Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    di bening persahabatan

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 37
    Lokasi : Malang-Indonesia

    di bening persahabatan Empty di bening persahabatan

    Post by admin Tue Jun 15, 2010 12:47 pm

    Di Bening Persahabatan



    "Tika! Sudah siap belum?"
    Teriakan Raka dari bawah balkon terdengar. Gadis tujuh belas tahun itu
    buru-buru meraih sepatu ketsnya. Kalau dia tidak turun ke bawah dalam lima
    menit, bisa-bisa si Bangor itu ngomel panjang lebar.

    "Tikaaa….!!!"

    Yang punya nama melongokkan kepalanya ke bawah. Satu telunjuknya menempel di
    bibir. Sekali lagi Raka teriak, Papa yang lagi sakit gigi bakal ngedamprat
    cowok satu itu habis-habisan.

    "Mam, pergi dulu, ya?" Tika mencolek bahu Mama. Wanita setengah baya
    yang masih cantik itu mengangguk.
    "Sama Raka kan?" Tika membenarkan.

    Mama menarik nafas lega. Kalau Tika jalan dengan kawalan Raka yang berbadan
    besar itu, rasa-rasanya tak ada yang perlu dikhawatirkan. Mereka sudah berteman
    baik, tapi … mereka pacaran! Namun, kala disinggung, Tika selalu
    mengelak.

    "Ihh.. Mama … kita kan cuma temenan!"
    Begitu dalih putri tunggalnya itu setiap Mama dan Papa meledek. Lalu … apa
    benar hubungan keduanya tak lebih dari itu? Mama tak bisa menebak.
    ***

    "Tika, hari Minggu mau ke mana?"
    Raka menjawil bahu Tika. Saat itu mereka lagi nongkrong di kantin. Asyik
    menikmati air kelapa muda.

    "Enaknya ke mana ya, Ka? Gue lagi malas joging. Eh kita ngamen, yuk?"
    Raka mengucek poni Tika gemas. Ini anak … ada saja ide gilanya! "Katanya
    mau mulai alim, biar kayak Mbak Ratna!? Masa sekarang pengen ngamen sih?"

    Tika kena batunya. Yang disebut Mbak Ratna itu kakak kelas mereka, aktivis
    rohis yang dihormati Tika karena keanggunan dan sikap bijaksananya.

    Tapi … lagi-lagi Tika selalu bisa berkelit.
    "Eh, emangnya kenapa? Sekali-kali punya kegiatan berbeda dong! Lagian,
    ngamen hari Minggu kan enak. Kagak ada pelajarnya. Namanya juga cari nafkah.
    Yang penting halal! Kali aja dapat uang lebih gede!" dengus Tika cuek.

    "Ah .. mending lo gue kasih noban deh, gratis daripada ngamen! Gue aduin
    Mama,lho!"
    "Aduin aja! Paling doi minta ikutan! He he he!" Gadis kelas dua es em
    u itu malah menantang.

    Raka lagi-lagi geleng kepala. "Gue serius, soalnya gue mau naik gunung
    hari Sabtu. Mau ikut?"
    "Sama siapa lagi? Lo ajak si Koko sama Ari deh. Nanti gue ajak si Laras.
    Gue ingin kenalin, tuh anak, sama ulet bulu! He he he .." Raka memandang
    Tika serius.

    "Kalo berdua memangnya kenapa? Gue kan cowok baik-baik lagi!" suara
    Raka tegas. Tika menghentikan kesibukannya mengunyah kelapa muda.

    "Tapi .. kayaknya nggak bisa Ka, anak-anak rohis mau bikin acara rujakan
    sambil silatulrahmi dengan anak kelas satu. Eh, lagian, kalau jauh gitu jangan
    cuma berdua Ka, nggak enak. Entar kita dikira pacaran lagi!"

    Deg! Dada Raka berdetak. Pacaran?

    Sejauh ini memang banyak yang mengira mereka berdua pacaran. Hampir nggak ada
    yang percaya sama penjelasannya bahwa dia dan Tika cuma teman baik.

    Si koko misalnya, berkali-kali dia meledeknya sebagai cowok yang setia."Setia
    nih ye.. lo nggak bosen bareng Tika doang selama bertahun-tahun ini?"
    Atau..
    "Gile lo Ka, awet ama sih sama si Tika!"
    "Apa sih resepnya bisa nggak putus-putus selama lima tahun lebih?"

    Resepnya? Waktu itu Raka cuma menyahut asal, "Supaya nggak putus-putus?
    Jangan jadian dong! Pasti nggak bakal putus!"

    Tapi, tetap nggak ada seorang teman pun yang percaya. Setelah beberapa kali
    mencoba menjelaskan, akhirnya Raka menyerah. Membiarkan orang-orang sekitar
    mereka yang menganggap mereka pacaran.

    Hal serupa menimpa Tika. Gadis imut itu juga sering mendapat pertanyaan serupa.
    Tapi bukan Tika kalau tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan
    padanya dengan baik.
    "Tik, lo benar ya, pacarnya Raka?"
    Waktu Nona nanya begitu, Tika langsung pasang muka misterius.

    "Nona pengen tahu?"

    Dan si gadis hitam manis itu pun mengangguk. Tika langsung menadahkan
    tangannya, sambil pasang muka melas, "Cepek dulu dong!"

    Kali yang lain si rese Laras yang penasaran. "Tik, serius nih. Gue naksir
    sama Raka. Jadi gue perlu tahu dia pacar loe apa bukan?"
    Tika sengaja diam. Dan Laras harus mengulang pertanyaannya tiga kali sebelum
    mendapat jawaban dari gadis itu.

    "Nngg .. jawabannya multiple choice. Lo pilih sendiri aja, ya? a. pacaran
    b. hampir pacaran c. tunangan d. suami-istri, e. bukan salah satu di atas.
    Nggak usah buru-buru jawabnya Ras. Soalnya nggak ada hadiahnya, kok!"

    Begitulah, baik Tika maupun Raka membiarkan orang sekitar mereka bingung dengan
    kedekatan keduanya. Sebetulnya, dahulu mereka sudah pernah menjelaskan, kalau
    Tika dan Raka cuma sohib baik doang. Eh, begitu mereka menjelaskan yang benar,
    justru banyak yang nggak percaya. Capek, akhirnya kedua anak muda itu malah
    jadi suka asal kalau ada yang menanyakannnya.

    Mereka memang bukan sepasang sejoli. Setidaknya belum. Tapi …, entah mengapa,
    baik Tika maupun Raka belum ada yang kecantol orang lain. Jadi… sebetulnya,
    gimana sih perasaan keduanya?


    Ide itu akhirnya muncul begitu saja. Anehnya, bukan dari Tika yang biasanya
    suka mengeluarkan ide-ide aneh, tapi justru dari Raka. "Tik, kita
    pura-pura pacaran aja, yuk?"
    Tika sempat bingung.
    "Kamu kenapa sih, Raka? Kok, tiba-tiba aneh begitu?"

    Raka mengangkat bahu.

    "Ya, kita coba saja, cuma pura-pura ini. Masalahnya, kayaknya cuma kita
    doang, deh yang belum pacaran. Temen-temen yang lain sudah punya
    gandengan."

    Tika yang akhir-akhir ini dekat dengan Mbak Ratna, ketua keputrian mereka
    sebetulnya merasa agak nggak enak. Nggak pacaran saja sudah sering mendapat
    tausiyah karena bersahabat dengan Raka.

    "Biar bagaimanapun Tika …" ucap Mbak Ratna suatu hari padanya,
    "sulit sekali menemukan persahabatan yang tulus dengan lawan jenis.
    Percaya deh, sama Mbak!"

    Waktu itu Tika berdalih,"Sulit bukan berarti nggak bisa kan Mbak? Siapa
    tahu Raka termasuk sahabat yang sulit dicari itu!"

    Dan Mbak Ratna harus menarik nafas panjang menghadapi sikap keras kepala adik
    kelasnya itu.

    Buat Tika, dibalik sikapnya yang cuek bebek itu, sebetulnya dia menghargai
    anak-anak rohis, dia bahkan ingin suatu hari bisa benar-benar menjadi salah
    satu diantara mereka. Tetapi, kalau itu berarti harus menjauhi Raka, kayaknya
    kok, nggak adil.

    Agar tidak memutuskan hubungan persahabatannya dengan Raka, belakangan dia
    menyuruh cowok itu ikutan aktif di rohis. Minimal datang sebulan dua kali
    bertepatan dengan acara pengajian gabungan. Dan Raka menuruti permintaan Tika.
    Nah, kalau sekarang mereka pura-pura pacaran? Kan berabe?
    Raka masih menunggu jawabannya.
    "Mau, ya? Cuma pura-pura ini!"
    Meski masih ragu, Tika akhirnya mengiyakan. Mungkin nggak buruk-buruk amat
    kali, ya?

    Maksud Tika, seneng juga kan bisa ngerjain temen-temen mereka yang selama ini
    suka ingin tahu. Wajah kocaknya muncul. "Sebetulnya .. kenapa sih, orang
    harus pacaran, Ka?"
    Raka menggeleng lagi.
    "Gimana, setuju nggak?!"
    Dan sore itu … mereka akhirnya sepakat pura-pura jadian. Pacaran!


    Berita peresmian hubungan mereka berdua, memang tidak terlalu mengejutkan.
    Banyak teman yang mengira selama ini mereka memang pacaran. Cuma masalah waktu
    sebelum diproklamirkan. Dan mereka gembira, karena Tika dan Raka amat kelihatan
    serasi. Satu-satunya yang bersedih adalah kelompok anak-anak rohis. Termasuk
    mbak Ratna.

    Sebetulnya Tika mau menjelaskan, bahwa semua itu cuma pura-pura. Bahwa
    persahabatannya dengan Raka masih sebening dulu, tetapi Raka melarangnya.

    "Nggak usah deh, Tik! Nanti malah bocor sama teman-teman yang
    lain!"
    Ya sudah, akhirnya dia memilih diam.

    Terus, adakah yang berubah dalam hubungan mereka berdua? Sebagai pacar
    (pura-pura), Raka merasa harus melakukan apel alias wakuncar tiap malam Sabtu.
    Juga mengajak Tika ke tempat-tempat yang lebih romantis. Nonton misalnya.

    Di hadapan teman-teman lain, Raka juga berusaha agar terlihat lebih mesra.
    Sesekali dilingkarkannya tangannya ke bahu Tika, atau menggandeng tangan gadis
    itu.

    Sebetulnya sih, sebelum perjanjian ini, Tika merasa biasa-biasa saja jika
    terjadi kontak fisik dengan Raka, tapi sekarang… rasanya kok, jadi beda. Apa
    Raka merasakan hal serupa? Tika nggak tahu.

    Buntut-buntutnya, Tika merasa agak malas jalan bareng Raka yang lebih romantis
    itu tidak membuat perasaannya nyaman. Bahkan, seakan mereka tidak lagi cuma
    pura-pura.

    Tidak ada lagi dialog-dialog santai. Raka juga memintanya tampil lebih feminin
    jika mereka bepergian, katanya biar nggak dikira jalan sama teman atau
    adik.

    Gadis tujuh belas tahun itu akhirnya merasa terikat dan banyak diatur oleh
    Raka. Dan sekarang … Raka menunggunya di bawah. Apa yang sebaiknya dia lakukan,
    ya? Menghilang?

    Hus! Tika kan bukan nenek sihir! Panggilan Mama berkali-kali tak dihiraukannya.
    Dan, ketika Mama muncul dikamarnya, dia tak bisa menghindar.
    "Aduh .. anak manis! Ditunggu Raka di bawah kok, diam saja! Katanya mau ke
    ulang tahun teman?!"
    Tika tak bergerak. Masih meringkuk di bawah kemulan hangat selimutnya.
    "Tik .. Tika.. kamu nggak apa-apa kan?"

    Pertanyaan Mama malah memberi ide padanya,"Kayaknya Tika nggak enak badan
    deh, Ma!" katanya.

    Lho? Gantian Mama yang bingung. Sebab seharian ini, anak itu kelihatan
    lincah-lincah saja. Jangan-jangan ada hubungannya dengan Raka sebelum cowok itu
    datang, putri tunggalnya itu kelihatan sangat sehat dan bersemangat.

    "Tik .. kalau kamu memang sakit, nggak masalah. Mama bisa kasih pengertian
    kepada Raka. Tapi .. kalau kamu melakukan ini karena punya masalah dengan Raka
    sebaiknya diselesaikan. Jangan dihindari!"

    Hmm .. tampaknya pendapat Mama ada benarnya. Berpikir begitu, membuat Tika
    bangkit dari tempat tidurnya. Gadis manis itu mulai bersiap.

    Pesta ulang tahun teman sekelas Raka sama sekali tidak menarik minat Tika.
    Gadis itu lebih banyak melamun selama acara berlangsung. Hatinya sebal karena
    sikap Raka yang jadi berlebihan dimatanya. Berlagak mesra, ihh!
    Kenapa ya, si Raka seperti menjiwai banget? Padahal mereka kan cuma pura-pura
    pacaran?

    Syukurlah, akhirnya Raka ikut menyadari dan mengajak Tika pulang lebih cepat.
    Meski sebetulnya dia lebih suka berada di sana lebih lama dengan Tika.

    "Tik, mampir ke Pak Kumis dulu, ya? Mama tadi nitip bakso."
    Suara Raka diselingi getaran mesin mobil. Tika yang sudah tidak bersemangat hanya
    mengangguk.

    Sambil menunggu pak Kumis membuatkan bakso, baik Raka maupun Tika tak banyak
    bersuara. Mereka menikmati kediaman yang tiba-tiba terjadi. Lalu, tanpa ditebak
    sebelumnya, Raka meraih kedua tangan Tika dan menatap gadis itu tajam. Mau
    nggak mau Tika jadi salting!.

    "Ka .. kenapa sih?" suara Tika heran.

    Raka tak menjawab keheranan Tika. Cowok itu sendiri tak mengerti kenapa dia
    bersikap demikian. Yang dia lakukan cuma menuruti dorongan hati. Tiba-tiba saja
    dia merasa ingin dekat dengan Tika, ingin menyentuhnya.

    Lalu sekali lagi, dorongan hati itu pula yang membuat Raka mendekatkan wajahnya
    ke wajah Tika.
    Mendapat agresi yang tiba-tiba .. Tika hampir menjerit.

    Wahh, kacau, Raka seperti kehilangan kontrol dan ketenangan yang selama ini dimilikinya.
    Sekuat tenaga gadis manis itu mendorong Raka. Langkah berikutnya? Tika kabur,
    berlari menjauhi mobil sohib baiknya itu. Meninggalkan Raka yang termangu di
    dalamnya.

    Masa bodoh! Lebih baik dia naik bis pulang, daripada bersama Raka dengan sikap anehnya
    itu!

    Di dalam bis patas AC, gadis itu merayapi jalan-jalan yang dilaluinya.
    Sementara hatinya merenungi jalinan persahabatan yang telah dibinanya sekian
    tahun bersama Raka. Seharusnya mereka cuma bersahabat, selamanya sahabat.
    Kenapa jadi begini?

    Tika mengoreksi dirinya. Benarkah mustahil bersahabat dekat dengan lawan jenis
    tanpa pamrih? Tanpa harus menjurus-jurus dalam kedekatan antara cowok dan
    cewek? Sepenuhnya persahabatan yang bening?

    Ahh… barangkali perkataan Mbak Ratna benar. Hal itu amat sulit ditemui!
    Buktinya, Raka yang telah tahunan dikenalnya bagai mengenal telapak tangannya
    sendiri bisa berubah. Bisa kehilangan kendali. Bisa tergoda… setan?!.

    Kalau hal serupa terjadi lagi, akan cukup beruntungkah dia menyelamatkan diri?
    Menjaga kehormatannya sebagai Muslimah seperti sering didengarnya dalam
    kajian-kajian rohis?
    Saat kata Muslimah itu bergaung di telinganya, Tika melihat bayangan dirinya di
    kaca jendela.

    Muslimah! Mulianya kata itu! Sungguh amat tak pantas disandangnya …setidaknya
    saat ini.

    Tika melirik bajunya yang minim memperlihatkan jenjang kakinya yang telanjang.
    Lalu belahan dada yang rendah. Rambutnya yang dirangkai ke atas, membuat leher
    jenjangnya terlihat jelas.

    Barangkali … tidak sepenuhnya salah Raka! Cowok itu cuma memanfaatkan
    kesempatan! Tapi Dia? Dia merencanakan seluruh detail penampilan yang menggoda
    ini.

    Layak kah dia berjejer bersama Muslimah lain dengan keanggunan mereka? Dengan
    jilbab rapi membalut tubuh?

    Ahh … tiba - tiba Tika ingin menangis.

    Bis yang ditumpanginya tetap bergerak, seiring dengan malam yang terus merayap
    pelan. Sementara itu Tika membiarkan air mata kesadaran membasahi kedua
    pipinya.

    Mulai besok dia akan berubah. Ya, dia akan menjadi Muslimah yang lebih baik.
    Batin Tika berkali-kali dengan wajah basah air mata.
    Ketika akhirnya bis yang ditumpanginya berhenti di depan rumah, butiran bening
    itu masih mengalir deras. Tika sama sekali tidak berusaha menghapusnya. Karena
    dia tahu, tiap butir air mata yang jatuh .. menyiratkan hasrat dan semangat
    untuk hijrah!!!.

    sumber
    : moslemworld.co.id



    ==============================================
    Dapatkan cerita - cerita islam menarik di http:// agusw.cjb.net
    menebar SENYUM merajut UKHUWAH
    ------------------------------------------------------------

      Waktu sekarang Fri Nov 22, 2024 6:26 pm