Antara Tawakkal dan Tawaakal
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Allah SWT berfirman, yang artinya, "Barang siapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan, memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan, barang
siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaaq: 2--3).
Dalam kitab tafsir disebutkan, sebab turunnya kedua
ayat di atas berkenaan dengan seseorang yang berasal dari Bani Asyja'. Ia
adalah orang miskin, memiliki banyak keluarga, dan anaknya ditawan kaum
musyrikin. Kemudian ia mendatangi Nabi saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah,
anakku ditawan kaum musyrikin dan sekarang ibunya dalam kegelisahan, lalu
apakah yang engkau perintahkan?" Rasulullah saw. berkata, "Bertakwalah
kepada Allah, bersabarlah dan perbanyaklah mengucapkan, 'Laa khaula wa laa
quwwata illaa billah' (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah)."
Maka, tidak lama kemudian, ia telah mendapati anaknya dibebaskan dan di tengah
jalan ia mendapatkan seekor unta yang ditawan musuh, maka turunlah kedua ayat
dari surah Ath-Thalaaq di atas guna menjelaskan bahwa barang siapa yang
bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan
mencukupkan atas apa yang menjadi kekhawatiran, kesedihan, dan kebutuhannya.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sesungguhnya tawakal kepada Allah SWT termasuk dari
buah iman yang paling besar. Tawakal juga sebab dari kemuliaan dan ketenangan
manusia. Dalam Alquran, kata tawakal disebut sebanyak 67 tempat, ini untuk
menjelaskan betapa pentingnya tawakal ini. Dan, tidaklah sebuah ayat yang
menyebutkan tawakal kecuali disertai dengan iman. Sebagai contoh, firman Allah
SWT, yang terdapat dalam surah At-Taghaabun, yang artinya, "Dan, hendaklah
orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja."(At-Taghaabun: 13). Begitu pula dalam
surah Al-Maaidah, yang artinya, "Dan, hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal,
jika kamu benar-benar orang yang beriman". (Al-Maaidah: 23).
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Karena itu, tawakal kepada Allah SWT merupakan
bagian dari akidah seorang mukmin kepada Allah SWT. Pemahaman yang benar
tentang tawakal menyatakan bahwa kita taat kepada Allah dan melaksanakan sebab
yang dituntut dari sebuah perbuatan. Sebagian orang mengira bahwa tawakal
adalah meninggalkan perbuatan dan tidak mengambil sebab. Ini adalah perkiraan
yang salah, ia mengatakan demikian karena ia tidak mengerti perkara akidah dan
tauhid.
Islam memuji orang yang bertawakal dan bekerja. Tawakal adalah tali yang
tergantung kepada Allah SWT dan amal yang berkaitan dengan anggota badan.
Sementara, dunia adalah sarana yang tidak ada tujuannya, karena itu kami
berkata, "Ya Allah janganlah engkau menjadikan dunia di hati kami, tetapi
jadikanlah ia di tangan kami."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sesungguhnya Rasulullah saw. yang mulia senantiasa
mengambil sebab yang dituntut. Sebagai contoh apa yang terjadi di Perang Ahzab,
setelah beliau melakukan persiapan, beliau menghadap Allah dan berdoa, yang
artinya, "Ya
Allah, yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, dan yang mengalahkan ahzab
(golongan yang bersekutu), kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas
mereka." (HR Bukhari dalam bab "Jihad dan Muslim"
dalam Jihad was Sair).
Seseorang datang kepada Nabi saw. dengan seekor unta dan berkata, "Ya
Rasulullah, apakah saya tinggalkan unta itu tanpa mengikatnya, kemudian saya
bertawakal?" Rasulullah saw. bersabda, "Ikatlah, kemudian bertawakallah"
(HR Tirmizi dari hadis Anas).
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ada perbedaan yang sangat jauh antara tawakkal dengan tawaakal. Tawakkal adalah
beramal, mengambil sebab, dan bersandar kepada Allah Azza wa-Jalla. Sementara, tawaakal adalah bersikap malas,
bersandar kepada yang lain, tidak bekerja (berproduksi), dan tidak mengambil
sebab. Allah SWT berfirman, yang artinya, "Dan, katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (At-Taubah: 105)
Umar bin Khattab r.a. telah menerapkan pemahaman tawakkal ini dalam perbuatannya. Lalu beliau mendapati sekelompok
orang yang bertawaakal yang mereka
itu bersikap malas, tidak bekerja, dan bersandar kepada yang lain. Beliau
berkata, "Saya melihat seseorang dan ia membuatku kagum. Tetapi, bila
kemudian seseorang berkata, 'Ia tidak bekerja,' jatuhlah ia di mataku."
Seseorang yang tidak bekerja, ia menjadi hina di hadapan Amirul Mukminin Umar
bin Khattab r.a.
Pada suatu hari, Umar bin Khattab r.a. menyaksikan sekelompok orang tengah
beribadah di masjid dan tidak bekerja. Khalifah Umar kemudian menanyakan
pekerjaan mereka. Mereka menjawab, "Kami adalah orang yang bertawakkal." Umar berkata,
"Tidak, tetapi kalian adalah orang yang bertawaakal." Umar kemudian menyegerakan mereka untuk bekerja
dengan tongkatnya. Ia berkata, "Orang yang bertawakkal adalah orang yang melempar bijinya di bumi dan bertawakkal kepada Allah. Maksudnya, ia
bekerja, kemudian bertawakal kepada Allah SWT.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Kepada orang yang takut tidak mendapatkan rezeki dan
tidak bertawakkal kepada Allah,
kepada para pekerja yang meninggalkan salat Jumat hanya karena tuannya tidak
mengizinkannya dan menyuruhnya untuk tetap bekerja, kami katakan kepada mereka,
"Di manakah tawakkal kepada Allah?"
Mereka menjawab, "Apabila kami menjalankan salat Jumat, pemimpin kami akan
memecat kami." Kami bacakan kepada mereka firman Allah dalam surah
Ath-Thalaaq, yang artinya, "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan, memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaaq: 2--3). Maka, apakah kita
meninggalkan firman Allah dan justru berpegang dengan perkatan seorang hamba?
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ketahuilah bahwa mencela, menggerutu, dan marah
ketika mencari pekerjaan bukanlah termasuk tawakal kepada Allah. Kepada para
pedagang dan pemilik harta, kami katakan, "Sesungguhnya tawakal kepada
Allah adalah belas kasihan kepada manusia dan tidak memeras mereka."
Sementara, kepada para pegawai dan karyawan, kami katakan, "Tawakal kepada
Allah adalah bersikap ikhlas dalam pekerjaan yang disyariahkan dan melaksanakan
kewajiban yang dibebankan di pundahknya tanpa pemihakan, menjilat, dan takut,
karena rezeki itu di tangan Allah dan Allah akan menjamin pembelaan orang
muslim. Seorang muslim yang benar, ia harus bertawakal kepada Allah semata.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Marilah kita menghafal, menjaga, dan
mengulang-ulangi sebuah hadis dari sahabat yang mulia, Abdullah bin Abbas,
semoga Allah meridai keduanya, berkata, "Pada suatu hari saya berada di
belakang Rasululullah saw., beliau kemudian bersabda, yang artinya, "Wahai anak
muda, sesungguhnya saya mengajarimu dengan beberapa kalimat, jagalah Allah,
niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya
berada di hadapanmu. Bila kamu meminta, mintalah kepada Allah. Bila kamu
memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa
meskipun sebuah umat itu telah berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu
dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat, kecuali dengan apa
yang telah dituliskan Allah untukmu. (Ketahuilah), meskipun mereka telah
berkumpul untuk memberikan madarat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak
bisa memberikan madarat dengan sesutu, kecuali dengan apa yang telah ditulislan
Allah untukmu. Pena itu telah diangkat dan buku itu telah kering."
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw. bersabda, "Jagalah Allah, niscaya engkau akan
mendapati-Nya berada di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Ia
akan mengenalmu di waktu sempit. Ketahuilah, apa yang luput darimu, ia tidak
akan menimpamu dan apa yang menimpamu, ia tidak akan luput darimu. Ketahuilah,
pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesempitan, dan
kesulitan itu besama kemudahan."
Marilah kita bertawakal kepada Allah Yang Maha Hidup yang tidak mati, maka
Allah akan bersama kita di mana saja kita menghadap dan berada. Dalam sebuah
hadis, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, "Barang siapa yang
berkata--yaitu apabila keluar dari rumahnya--"Bismillaahi tawakkaltu 'alallaahi wa
laa khaulaa wa laa quwwata illaa billaahi" (Dengan nama Allah
saya bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali
dengan Allah), dikatakan untuknya, "Engkau telah dicukupkan, engkau telah dijaga, engkau
telah diberi petunjuk, dan engkau akan disingkirkan dari setan. (HR
Tirmizi, Abu Daud, dan Nasai). Wallahu
a'lam.
Al-Islam,
Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Allah SWT berfirman, yang artinya, "Barang siapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan, memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan, barang
siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaaq: 2--3).
Dalam kitab tafsir disebutkan, sebab turunnya kedua
ayat di atas berkenaan dengan seseorang yang berasal dari Bani Asyja'. Ia
adalah orang miskin, memiliki banyak keluarga, dan anaknya ditawan kaum
musyrikin. Kemudian ia mendatangi Nabi saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah,
anakku ditawan kaum musyrikin dan sekarang ibunya dalam kegelisahan, lalu
apakah yang engkau perintahkan?" Rasulullah saw. berkata, "Bertakwalah
kepada Allah, bersabarlah dan perbanyaklah mengucapkan, 'Laa khaula wa laa
quwwata illaa billah' (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah)."
Maka, tidak lama kemudian, ia telah mendapati anaknya dibebaskan dan di tengah
jalan ia mendapatkan seekor unta yang ditawan musuh, maka turunlah kedua ayat
dari surah Ath-Thalaaq di atas guna menjelaskan bahwa barang siapa yang
bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan
mencukupkan atas apa yang menjadi kekhawatiran, kesedihan, dan kebutuhannya.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sesungguhnya tawakal kepada Allah SWT termasuk dari
buah iman yang paling besar. Tawakal juga sebab dari kemuliaan dan ketenangan
manusia. Dalam Alquran, kata tawakal disebut sebanyak 67 tempat, ini untuk
menjelaskan betapa pentingnya tawakal ini. Dan, tidaklah sebuah ayat yang
menyebutkan tawakal kecuali disertai dengan iman. Sebagai contoh, firman Allah
SWT, yang terdapat dalam surah At-Taghaabun, yang artinya, "Dan, hendaklah
orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja."(At-Taghaabun: 13). Begitu pula dalam
surah Al-Maaidah, yang artinya, "Dan, hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal,
jika kamu benar-benar orang yang beriman". (Al-Maaidah: 23).
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Karena itu, tawakal kepada Allah SWT merupakan
bagian dari akidah seorang mukmin kepada Allah SWT. Pemahaman yang benar
tentang tawakal menyatakan bahwa kita taat kepada Allah dan melaksanakan sebab
yang dituntut dari sebuah perbuatan. Sebagian orang mengira bahwa tawakal
adalah meninggalkan perbuatan dan tidak mengambil sebab. Ini adalah perkiraan
yang salah, ia mengatakan demikian karena ia tidak mengerti perkara akidah dan
tauhid.
Islam memuji orang yang bertawakal dan bekerja. Tawakal adalah tali yang
tergantung kepada Allah SWT dan amal yang berkaitan dengan anggota badan.
Sementara, dunia adalah sarana yang tidak ada tujuannya, karena itu kami
berkata, "Ya Allah janganlah engkau menjadikan dunia di hati kami, tetapi
jadikanlah ia di tangan kami."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sesungguhnya Rasulullah saw. yang mulia senantiasa
mengambil sebab yang dituntut. Sebagai contoh apa yang terjadi di Perang Ahzab,
setelah beliau melakukan persiapan, beliau menghadap Allah dan berdoa, yang
artinya, "Ya
Allah, yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, dan yang mengalahkan ahzab
(golongan yang bersekutu), kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas
mereka." (HR Bukhari dalam bab "Jihad dan Muslim"
dalam Jihad was Sair).
Seseorang datang kepada Nabi saw. dengan seekor unta dan berkata, "Ya
Rasulullah, apakah saya tinggalkan unta itu tanpa mengikatnya, kemudian saya
bertawakal?" Rasulullah saw. bersabda, "Ikatlah, kemudian bertawakallah"
(HR Tirmizi dari hadis Anas).
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ada perbedaan yang sangat jauh antara tawakkal dengan tawaakal. Tawakkal adalah
beramal, mengambil sebab, dan bersandar kepada Allah Azza wa-Jalla. Sementara, tawaakal adalah bersikap malas,
bersandar kepada yang lain, tidak bekerja (berproduksi), dan tidak mengambil
sebab. Allah SWT berfirman, yang artinya, "Dan, katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (At-Taubah: 105)
Umar bin Khattab r.a. telah menerapkan pemahaman tawakkal ini dalam perbuatannya. Lalu beliau mendapati sekelompok
orang yang bertawaakal yang mereka
itu bersikap malas, tidak bekerja, dan bersandar kepada yang lain. Beliau
berkata, "Saya melihat seseorang dan ia membuatku kagum. Tetapi, bila
kemudian seseorang berkata, 'Ia tidak bekerja,' jatuhlah ia di mataku."
Seseorang yang tidak bekerja, ia menjadi hina di hadapan Amirul Mukminin Umar
bin Khattab r.a.
Pada suatu hari, Umar bin Khattab r.a. menyaksikan sekelompok orang tengah
beribadah di masjid dan tidak bekerja. Khalifah Umar kemudian menanyakan
pekerjaan mereka. Mereka menjawab, "Kami adalah orang yang bertawakkal." Umar berkata,
"Tidak, tetapi kalian adalah orang yang bertawaakal." Umar kemudian menyegerakan mereka untuk bekerja
dengan tongkatnya. Ia berkata, "Orang yang bertawakkal adalah orang yang melempar bijinya di bumi dan bertawakkal kepada Allah. Maksudnya, ia
bekerja, kemudian bertawakal kepada Allah SWT.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Kepada orang yang takut tidak mendapatkan rezeki dan
tidak bertawakkal kepada Allah,
kepada para pekerja yang meninggalkan salat Jumat hanya karena tuannya tidak
mengizinkannya dan menyuruhnya untuk tetap bekerja, kami katakan kepada mereka,
"Di manakah tawakkal kepada Allah?"
Mereka menjawab, "Apabila kami menjalankan salat Jumat, pemimpin kami akan
memecat kami." Kami bacakan kepada mereka firman Allah dalam surah
Ath-Thalaaq, yang artinya, "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan, memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaaq: 2--3). Maka, apakah kita
meninggalkan firman Allah dan justru berpegang dengan perkatan seorang hamba?
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ketahuilah bahwa mencela, menggerutu, dan marah
ketika mencari pekerjaan bukanlah termasuk tawakal kepada Allah. Kepada para
pedagang dan pemilik harta, kami katakan, "Sesungguhnya tawakal kepada
Allah adalah belas kasihan kepada manusia dan tidak memeras mereka."
Sementara, kepada para pegawai dan karyawan, kami katakan, "Tawakal kepada
Allah adalah bersikap ikhlas dalam pekerjaan yang disyariahkan dan melaksanakan
kewajiban yang dibebankan di pundahknya tanpa pemihakan, menjilat, dan takut,
karena rezeki itu di tangan Allah dan Allah akan menjamin pembelaan orang
muslim. Seorang muslim yang benar, ia harus bertawakal kepada Allah semata.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Marilah kita menghafal, menjaga, dan
mengulang-ulangi sebuah hadis dari sahabat yang mulia, Abdullah bin Abbas,
semoga Allah meridai keduanya, berkata, "Pada suatu hari saya berada di
belakang Rasululullah saw., beliau kemudian bersabda, yang artinya, "Wahai anak
muda, sesungguhnya saya mengajarimu dengan beberapa kalimat, jagalah Allah,
niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya
berada di hadapanmu. Bila kamu meminta, mintalah kepada Allah. Bila kamu
memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa
meskipun sebuah umat itu telah berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu
dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat, kecuali dengan apa
yang telah dituliskan Allah untukmu. (Ketahuilah), meskipun mereka telah
berkumpul untuk memberikan madarat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak
bisa memberikan madarat dengan sesutu, kecuali dengan apa yang telah ditulislan
Allah untukmu. Pena itu telah diangkat dan buku itu telah kering."
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw. bersabda, "Jagalah Allah, niscaya engkau akan
mendapati-Nya berada di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Ia
akan mengenalmu di waktu sempit. Ketahuilah, apa yang luput darimu, ia tidak
akan menimpamu dan apa yang menimpamu, ia tidak akan luput darimu. Ketahuilah,
pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesempitan, dan
kesulitan itu besama kemudahan."
Marilah kita bertawakal kepada Allah Yang Maha Hidup yang tidak mati, maka
Allah akan bersama kita di mana saja kita menghadap dan berada. Dalam sebuah
hadis, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, "Barang siapa yang
berkata--yaitu apabila keluar dari rumahnya--"Bismillaahi tawakkaltu 'alallaahi wa
laa khaulaa wa laa quwwata illaa billaahi" (Dengan nama Allah
saya bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali
dengan Allah), dikatakan untuknya, "Engkau telah dicukupkan, engkau telah dijaga, engkau
telah diberi petunjuk, dan engkau akan disingkirkan dari setan. (HR
Tirmizi, Abu Daud, dan Nasai). Wallahu
a'lam.
Al-Islam,
Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as