Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    oliver cromwell

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    oliver cromwell Empty oliver cromwell

    Post by ratri Fri Jun 18, 2010 9:29 pm

    47 OLIVER CROMWELL 1599-1658



    Oliver Cromwell pemimpin militer yang brilian dan memikat yang mengepalai
    kekuatan parlementer dan mencapai kemenangan dalam perang saudara Inggris
    adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap terbentuknya demokrasi parlementer
    sebagai bentuk pemerintahan Inggris.

    Cromwell dilahirkan tahun 1599 di Huntingdon, Inggris. Selaku orang muda dia
    hidup di Inggris yang tercabik-cabik oleh pertentangan agama dan dipimpin oleh
    seorang raja yang percaya dan ingin mempraktekkan monarki absolut. Cromwell
    sendiri seorang petani dan tokoh pedesaan serta seorang puritan yang taat. Di
    tahun 1628 dia terpilih jadi anggota parlemen. Tetapi, jabatan ini sangat
    singkat dipegangnya karena pada tahun berikutnya Raja Charles I memutuskan
    membubarkan parlemen dan memerintah negeri sendirian. Tak sampai tahun 1640
    tatkala dia perlu uang untuk melancarkan perang terhadap Skotlandia, raja
    memanggil lagi parlemen baru. Parlemen baru ini yang Cromwell juga jadi
    anggotanya, minta jaminan kepastian dan perlindungan terhadap tidak kembalinya
    kekuasaan raja yang semau-maunya. Tetapi, Charles I keberatan berada di bawah
    kekuasaan parlemen. Apa daya? Satu-satunya jalan yang tersedia adalah perang,
    dan pecahlah perang itu tahun 1646, peperangan antara kekuatan antek raja dan
    yang pro parlemen.

    Cromwell berpihak pada yang pro parlemen. Kembali ke kotanya Huntingdon, dia
    membangun pasukan berkuda untuk menggempur raja. Selama perang yang berlangsung
    empat tahun, kemampuan militernya mendapat sorotan umum. Cromwell pegang
    peranan penentu, baik di pertempuran Marston Moor (2 Juli 1644) yang amat
    kritis dan merupakan titik balik peperangan, maupun dalam pertempuran yang
    menentukan di Naseby (14 Juni 1645). Di tahun 1646 perang berakhir dan Charles
    I dipenjara. Cromwell diakui sebagai jendral paling sukses dari pihak golongan
    pro parlemen.

    Tetapi, perdamaian penuh tidak juga datang karena golongan pro parlemen
    terpecah-pecah dalam fraksi-fraksi yang secara mendasar saling berbeda tujuan.
    Raja mengetahui perpecahan ini, karena itu dia menghindar dari penyelesaian
    damai. Dalam tempo setahun, perang saudara kedua pecah lagi disertai segera
    lolosnya Charles I dan percobaannya menghimpun pasukan pendukungnya. Hasil dari
    konflik baru ini adalah kekalahan pasukan Raja Charles I oleh gempuran
    Cromwell, mengikis orang-orang yang berpendirian moderat di parlemen dan
    menghukum mati Raja Charles I di tahun 1649 bulan Januari.

    Inggris kini menjadi republik (disebut "Conmmonwealth"),
    diperintah untuk sementara oleh Dewan Negara, yang diketuai Cromwell. Tetapi,
    golongan pro kerajaan segera dapat menguasai Irlandia dan Skotlandia dan beri
    dukungan kepada putera men diang Raja Charles II di masa depan.

    Hasilnya adalah pendudukan yang berhasil atas Irlandia dan Skotlandia oleh
    pasukan Cromwell. Rangkaian pertempuran yang panjang berakhir tahun 1625 dengan
    kekalahan mutlak para pendukung raja.

    Perang sudah rampung, kini tiba waktunya untuk mendirikan suatu pemerintahan
    baru. Tetapi, masih ada sisa masalah mengenai bentuk pemerintahan yang konstitusional
    yang harus dijelmakan. Masalah ini tak pernah terpecahkan selama Cromwell masih
    hidup. Jendral-jendral puritan telah mampu memimpin pertempuran yang membawa
    kemenangan bagi mereka yang menentang monarki absolut. Tetapi, baik kekuatan
    maupun prestisenya tidak cukup trampil menyelesaikan konflik sosial diantara
    pendukungnya dan tak berhasil mengajak mereka menyepakati konstitusi baru,
    karena konflik ini telah kait-berkait dengan konflik agama yang memecah
    penganut Protestan dan golongan lain, juga dengan kaum Katolik Romawi.

    Tatkala Cromwell berada diatas tampuk kekuasaan, sisa parlemen tahun 1640
    sedikit sekali jumlahnya, tidak representatif, minoritas yang ekstrim yang
    disebut "Rump." Langkah pertama yang ditempuh Cromwell ialah
    melakukan penjajagan untuk suatu pemilihan umum baru. Ketika usaha penjajagan
    itu gagal berantakan, dia membubarkan "Rump" dengan kekerasan (ini
    terjadi bulan April tahun 1653). Sejak itu hingga wafatnya Cromwell tahun 1658,
    ada tiga parlemen yang berbeda-beda terbentuk dan dibubarkan. Dua macam
    konstitusi disepakati, tetapi tak satu pun berfungsi sebagaimana mestinya.
    Sepanjang periode ini, Cromwell memerintah atas dukungan Angkatan Bersenjata.
    Akibatnya, dia menjadi diktator militer. Tetapi, percobaannya yang berulang kali
    melaksanakan praktek-praktek demokratis dan juga penolakannya atas tawaran
    tahta yang diusulkan buatnya, jelas menunjukkan bahwa kediktatoran bukanlah
    sesuatu yang dicari dan dikehendakinya. Ini dipaksakan kepadanya oleh
    ketidakmampuan para pendukungnya dalam hal mendirikan sebuah pemerintahan yang
    berjalan sebagaimana mestinya.

    Dari tahun 1653 sampai 1658, Cromwell, dengan gelar Lord Protector (Sang
    Pelindung), jadi penguasa Inggris, Skotlandia dan Irlandia. Selama lima tahun
    itu, Cromwell membuat Inggris punya pemerintahan yang secara umum baik dan
    administrasi berjalan sebagaimana mestinya. Dia memperbaiki pelbagai rupa hukum
    yang tak genah dan dia mendukung sektor memajukan pendidikan. Cromwell seorang
    yang punya toleransi terhadap agama, dia ijinkan orang-orang Yahudi kembali
    menetap di Inggris dan mengamalkan ibadat menurut kepercayaannya. (Mereka
    terusir dari Inggris tiga abad lamanya oleh Raja Edward I). Cromwell juga
    menjalankan politik luar negeri yang berhasil. Dia meninggal di London tahun
    1658 akibat serangan malaria.

    Anak sulung Cromwell, Richard Cromwell, menggantikan sang bapak tetapi cuma
    sebentar memerintah. Tahun 1660 Charles II dinaikkan kembali ke atas tahta.
    Sisa-sisa pengikut Cromwell dibabat habis dan digantung mati sampai lidahnya terjulur.
    Tetapi, usaha penumpasan macam apa pun yang dilakukan, upaya balas dendam yang
    bagaimanapun berkobarnya tidaklah mungkin bisa menutupi fakta bahwa perjuangan
    mati-matian demi adanya suatu monarki absolut sudah musnah. Charles II
    menyadari hal ini, karena itu dia tidak mencoba melawan keunggulan parlemen.
    Tatkala penggantinya, James II, mencoba mengembalikan sistem monarki absolut,
    dia segera digulingkan lewat revolusi tak berdarah tahun 1688. Hasil yang
    tampak adalah persis seperti apa yang diinginkan oleh Cromwell di tahun 1640,
    yaitu suatu monarki konstitusional dimana raja jelas berada di bawah parlemen
    dan menghormati lembaga itu, serta negara menganut politik bertoleransi
    terhadap semua agama.

    Selang tiga abad sesudah wafatnya, watak Oliver Cromwell telah menjadi bahan
    perselisihan pendapat. Sejumlah kritikus menyebutnya seorang munafik seraya
    menunjuk contoh bukti betapa dia senantiasa mendambakan keunggulan parlemen
    tetapi pada saat berbarengan dia senantiasa menuntut kekuasaan eksekutif di satu
    tangan. Jadi, pada hakekatnya dia mendirikan suatu sistem diktator militer.
    Tetapi, sebagian terbesar pandangan melihat bagaimanapun juga pengabdian
    Cromwell untuk kehidupan demokrasi sangat jujur dan bersungguh-sungguh meski
    keadaan yang tidak bisa diatasinya memaksa ia untuk bertindak keras dan
    diktatorial. Telah diamati mereka bahwa Cromwell tidak pernah plintat-plintut,
    dan juga tak pernah ia menerima tawaran duduk di tahta atau mendirikan
    kediktatoran yang bersifat permanen. Pemerintahannya senantiasa bersifat
    moderat dan penuh toleransi.

    Bagaimana kita bisa menyimpulkan pengaruh Cromwell secara keseluruhan dalam
    sejarah? Arti penting utamanya, tak syak lagi, dia seorang pemimpin militer
    yang brilian, mampu mematahkan kekuatan kerajaan dalam perang saudara Inggris.
    Sebelum Cromwell tampil di gelanggang, keadaan kekuatan parlemen berada dalam
    tingkat keburukan yang terendah, karena itu dapatlah dibilang kemenangan
    terakhir tak akan pernah terjadi tanpa kehadiran Cromwell. Hasil kemenangan
    Cromwell adalah membikin semakin mapan dan kuatnya pemerintahan demokratis di
    Inggris.

    Ini jangan dianggap sepele. Ini tidak bisa terjadi begitu saja dalam keadaan
    biasa. Di abad ke- 17, hampir seluruh Eropa bergerak ke arah sistem monarki
    absolut. Kemenangan demokrasi di Inggris merupakan hal yang berlawanan dengan
    arus yang sedang deras-derasnya mengalir. Di tahun-tahun sesudahnya, contoh
    kehidupan demokrasi di Inggris merupakan faktor pendorong bagi gerakan
    pembaharuan di Perancis dan sekaligus Revolusi Perancis dan berbarengan dengan
    itu menjelmanya pemerintahan-pemerintahan demokratis di Eropa. Dan tak dapat
    disangkal, kemenangan kekuatan demokratis di Inggris memegang peranan penting
    berdirinya sistem pemerintahan demokratis di Amerika Serikat dan lain-lain
    daerah jajahan Inggris seperti Kanada dan Australia. Kendati Inggris sendiri
    menduduki hanya sebagian kecil dari daerah dunia, demokrasi menjalin pengaruh
    ke daerah-daerah lain yang lebih-luas.

    Oliver Cromwell bisa ditempatkan lebih tinggi kedudukannya dalam urutan
    daftar buku ini, kecuali hampir semua penghargaan bagi pendirian sistem
    demokrasi di Inggris dan Amerika Serikat harus dipersembahkan kepada filosof
    John Locke. Sedikit sulit menetapkan arti penting relatif buat Cromwell yang
    pada hakekatnya adalah orang lapangan yang bertindak sedangkan Locke adalah
    seorang penggagas ide-ide. Tetapi, diukur dari iklim intelektual jaman Locke,
    ide politik yang serupa akan juga segera muncul meskipun andaikata Locke tidak
    pernah hidup. Sebaliknya, kalaulah tak ada Cromwell, besar kemungkinan kekuatan
    parlemen tidak akan mampu mengalahkan kekuatan kerajaan dalam perang saudara
    Inggris.

    Situs Web




      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 9:01 pm