Pasangan Jiwa
Sumber:Sabili
Andri telah beranjak dewasa. Sudah saatnya ia
mencari gadis yang baik untuk dijadikan istri. Tapi sampai saat ini, ia belum
juga berhasil. Bukan suatu hal yang aneh. Ia memang terlalu mempertimbangkan
bibit-bebet-bobot calon istrinya. Maka, saat Musim panas mulai bertiup, Andri
melakukan perjalanan ke Yogya. Di tengah perjalanan, Andri memutuskan untuk
beristirahat di sebuah Rumah penginapan yang berada di Sekitar Malioboro.
Kebetulan ia bertemu dengan teman sekolahnya dulu. Maka Andri tak segan untuk
menceritakan maksud perjalanannya itu. Seperti gayung bersambut, temannya
menyarankan Andri untuk mencoba melamar anak gadis keluarga Surya.
Menurut temannya itu,keluarga Surya adalah keluarga yang status sosial
ekonominya sederajat dengan Andri. Lagipula, gadis itu sangat cantik dan
terpelajar. Andri girang bukan main.Sebelum berpisah, teman Andri berjanji
untuk mempertemukannya dengan'Pak Comblang' dari keluarga Surya , esok pagi.
Pak Comblang inilah yang akan meneruskan data pribadi Andri kepada gadis
tersebut. Bila keluarga itu berkenan menerimanya, maka Andri akan segera
berkenalan, sebelum lamaran resmi atau khitbah diajukan.
Kegembiraan yang meluap-luap memenuhi rongga dada Andri. Dibentangkannya
sajadah, lalu ia mulai sholat istikhoroh. Baru kali ini Andri merasa
melakukannya dengan sepenuh hati, dengan kepasrahan yang murni ... Ah. Tak
terasa air mata Andri berjatuhan. Diam-diam menyelinap suatu penyesalan. Mengapa
ia baru bisa khusyu' dan dapat merasakan ikatan yang erat dengan Allah, ketika
ada masalah berat dan serius yang harus ia hadapi ? ...Waktu subuh belum lama
berlalu, namun Andri telah bersiap untuk pergi menemui Pak Comblang. Makin
cepat makin baik, pikirnya. Di bawah sinar bulan sabit yang kepucatan, Andri
bergegas menuju tempat itu. Fajar belum juga merekah ketika Andri sampai di
tempat yang dijanjikan. Sepi sekali. Nyanyian jangkrik perlahan menghilang.
Andri benar-benar sendirian. Di tengah kegamangan hatinya, Andri mencoba
mengitari bangunan itu. Seperti sebuah musholla kecil. Cahaya lilin yang
memantul di sela-sela kaca jendela, membangkitkan rasa ingin tahunya. Andri
berjingkat ke arah jendela. Ditempelkan matanya ke celah-celah ...
"Hei, masuklah!"
"Jangan mengintip seperti itu!"
Andri tersentak. Rasa malu, kaget dan takut berbaur menjadi satu.
"Ayo, masuklah. Jangan takut!"
Suaranya lebih lembut namun tetap berwibawa. Andri ragu-ragu. Tetapi rasa ingin
tahu sedemikian menyerbunya. Akhirnya ia memberanikan diri melangkah ke dalam.
"Kemarilah!" ajaknya tanpa melihat muka Andri. Andri memperhatikan
dengan penuh seksama. Laki-laki itu belum terlalu tua, tapi wajahnya
memancarkan kebaikan yang seolah-olah bersumber dari seluruh aliran darahnya.
Bijak, arif, lembut namun tegas. Tentulah ia pengemban amanah yang luar biasa,
pikir Andri. Laki-laki itu duduk di atas permadani sambil membaca sebuah buku.
Lalu ia berkata perlahan: "Belum saatnya Andri .... Belum
saatnya."Andri menatap wajahnya dengan penuh kebingungan.
Lalu laki-laki itu kembali melanjutkan. Kali ini ditatapnya Andri dengan
ketajaman jiwa. "Kau tahu? Semenjak seseorang ada dalam kandungan ibunya,
Allah Ta'ala telah menetapkan 3 hal untuknya. Kau sudah tahu bukan! Salah satu
di antaranya adalah jodohnya.. pasangan hidupnya." "Hmmmm.....
seperti benang sutera." "Ya, seperti benang sutera yang diikatkan di
antara mereka berdua. Kepada kaki laki-laki atau bayi perempuan yang lahir dan
ditakdirkan berjodohan satu dengan yang lainnya. Begitu simpul diikatkan, maka
tak ada suatu hal pun yang dapat memisahkan mereka." "Salah seorang
diantara mereka mungkin saja berasal dari keluarga yang miskin, sedang yang
lainnya dari keluarga yang kaya. Atau mereka terpisah bermil-mil jaraknya, bahkan
mungkin ada yang berasal dari dua keluarga yang saling bermusuhan. Tapi pada
akhirnya, bila saatnya telah tiba, mereka akan menjadi suami istri. Tak ada
suatu hal pun yang dapat mengubah takdir itu." Laki-laki itu terdiam
sesaat. Andri kini sudah sepenuhnya duduk terpekur di hadapannya. Kalimat demi
kalimat disimaknya dengan seksama.
"Jodoh adalah masalah yang paling ajaib dan paling gaib. Suatu rahasia
kehidupan yang tak akan pernah tuntas untuk dimengerti. Bayangkan. Duaanak yang
berbeda, tumbuh di lingkungannya masing-masing. Sebagian besar mungkin tidak
menyadari kehadiran satu dengan lainnya. Tapi bila saatnya tiba, mereka akan
bertemu dan mengekalkan ikatannya dalam tali pernikahan." "Kalau ada
wanita atau laki-laki lain yang muncul diantara keduanya, ia akan terjatuh. la
tak akan mampu melewati bentangan tali sutera yang telah diikatkan pada mereka.
Ah, kau pasti pernah melihat orang yang patah hati bukan? Hhh, sebagian orang
yang bodoh dan tak kuat menahan cobaan, memilih mati daripada patah hati. Bukan
takdir yang memilihnya untuk bunuh diri. Itu pilihannya sendiri, ia cuma tak
sabar menanti saat pertemuan itu datang.""Ketahuilah,Andri. Masalah
jodoh adalah rahasia Allah. Kau harus dapat berdamai dengan
takdirmu.""Bagaimana dengan aku!" sela Andri. "Apakah aku
akan berhasil menikah dengan anak gadis dari keluarga Surya? Apakah ia
takdirku?" tanyanya tak sabaran. Laki-laki itu tersenyum. "Belum
saatnya Andri.
Belum saatnya. Suatu saat nanti, kau akan menikah dengan seorang gadis
shalihat, cantik dan pintar. Pun dari keluarga yang terhormat. Kelak, setelah
menikah, kalian akan mempunyai anak laki-laki. Dan anakmu akan menjadi pedagang
yang terpelajar. Ia dermakan kekayaannya untuk agama Allah. la juga akan
menjadi anak yang senantiasa memelihara kedua orang tuanya. Meskipun kalian
sudah tua renta nanti. Hal ini tak lepas dari peranan ibunya dalam mendidik
anak itu." "Tapi itu nanti. Bila calon istrimu telah mencapai usia 17
tahun. Sayangnya, saat ini dia masih berumur 7 tahun." "Hah!"
Andri kebingungan. "Jadi saya harus membujang selama 10 tahun ?!"
Andri menatap tak percaya. Ia berharap semua hanya kemungkinan karena ia salah
dengar saja. Andri mencari kesungguhan di sana. Tapi semua sia- sia. Air muka
laki-laki itu tak berubah sedikit pun. Dan Andri menyadari semua adalah
kebenaran. "Kalau begitu, di mana dia sekarang? Dimana saya dapat menemui
calon istri saya? Tolonglah?!" Andri memohon padanya. "Oh, gadis itu
tinggal dengan wanita penjual sayur. Tak jauh dari sini. Setiap pagi, wanita
itu datang ke pasar dan menjajakan sayurannya di sebelah kios ikan."
Kukuruyukkkkk ... !! Suara nyaring ayam jantan memecah keheningan. Andri
tersentak. Kukuruyukkkkk...! ! Kokok nyaring ayam jantan membangunkan Andri
dari tidurnya. Ah, rupa-rupanya ia tertidur di atas sajadah. Alhamdulillah,
waktu subuh belum habis. Andri bersegera mengambil wudhu. Sehabis sholat subuh,
Andri kembali teringat mimpinya. Seolah semua menjadi teka-teki. Andri belum
tahu apakah harus menganggapnya sebagai jawaban atas sholat istikhorohnya atau tidak.
Untuk menyingkap tabir mimpi itu, cuma ada satu cara yang bisa dilakukannya:
mencari gadis kecil yang katanya calon istrinya itu! Lalu Andri pun bergegas ke
pasar terdekat. Sepanjang jalan ia berdoa dan berjanji. Berdoa agar calon
istrinya memang benar-benar baik
bibit, bebet dan bobotnya. Sebagaimana telah diisyaratkan dalam mimpi. Dan
berjanji untuk menerima takdirnya dan berusaha menjadi muslim yang baik. Lebih
baik dari kualitasnya sekarang.
Fajar telah lama merekah saat Andri tiba di sana. Orang-orang mulai melakukan
kegiatannya. Pembeli mulai berdatangan. Ramai. Namun belum seramai satu jam
yang akan datang. Maka Andri lebih leluasa untuk mengamati sekitarnya. Matanya
berkeliling mengitari pasar, lalu tertumbuk pada sosok kecil di samping kios ikan.
Wanita itu tua, kotor, lusuh. Kumal. Rambutnya telah keabu-abuan. Dengan
sebelah mata tertutup lapisan katarak, ia duduk di selembar alas sambil
menggendong bocah kecil di dadanya.
"Oh, tidak!! Bagaimana mungkin?! Ini
pasti kekeliruan!"Andri menatap kembali bocah terlantar yang kurus kering
itu. Hatinya hancur. Ah, mimpi semalam benar-benar hanya bunga tidur. Andri
kembali ke penginapannya dengan hati lesu. Kali ini bukan saja ia kecewa karena
calon istrinya ternyata hanya seorang bocah gelandangan, tapi juga karena 'Pak
Comblang' dari keluarga Surya tidak datang pada pertemuan yang ia janjikan.
Tanpa suatu penjelasan apapun. Ah, sudah jatuh dari tangga, tertimpa genteng
pula! Saya adalah seorang yang terpelajar. Sudah selayaknya saya mendapatkan seorang
gadis dari keluarga terhormat. Semakin lama Andri memikirkan hal tersebut,
semakin jijik ia membayangkan kemungkinan menikahi bocah kumal itu. Benar-benar
menggelikan. Andri khawatir hal tersebut benar-benar akan terjadi. Dan ia tidak
dapat tidur semalaman. Keesokan harinya. Andri pergi ke pasar bersama dengan
pelayan
setianya. Andri menjanjikan imbalan yang sangat besar apabila ia berhasil
membunuh bocah kumal itu. Andri dan pelayannya berdiri di belakang pembeli.
Begitu kesempatan datang, pelayan Andri menikamkan pisaunya ke arah si anak,
lalu mereka kabur. Bocah kecil itu menangis
dan wanita buta yang menggendongnya berteriak-teriak: "Pembunuh!
Pembunuh!" Kegemparan segera menyebar ke seluruh penjuru pasar. Sementara
itu, Andri dan pelayannya telah lenyap dari tempat
kejadian. "Kau berhasil membunuh dia?" tanya Andri terengah-engah.
"Tidak," jawab pelayannya. "Begitu saya menghunjamkan pisau ke
arahnya, anak itu berbalik secara tiba-tiba. Saya rasa saya hanya melukai
mukanya. Dekat alisnya." Andri segera meninggalkan penginapan. Kejadian
itu dengan segera terlupakan oleh masyarakat sekitar. Ia kemudian pergi ke arah
Barat menuju ibukota.
Karena kecewa dengan kegagalan pernikahannya, Andri memutuskan untuk berhenti
memikirkan perkawinan. Tiga tahun kemudian Andri dijodohkan dengan gadis yang
mempunyai reputasi baik yang berasal dari keluarga Hartono. Sebuah keluarga
yang cukup terkenal di masyarakat sekitar.
Anak gadisnya terpelajar dan sangat cantik. Semua orang memberi selamat pada
Andri. Persiapan pernikahan tengah dilangsungkan, ketika suatu pagi Andri
menerima berita yang menyakitkan. Calon istrinya melarikan diri dengan
laki-laki yang dicintainya. Mereka berdua telah menikah di kota lain. Selama
dua tahun Andri berhenti memikirkan pernikahan. Saat itu ia berusia dua puluh
delapan tahun. Ia berubah pikiran tentang mencari pasangan dari masyarakat yang
sekelas dengannya; seorang gadis kota terpelajar. Maka Andri pergi ke pedesaan,
mencari suasana baru. Di desa, Andri menghabiskan waktu dengan mempelajari
buku-buku.
Suatu hari ia membawa bukunya ke sungai di dekat ladang, agar lebih nyaman
membacanya. Tanpa sengaja ia melihat gadis desa yang sedang memanen kentang.
Andri jatuh hati padanya dan bersegera menemui orang tua gadis itu. Gayung
bersambut, gadis itu menerima lamarannya. Maka Andri bergegas ke kota untuk
membeli perhiasan dan baju sutera serta segala persiapan pernikahan. Selama
beberapa hari, Andri berkeliling mengunjungi saudara-saudaranya untuk
mengabarkan berita gembira itu.
Seminggu kemudian ia kembali ke desa. Tapi yang ditemuinya hanya kabar buruk
tentang sakitnya sang calon. Andri bersedia menunggu sampai ia sembuh. Sampai
setahun hampir berlalu, penyakit calon istrinya malah semakin parah. Gadis itu
kehilangan seluruh rambutnya dan menjadi
buta.
Ia menolak menikahi Andri dan berpesan pada orang tuanya untuk meminta Andri
melupakan dia. Ia mohon agar Andri mencari gadis lain yang layak untuk
dijadikan istri.Tahun demi tahun berlalu, sampai akhirnya Andri mendapatkan
calon yang sempurna. Bukan saja ia cantik dan masih muda,
tapi juga pencinta buku dan seni. Tak ada rintangan, khitbah pun segera
dilangsungkan. Tiga hari sebelum pernikahan, gadis itu terjatuh dari tangga dan
mati. Sepertinya nasib mengolok-olokkan Andri.
Andri Ku menjadi fatalis. Ia tidak lagi peduli pada wanita, ia hanya bekerja
dan bekerja. Sekarang ia bekerja di kantor pemerintahan di Yogya. Mengabdikan
diri pada tugas dan sama sekali berhenti memikirkan pernikahan. Tapi ia bekerja
dengan sangat baik, sehingga atasannya,
Hakim Sulaiman, terkesan pada dedikasi dan kesungguhannya. Lalu mengusulkan
Andri untuk menikahi keponakannya. Pembicaraan itu sangat menyakitkan Andri.
"Mengapa Tuan mau menikahkan keponakan Tuan pada saya! Saya terlalu tua
untuk menikah." Pejabat itu menasehati Andri tentang keburukan membujang.
Lagipula menikah adalah sunnah Rasulullah. Maka Andri menyetujuinya, meskipun
ia sama sekali tidak antusias.
Andri benar-benar tidak melihat istrinya sampai pernikahan benar-benar selesai
dilangsungkan. Istrinya ternyata masih muda, Andri lega melihatnya. Tingkah
lakunya sangat baik dan Andri harus mengakui bahwa ia adalah istri yang sangat
baik. Taat, sholihat dan
selalu menyenangkan. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak menyukainya. Bila
di rumah, istrinya selalu menata rambut dengan cara yang khas, sehingga
menutupi pelipis kanannya. Menurut Andri, dengan tata rambut seperti itu
istrinya kelihatan sangat cantik, tetapi ia agak heran. Tak kurang dari satu
bulan, Andri telah benar-benar jatuh cinta kepadanya. Suatu saat ia bertanya,
"Mengapa dinda tidak mengganti gaya rambut sekali-kali? Maksudku, mengapa
dinda selalu menyisirnya ke satu arah?" Istri Andri menyibakkan rambutnya
dan berkata, "Lihatlah!" Ia menunjuk ke luka di pelipis kanannya.
"Bagaimana bisa begitu?" "Aku mendapatkannya saat berumur tujuh
tahun. Ayahku meninggal di kantornya, sedangkan ibu dan abangku meninggal dunia
pada tahun yang sama. Kemudian aku dirawat oleh ibu susuku. Kami mempunyai
rumah di dekat Gerbang Selatan Yogya, dekat kantor ayahku.
Suatu hari, seorang pencuri tanpa alasan apa pun, mencoba membunuhku. Kami sama
sekali tidak mengerti, kami tidak pernah punya musuh. Ia tidak berhasil, tapi
ia meninggalkan luka di kepala sebelah kananku. Karena itulah aku selalu menutupinya
darimu." "Apakah ibu susumu hampir buta?" "Ya. Kok
tahu?" "Akulah pencuri itu. Ah, tapi bagaimana mungkin! Semua begitu
aneh. Semua terjadi, seperti ada yang telah mentakdirkan."
Andri kemudian menceritakan semuanya. Bermula dari mimpinya setelah ia sholat
istikhoroh, sekitar sepuluh tahun yang lalu. Istrinya juga bercerita, ketika ia
berusia sembilan atau sepuluh tahun, pamannya menemukan ia di Sung-Cheng dan
mengambilnya untuk tinggal bersama keluarganya di
Shiang-Chow.
Akhirnya mereka menyadari bahwa pernikahan mereka adalah sebuah takdir yang
telah digariskan Allah Ta'ala. Andri menangis. Ia malu pada Penciptanya. Malu
pada kesombongannya untuk menentang takdir. Ah... pada saat itulah, Andri
menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Tapi kenapa ketika ia mendapatkan
petunjuk, ia malah mengingkarinya ? Saat itu juga, Andri melakukan sholat
taubat. Untuk menjadi mukmin yang baik. Begitulah, kasih sayang di antara
mereka kian tumbuh subur. Setahun kemudian lahirlah anak laki-laki.
Istri Andri mendidiknya dengan sangat baik. Setelah dewasa, ia menjadi seorang
yang terpelajar. Usahanya di bidang perdagangan maju pesat. Ia sangat penyantun
dan terkenal kedermawanannya. Ketika sang anak menjadi gubernur, Andri telah
lanjut usia. Anak dan istrinya tetap setia memelihara dan mencintainya. Di
tempat mereka pertama kali bertemu, empat belas tahun sebelum pernikahan, anak
Andri membangun tempat peristirahatan untuknya.
"Dan segala sesuatu kami jadikan berjodoh-jodohan, agar sekalian
kamu
berpikir." (QS 51 : 49).
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. 30:21)
Sumber:Sabili
Andri telah beranjak dewasa. Sudah saatnya ia
mencari gadis yang baik untuk dijadikan istri. Tapi sampai saat ini, ia belum
juga berhasil. Bukan suatu hal yang aneh. Ia memang terlalu mempertimbangkan
bibit-bebet-bobot calon istrinya. Maka, saat Musim panas mulai bertiup, Andri
melakukan perjalanan ke Yogya. Di tengah perjalanan, Andri memutuskan untuk
beristirahat di sebuah Rumah penginapan yang berada di Sekitar Malioboro.
Kebetulan ia bertemu dengan teman sekolahnya dulu. Maka Andri tak segan untuk
menceritakan maksud perjalanannya itu. Seperti gayung bersambut, temannya
menyarankan Andri untuk mencoba melamar anak gadis keluarga Surya.
Menurut temannya itu,keluarga Surya adalah keluarga yang status sosial
ekonominya sederajat dengan Andri. Lagipula, gadis itu sangat cantik dan
terpelajar. Andri girang bukan main.Sebelum berpisah, teman Andri berjanji
untuk mempertemukannya dengan'Pak Comblang' dari keluarga Surya , esok pagi.
Pak Comblang inilah yang akan meneruskan data pribadi Andri kepada gadis
tersebut. Bila keluarga itu berkenan menerimanya, maka Andri akan segera
berkenalan, sebelum lamaran resmi atau khitbah diajukan.
Kegembiraan yang meluap-luap memenuhi rongga dada Andri. Dibentangkannya
sajadah, lalu ia mulai sholat istikhoroh. Baru kali ini Andri merasa
melakukannya dengan sepenuh hati, dengan kepasrahan yang murni ... Ah. Tak
terasa air mata Andri berjatuhan. Diam-diam menyelinap suatu penyesalan. Mengapa
ia baru bisa khusyu' dan dapat merasakan ikatan yang erat dengan Allah, ketika
ada masalah berat dan serius yang harus ia hadapi ? ...Waktu subuh belum lama
berlalu, namun Andri telah bersiap untuk pergi menemui Pak Comblang. Makin
cepat makin baik, pikirnya. Di bawah sinar bulan sabit yang kepucatan, Andri
bergegas menuju tempat itu. Fajar belum juga merekah ketika Andri sampai di
tempat yang dijanjikan. Sepi sekali. Nyanyian jangkrik perlahan menghilang.
Andri benar-benar sendirian. Di tengah kegamangan hatinya, Andri mencoba
mengitari bangunan itu. Seperti sebuah musholla kecil. Cahaya lilin yang
memantul di sela-sela kaca jendela, membangkitkan rasa ingin tahunya. Andri
berjingkat ke arah jendela. Ditempelkan matanya ke celah-celah ...
"Hei, masuklah!"
"Jangan mengintip seperti itu!"
Andri tersentak. Rasa malu, kaget dan takut berbaur menjadi satu.
"Ayo, masuklah. Jangan takut!"
Suaranya lebih lembut namun tetap berwibawa. Andri ragu-ragu. Tetapi rasa ingin
tahu sedemikian menyerbunya. Akhirnya ia memberanikan diri melangkah ke dalam.
"Kemarilah!" ajaknya tanpa melihat muka Andri. Andri memperhatikan
dengan penuh seksama. Laki-laki itu belum terlalu tua, tapi wajahnya
memancarkan kebaikan yang seolah-olah bersumber dari seluruh aliran darahnya.
Bijak, arif, lembut namun tegas. Tentulah ia pengemban amanah yang luar biasa,
pikir Andri. Laki-laki itu duduk di atas permadani sambil membaca sebuah buku.
Lalu ia berkata perlahan: "Belum saatnya Andri .... Belum
saatnya."Andri menatap wajahnya dengan penuh kebingungan.
Lalu laki-laki itu kembali melanjutkan. Kali ini ditatapnya Andri dengan
ketajaman jiwa. "Kau tahu? Semenjak seseorang ada dalam kandungan ibunya,
Allah Ta'ala telah menetapkan 3 hal untuknya. Kau sudah tahu bukan! Salah satu
di antaranya adalah jodohnya.. pasangan hidupnya." "Hmmmm.....
seperti benang sutera." "Ya, seperti benang sutera yang diikatkan di
antara mereka berdua. Kepada kaki laki-laki atau bayi perempuan yang lahir dan
ditakdirkan berjodohan satu dengan yang lainnya. Begitu simpul diikatkan, maka
tak ada suatu hal pun yang dapat memisahkan mereka." "Salah seorang
diantara mereka mungkin saja berasal dari keluarga yang miskin, sedang yang
lainnya dari keluarga yang kaya. Atau mereka terpisah bermil-mil jaraknya, bahkan
mungkin ada yang berasal dari dua keluarga yang saling bermusuhan. Tapi pada
akhirnya, bila saatnya telah tiba, mereka akan menjadi suami istri. Tak ada
suatu hal pun yang dapat mengubah takdir itu." Laki-laki itu terdiam
sesaat. Andri kini sudah sepenuhnya duduk terpekur di hadapannya. Kalimat demi
kalimat disimaknya dengan seksama.
"Jodoh adalah masalah yang paling ajaib dan paling gaib. Suatu rahasia
kehidupan yang tak akan pernah tuntas untuk dimengerti. Bayangkan. Duaanak yang
berbeda, tumbuh di lingkungannya masing-masing. Sebagian besar mungkin tidak
menyadari kehadiran satu dengan lainnya. Tapi bila saatnya tiba, mereka akan
bertemu dan mengekalkan ikatannya dalam tali pernikahan." "Kalau ada
wanita atau laki-laki lain yang muncul diantara keduanya, ia akan terjatuh. la
tak akan mampu melewati bentangan tali sutera yang telah diikatkan pada mereka.
Ah, kau pasti pernah melihat orang yang patah hati bukan? Hhh, sebagian orang
yang bodoh dan tak kuat menahan cobaan, memilih mati daripada patah hati. Bukan
takdir yang memilihnya untuk bunuh diri. Itu pilihannya sendiri, ia cuma tak
sabar menanti saat pertemuan itu datang.""Ketahuilah,Andri. Masalah
jodoh adalah rahasia Allah. Kau harus dapat berdamai dengan
takdirmu.""Bagaimana dengan aku!" sela Andri. "Apakah aku
akan berhasil menikah dengan anak gadis dari keluarga Surya? Apakah ia
takdirku?" tanyanya tak sabaran. Laki-laki itu tersenyum. "Belum
saatnya Andri.
Belum saatnya. Suatu saat nanti, kau akan menikah dengan seorang gadis
shalihat, cantik dan pintar. Pun dari keluarga yang terhormat. Kelak, setelah
menikah, kalian akan mempunyai anak laki-laki. Dan anakmu akan menjadi pedagang
yang terpelajar. Ia dermakan kekayaannya untuk agama Allah. la juga akan
menjadi anak yang senantiasa memelihara kedua orang tuanya. Meskipun kalian
sudah tua renta nanti. Hal ini tak lepas dari peranan ibunya dalam mendidik
anak itu." "Tapi itu nanti. Bila calon istrimu telah mencapai usia 17
tahun. Sayangnya, saat ini dia masih berumur 7 tahun." "Hah!"
Andri kebingungan. "Jadi saya harus membujang selama 10 tahun ?!"
Andri menatap tak percaya. Ia berharap semua hanya kemungkinan karena ia salah
dengar saja. Andri mencari kesungguhan di sana. Tapi semua sia- sia. Air muka
laki-laki itu tak berubah sedikit pun. Dan Andri menyadari semua adalah
kebenaran. "Kalau begitu, di mana dia sekarang? Dimana saya dapat menemui
calon istri saya? Tolonglah?!" Andri memohon padanya. "Oh, gadis itu
tinggal dengan wanita penjual sayur. Tak jauh dari sini. Setiap pagi, wanita
itu datang ke pasar dan menjajakan sayurannya di sebelah kios ikan."
Kukuruyukkkkk ... !! Suara nyaring ayam jantan memecah keheningan. Andri
tersentak. Kukuruyukkkkk...! ! Kokok nyaring ayam jantan membangunkan Andri
dari tidurnya. Ah, rupa-rupanya ia tertidur di atas sajadah. Alhamdulillah,
waktu subuh belum habis. Andri bersegera mengambil wudhu. Sehabis sholat subuh,
Andri kembali teringat mimpinya. Seolah semua menjadi teka-teki. Andri belum
tahu apakah harus menganggapnya sebagai jawaban atas sholat istikhorohnya atau tidak.
Untuk menyingkap tabir mimpi itu, cuma ada satu cara yang bisa dilakukannya:
mencari gadis kecil yang katanya calon istrinya itu! Lalu Andri pun bergegas ke
pasar terdekat. Sepanjang jalan ia berdoa dan berjanji. Berdoa agar calon
istrinya memang benar-benar baik
bibit, bebet dan bobotnya. Sebagaimana telah diisyaratkan dalam mimpi. Dan
berjanji untuk menerima takdirnya dan berusaha menjadi muslim yang baik. Lebih
baik dari kualitasnya sekarang.
Fajar telah lama merekah saat Andri tiba di sana. Orang-orang mulai melakukan
kegiatannya. Pembeli mulai berdatangan. Ramai. Namun belum seramai satu jam
yang akan datang. Maka Andri lebih leluasa untuk mengamati sekitarnya. Matanya
berkeliling mengitari pasar, lalu tertumbuk pada sosok kecil di samping kios ikan.
Wanita itu tua, kotor, lusuh. Kumal. Rambutnya telah keabu-abuan. Dengan
sebelah mata tertutup lapisan katarak, ia duduk di selembar alas sambil
menggendong bocah kecil di dadanya.
"Oh, tidak!! Bagaimana mungkin?! Ini
pasti kekeliruan!"Andri menatap kembali bocah terlantar yang kurus kering
itu. Hatinya hancur. Ah, mimpi semalam benar-benar hanya bunga tidur. Andri
kembali ke penginapannya dengan hati lesu. Kali ini bukan saja ia kecewa karena
calon istrinya ternyata hanya seorang bocah gelandangan, tapi juga karena 'Pak
Comblang' dari keluarga Surya tidak datang pada pertemuan yang ia janjikan.
Tanpa suatu penjelasan apapun. Ah, sudah jatuh dari tangga, tertimpa genteng
pula! Saya adalah seorang yang terpelajar. Sudah selayaknya saya mendapatkan seorang
gadis dari keluarga terhormat. Semakin lama Andri memikirkan hal tersebut,
semakin jijik ia membayangkan kemungkinan menikahi bocah kumal itu. Benar-benar
menggelikan. Andri khawatir hal tersebut benar-benar akan terjadi. Dan ia tidak
dapat tidur semalaman. Keesokan harinya. Andri pergi ke pasar bersama dengan
pelayan
setianya. Andri menjanjikan imbalan yang sangat besar apabila ia berhasil
membunuh bocah kumal itu. Andri dan pelayannya berdiri di belakang pembeli.
Begitu kesempatan datang, pelayan Andri menikamkan pisaunya ke arah si anak,
lalu mereka kabur. Bocah kecil itu menangis
dan wanita buta yang menggendongnya berteriak-teriak: "Pembunuh!
Pembunuh!" Kegemparan segera menyebar ke seluruh penjuru pasar. Sementara
itu, Andri dan pelayannya telah lenyap dari tempat
kejadian. "Kau berhasil membunuh dia?" tanya Andri terengah-engah.
"Tidak," jawab pelayannya. "Begitu saya menghunjamkan pisau ke
arahnya, anak itu berbalik secara tiba-tiba. Saya rasa saya hanya melukai
mukanya. Dekat alisnya." Andri segera meninggalkan penginapan. Kejadian
itu dengan segera terlupakan oleh masyarakat sekitar. Ia kemudian pergi ke arah
Barat menuju ibukota.
Karena kecewa dengan kegagalan pernikahannya, Andri memutuskan untuk berhenti
memikirkan perkawinan. Tiga tahun kemudian Andri dijodohkan dengan gadis yang
mempunyai reputasi baik yang berasal dari keluarga Hartono. Sebuah keluarga
yang cukup terkenal di masyarakat sekitar.
Anak gadisnya terpelajar dan sangat cantik. Semua orang memberi selamat pada
Andri. Persiapan pernikahan tengah dilangsungkan, ketika suatu pagi Andri
menerima berita yang menyakitkan. Calon istrinya melarikan diri dengan
laki-laki yang dicintainya. Mereka berdua telah menikah di kota lain. Selama
dua tahun Andri berhenti memikirkan pernikahan. Saat itu ia berusia dua puluh
delapan tahun. Ia berubah pikiran tentang mencari pasangan dari masyarakat yang
sekelas dengannya; seorang gadis kota terpelajar. Maka Andri pergi ke pedesaan,
mencari suasana baru. Di desa, Andri menghabiskan waktu dengan mempelajari
buku-buku.
Suatu hari ia membawa bukunya ke sungai di dekat ladang, agar lebih nyaman
membacanya. Tanpa sengaja ia melihat gadis desa yang sedang memanen kentang.
Andri jatuh hati padanya dan bersegera menemui orang tua gadis itu. Gayung
bersambut, gadis itu menerima lamarannya. Maka Andri bergegas ke kota untuk
membeli perhiasan dan baju sutera serta segala persiapan pernikahan. Selama
beberapa hari, Andri berkeliling mengunjungi saudara-saudaranya untuk
mengabarkan berita gembira itu.
Seminggu kemudian ia kembali ke desa. Tapi yang ditemuinya hanya kabar buruk
tentang sakitnya sang calon. Andri bersedia menunggu sampai ia sembuh. Sampai
setahun hampir berlalu, penyakit calon istrinya malah semakin parah. Gadis itu
kehilangan seluruh rambutnya dan menjadi
buta.
Ia menolak menikahi Andri dan berpesan pada orang tuanya untuk meminta Andri
melupakan dia. Ia mohon agar Andri mencari gadis lain yang layak untuk
dijadikan istri.Tahun demi tahun berlalu, sampai akhirnya Andri mendapatkan
calon yang sempurna. Bukan saja ia cantik dan masih muda,
tapi juga pencinta buku dan seni. Tak ada rintangan, khitbah pun segera
dilangsungkan. Tiga hari sebelum pernikahan, gadis itu terjatuh dari tangga dan
mati. Sepertinya nasib mengolok-olokkan Andri.
Andri Ku menjadi fatalis. Ia tidak lagi peduli pada wanita, ia hanya bekerja
dan bekerja. Sekarang ia bekerja di kantor pemerintahan di Yogya. Mengabdikan
diri pada tugas dan sama sekali berhenti memikirkan pernikahan. Tapi ia bekerja
dengan sangat baik, sehingga atasannya,
Hakim Sulaiman, terkesan pada dedikasi dan kesungguhannya. Lalu mengusulkan
Andri untuk menikahi keponakannya. Pembicaraan itu sangat menyakitkan Andri.
"Mengapa Tuan mau menikahkan keponakan Tuan pada saya! Saya terlalu tua
untuk menikah." Pejabat itu menasehati Andri tentang keburukan membujang.
Lagipula menikah adalah sunnah Rasulullah. Maka Andri menyetujuinya, meskipun
ia sama sekali tidak antusias.
Andri benar-benar tidak melihat istrinya sampai pernikahan benar-benar selesai
dilangsungkan. Istrinya ternyata masih muda, Andri lega melihatnya. Tingkah
lakunya sangat baik dan Andri harus mengakui bahwa ia adalah istri yang sangat
baik. Taat, sholihat dan
selalu menyenangkan. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak menyukainya. Bila
di rumah, istrinya selalu menata rambut dengan cara yang khas, sehingga
menutupi pelipis kanannya. Menurut Andri, dengan tata rambut seperti itu
istrinya kelihatan sangat cantik, tetapi ia agak heran. Tak kurang dari satu
bulan, Andri telah benar-benar jatuh cinta kepadanya. Suatu saat ia bertanya,
"Mengapa dinda tidak mengganti gaya rambut sekali-kali? Maksudku, mengapa
dinda selalu menyisirnya ke satu arah?" Istri Andri menyibakkan rambutnya
dan berkata, "Lihatlah!" Ia menunjuk ke luka di pelipis kanannya.
"Bagaimana bisa begitu?" "Aku mendapatkannya saat berumur tujuh
tahun. Ayahku meninggal di kantornya, sedangkan ibu dan abangku meninggal dunia
pada tahun yang sama. Kemudian aku dirawat oleh ibu susuku. Kami mempunyai
rumah di dekat Gerbang Selatan Yogya, dekat kantor ayahku.
Suatu hari, seorang pencuri tanpa alasan apa pun, mencoba membunuhku. Kami sama
sekali tidak mengerti, kami tidak pernah punya musuh. Ia tidak berhasil, tapi
ia meninggalkan luka di kepala sebelah kananku. Karena itulah aku selalu menutupinya
darimu." "Apakah ibu susumu hampir buta?" "Ya. Kok
tahu?" "Akulah pencuri itu. Ah, tapi bagaimana mungkin! Semua begitu
aneh. Semua terjadi, seperti ada yang telah mentakdirkan."
Andri kemudian menceritakan semuanya. Bermula dari mimpinya setelah ia sholat
istikhoroh, sekitar sepuluh tahun yang lalu. Istrinya juga bercerita, ketika ia
berusia sembilan atau sepuluh tahun, pamannya menemukan ia di Sung-Cheng dan
mengambilnya untuk tinggal bersama keluarganya di
Shiang-Chow.
Akhirnya mereka menyadari bahwa pernikahan mereka adalah sebuah takdir yang
telah digariskan Allah Ta'ala. Andri menangis. Ia malu pada Penciptanya. Malu
pada kesombongannya untuk menentang takdir. Ah... pada saat itulah, Andri
menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Tapi kenapa ketika ia mendapatkan
petunjuk, ia malah mengingkarinya ? Saat itu juga, Andri melakukan sholat
taubat. Untuk menjadi mukmin yang baik. Begitulah, kasih sayang di antara
mereka kian tumbuh subur. Setahun kemudian lahirlah anak laki-laki.
Istri Andri mendidiknya dengan sangat baik. Setelah dewasa, ia menjadi seorang
yang terpelajar. Usahanya di bidang perdagangan maju pesat. Ia sangat penyantun
dan terkenal kedermawanannya. Ketika sang anak menjadi gubernur, Andri telah
lanjut usia. Anak dan istrinya tetap setia memelihara dan mencintainya. Di
tempat mereka pertama kali bertemu, empat belas tahun sebelum pernikahan, anak
Andri membangun tempat peristirahatan untuknya.
"Dan segala sesuatu kami jadikan berjodoh-jodohan, agar sekalian
kamu
berpikir." (QS 51 : 49).
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. 30:21)
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as