal dia tidak mengetahui aliran-aliran dalam Islam,
baik yang ushul maupun yang furu'. Seandainya hukum yang dipahami oleh
orang-orang yang berwawasan terbatas itu ditegakkan, tentu akan berakibat buruk
bagi saudara-saudaranya sesama muslim. Dikhawatirkan mereka yang juga tidak
banyak mengetahui keluasan syariat Islam justru akan memilih pemerintahan kafir
yang dianggapnya adil!
Penulis
mengenal sekelompok orang yang membicarakan ide pendirian negara Islam, padahal
wawasan mereka dipenuhi pandangan bahwa syura tidak dapat memaksa penguasa,
zakat tidak wajib kecuali dalam empat jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan,
haramnya partai oposisi dalam Islam, memperbincangkan hak-hak manusia itu
bid'ah, dan seterusnya. Apakah figur-figur semacam ini pantas mempersoalkan
topik pendirian negara Islam?
Penulis
sendiri terkadang merasa belum sampai pada derajat keikhlasan sebagaimana yang
seharusnya setelah mengevaluasi kembali motif-motif di dalam jiwa. Ternyata
motif-motif keduniawian sempat meracuni diri penulis sehingga penulis menderita
dan menyesal. Akhirnya, penulis berpendapat bahwa dengan kesalahan ini penulis
tidak patut memimpin orang lain.
Kalimat
Allah SWT adalah segala-galanya. Bila Allah berkenan menghancurkan kezaliman,
Ia tidak menggantikannya dengan kezaliman yang serupa sesudahnya, melainkan
menggantikannya dengan orang-orang Islam yang adil dan saleh. Al-Qur'an
menggambarkan,
"Mengapa
kami tidak akan bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan
kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan
yang kamu lakukan terhadap kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang
bertawakal berserah diri. Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka,
'Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali
kepada agama kami.' Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, 'Kami pasti akan
membinasakan orang-orang yang zalim itu dan Kami pasti akan menempatkan kamu di
negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang
yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada
ancaman-Ku.'" (Ibrahim: 12-14)
Bagi
orang yang hendak berkhidmat terhadap Islam dan mendirikan negara atas nama
Islam, ada persyaratan yang mesti dimiliki, yaitu kesempurnaan jiwa dan
intelektual. Untuk mencapai kesempurnaan ini tidak mungkin dicapai secara
tiba-tiba, melainkan terbentuk seiring dengan proses kejiwaan yang sangat
panjang.
Dengan
berlindung kepada Allah, penulis terpaksa mengkritik golongan-golongan tertentu
dengan didasari motivasi ingin menjaga kebangkitan Islam dari cela-cela yang
tidak mengantarkan kita pada tujuan yang telah ditetapkan.
Sebab-sebab
Ekstrem Keagamaan
Keberagamaan
yang menyimpang tentu mempunyai sebab-sebab psikologis dan lainnya yang dapat
diamati. Sebab-sebab ini dapat dicermati pada pernyataan dan perilaku seseorang
serta ekspresi sikap seseorang terhadap orang lain dan segala sesuatu.
Sebab-sebab
itu mempunyai kadar masing-masing, yaitu lemah dan kuat, sedikit dan banyak.
Akan tetapi, walau bagaimanapun kondisinya, sebab-sebab ini tetap mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap pandangan seseorang.
Padahal
seharusnya, ibadah-ibadah yang telah disyariatkan Allah kepada manusia dapat
menyucikan jiwa, memelihara cela-cela lahir dan batin, serta menjaga tingkah
laku dari penyelewangan, durhaka, dan berbuat serampangan. Hal ini dapat
terwujud jika orang-orang yang beribadah menghayati hakikat ibadahnya. Hati
nurani dan mata hatinya bersujud kepada Allah semata ketika anggota badannya
melakukan sujud serta bergetar jiwanya ketika lidahnya mengucapkan bacaan
shalat.
Akan
tetapi, bila ibadah-ibadah yang selama ini dilakukannya baru sampai pada
kulitnya, maka wajar jika ibadah-ibadah itu tidak memberikan pengaruh pada
perilakunya.
Pada
suatu hari, penulis sedang menulis tentang "Kesalahan di Seputar
Dakwah." Saat itu penulis bertanya dalam hati, "Apa yang Anda
harapkan dari orang yang bertabiat jelek kecuali nasihat-nasihat dengan kalimat
yang pedas dan ungkapan-ungkapan yang kasar?"
Tabiat
sebagian orang dapat mengubah agama dari sudut pandangnya yang orisinal menjadi
agama dalam sudut pandang tabiatnya yang buruk. Maka orang itu dapat
menggantikan agama, yang berfungsi sebagai petunjuk, menjadi penghalang
datangnya petunjuk.
Al-Qur'an
telah mengingatkan akan bahaya sekelompok penginjil dan pendeta yang menjadikan
agama sebagai kerahiban yang dapat merusak fitrah dan menolak manfaat. Firman
Allah,
"Sesungguhnya
sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah." (at-Taubah: 34)
Sekelompok
orang semacam ini berbahaya bagi eksistensi agama-agama, Sebuah syair
menyatakan,
"Dan
apakah yang merusak agama justeru para raja, pendeta Yahudi, dan rahib-rahib
Nasrani yang jahat ..."
"Maka
mereka menjual diri dan tidak memperoleh untung. Padahal dalam jual beli, harga
tidak dimahalkan ..."
Sebab-sebab
psikologis mulai tumbuh sejak masa kanak-kanak, bahkan terkadang terwarisi
secara genetis. Jika pendidikan tidak berhasil melenyapkan sebab-sebab
psikologis ini, maka dia akan tumbuh terus pada diri sang anak sampai usia
remaja dan tetap berakar dalam tabiatnya hingga masa tua.
Silahkan
melihat orang seperti Abu Sufyan, pemimpin senior yang terkemuka di Mekah pada
masa jahiliah. Dia dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang gemar kemegahan.
Abbas
r.a. pernah mengusulkan kepada Rasulullah saw. agar beliau berkenan menerangkan
sesuatu yang dapat menenangkan hatinya setelah tauhid berhasil mendominasi
kehidupan kota Mekah. Nabi saw. mengabulkan keinginan pamannya dan bersabda,
"Ya,
barangsiapa yang masuk ke dalam masjid, maka dia aman. Barangsiapa yang
memasuki rumah Abu Sufyan, maka dia aman. Dan barangsiapa yang tinggal (berdiam)
di rumahnya, maka dia aman." (al-Hadits)
Abu
Sufyan bergembira karena disebut-sebut namanya dan membuka jalan untuk
menyerahkan Mekah tanpa pertempuran.
Kadangkala
cela psikis bersembunyi di balik semangat memperjuangkan nilai-nilai dan
ketegasan membela kebenaran. Contoh yang paling jelas adalah seseorang yang
menyangsikan keadilan Rasulullah saw. dalam membagi harta rampasan perang.
Orang tersebut berkata, "Pembagian tidak dilakukan karena Allah."
Hebatnya,
Rasulullah saw. adalah pribadi muslim yang paling sabar dan bijak. Menghadapi
masalah seperti itu, Nabi saw. menganggap kelemahan demikian disebabkan oleh
godaan dunia karena belum kokohnya keyakinan dalam hati sebagian muslim.
Sesungguhnya, terburu-buru menuduh hamba Allah yang paling mulia, Rasulullah
saw., adalah refleksi penyakit batin!
Kebangkitan
Islam dalam Perbincangan Para Pakar
(As-Shahwatul
Islamiyah Ru'yatu Nuqadiyatu Minal Daakhili)
Penerbit
GEMA INSANI PRESS
Jl.
Kalibata Utara 11 No. 84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
http://www.isnet.org/~djoko/Islam/Bangkit/Ghazali1.html
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as