Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    nombok dong

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    nombok dong Empty nombok dong

    Post by admin Tue Jun 15, 2010 12:31 pm

    Nombok Dong





    Pieree! Keciliin tape-nya! Suara Dea mengelegar,
    saingan ama suara tape dari kamar Pieree. "Apaaa?" jawab Piere nggak
    kalah menggelagar. "Keciliin tape-nya!" ulang Dea "Keciliin?
    Emangnya aku tukang sulap?" Pieree cekikikan.

    Dea jadi dongkol mirip ikan tongkol yang keselek engkol. Sudah berapa kali
    Piere ngejawab dengan gaya slengean.
    Dea yang kelewat kece itu punya adik yang nggak kalah kece. Namanya Piere,
    anaknya jangkung, putih dan ada talinya, eh itu sih tiang bendera. Pokoknya
    keluarga Dea itu ditakdirkan cakep-cakep. Bapaknya yang orang Prancis mirip
    David Ginola, ibunya orang Sunda, rumahnya bersih lagi (idih apa hubungannya
    coba) Kucing di rumahnya aja cakep sampe anjing-anjing di sekitar komplek pada
    nguber-nguber gemes. Gemes ingin melumatnya.

    Pieree yang baru naik kelas 3 es em pe itu emang lagi 'lucu-lucu'nya. Maklum,
    ABG, anak baru gila, ledek Dea. Bayangin aja, sepatu untuk ke sekolah nggak mau
    sama dengan sepatu untuk main ke sawah! Hiiii. Bajunya pengen yang ada cap
    palunya alias Hammer. Kalo maen kemana-mana pasti peke minyak wangi. Lazimnya
    ABG, selalu bikin masalah. Minggu kemaren dia minta diajarin nyetir mobil ke
    Dea. Terang aja Dea sak kakak ogah-ogahan. Tapi dasar nekat, diam-diam Pieree
    nyetir mobil keliling komplek bareng gengnya. Ketawa-ketiwi sambil ngebayangin
    jadi Alain Prost atau Michael Scumacher sampe nggak sadar kalo di depan ada
    tukang bakso, Piere panik, bantir setir dan alhamdulillah, sukses mencium pagar
    tetangga. Terpaksa papanya turun tangan gantiin pager yang ringsek. Piere juga
    kena hukuman, tabungannya dipecah buat ngebetulin bemper mobil yang penyok.

    Meski demikian gokil, mamanya tetap sayang. Siapa lagi yang bisa disuruh buang
    sampah selain Piere?Eh, enggak ding, Piere meski bandel tapi pinter. Di sekolah
    aja termasuk top ten murid-murid pinter. Walaupun guru-guru juga sering dibikin
    pusing. Ya, itulah Piere, meski bandel namun memang bandel.
    "Assalamu'alaikum" Piere yang lagi nyuci sepeda heboh-nya jadi
    bangun. Ngelongok keluar, ternyata ada seonggok manusia di pintu gerbang sedang
    menenteng map.
    "Walaikum salam, maaf Mas, ibunya lagi belanja. Kalo minta uang ronda
    besok aja, tapi kalo saya inget ya?" teriaknya dari garasi mobil. Ery yang
    mau ketemu Dea jadi dongkol. Masa tampang sekece ini dikira minta uang ronda.

    "Eh, itu Piere ya? Saya Ery, temannya Dea, mau ketemu De"
    "Oh, maaf, saya kira mau minta iuran ronda. Habis mukanya kembaran sih
    sama pentungan hansip" Piere ketawa-ketiwi. Piere jalan ke pager lalu
    membuka pintu pager, dan mempersilahkan Ery masuk.

    "Deanya ada?" tanya Ery. "Ada, tapi kayaknya belum keluar dari
    kepompongnya tuh. Dia kan lagi metamorfosis" jawab Piere sekenanya sambil
    jalan balik ke tempat cuci sepeda. Ery hanya bengong, pantesan Dea setres,
    adiknya gokil banget. Nggak lama kemudian Dea muncul
    "Assalamu'alaikum, eh Ery, udah lama, Er?" sapa Dea sambil sumringah.

    "Walaikum salam, baru aja"
    "Bawa pesanan saya, khan?"
    "Bawa nih, sekalian ada titipan buku dari anak-anak pengajian putri.
    Mereka nggak sempat ke sini, jadi saya yang di suruh"
    "Oh, I see, Eh, Ery minum dulu, ya? Mau apa? Coca cola? Sprite? Air jeruk?
    Air putih?" Dea nawarin mirip pelayan warteg.
    "Wah terima kasih, cuma saya lagi ada perlu. Buru-buru nih,
    Assalamu'alaikum" Ery pamitan.
    "Walaikum salam" Dea ngunci lagi pintu pager rumah. Sementara Piere
    nongol di pintu rumah, "Itu Ery?" tanyanya. "Iya," jawab
    Dea. "Boleh juga", "Boleh juga apa?" Dea penasaran.
    "Boleh juga sih kalo diadu balap sama herder" lagi-lagi usilnya
    kumat.

    Piere akhir-akhir ini lagi gandrung banget sama album kram otak-nya Iwa K.
    Hampir tiap pulang sekolah kaset itu diputer. Kadang-kadang sambil main basket
    di lapangan basket di komplek, di setel juga kaset nombok dong-nya Iwa K.

    "Saatnya sekarang .... hempaskan bola ke dalam keranjang. Dong nombok
    dong, nombok dong, nombok dong" koor anak-anak di lapangan basket. Wah
    kumpulan ABG di komplek itu memang heboh banget. Dandanannya pada modis-modis,
    kaosnya aja dibeli dari Amrik langsung, Celtics, Houston, Rocket, Chicago Bulls
    nemplok di kaos anak-anak. Termasuk Piere, tujuannya sih maen basket, tapi
    sekalian ngecengin anak-anak dari komplek lain. Ya sambil menyelam nangkep ikan
    begitu.
    Piere ngaso dulu, keringatnya bercucuran mirip kue cucur, eh air mancur. Sambil
    ngegantungin handuk ke leher dengan rakus dia nenggak es sirop. Sepintas mirip
    tukang becak lho.
    "Piere, besok hiking yuk?" kata Bobi sambil duduk di sebelahnya.
    "hiking kemana?"
    "Ya, ke gunung masak ke Tanjung Priok?"
    "Lho kan biasanya elu jadi kuli pelabuhan?" ledek Piere. "Enak
    aja, dia mah kuli pasar" Hendra nimpalin dari belakang. "Biarin ah,
    yang penting halal" Bobi melakukan self defense. Maklum diantara anak-anak
    komplek, Bobi yang punya bodi paling gede, item lagi. Maka sering diledekin
    kuli. Tapi dia paling bermanfaat lho! Misalkan, kalo ada perlombaan tarik
    tambang, Bobi suka dimanfaatin sebagai ... tambang" hiii
    "Gimana nih, anak-anak udah Oke lo?" Bobi penasaran. "Siapa saja
    yang mau mikut?" tanya Piere.
    "Para kurcaci ini. Anak-anak cewek juga mau ikutan. Gimana? Seru
    kan?"
    "Anak cewek? Siapa saja?" sekarang Piere yang penasaran. "Ani,
    Maudy, Ike, si Tami juga mau ikutan"
    "Si Tami mau ikut?" mata Piere berbinar-binar. Nama itu memang masuk
    dalam daftar buruannya.

    Ransel ijonya Piere dipenuhi kaos, celana jeans, celana Hawai, makanan kecil.
    Ada roti kecil, kacang kecil, biskuit kecil, dan nasih kecil. Nggak lupa dia
    siapin juga panci mini, kompor mini, meja belajar, lemari pakaian, wastafel,
    toilet yeeee emangnya kena gusuran. Eh, walkman? Bawa ah, lagi Dea nggak
    bakalan tahu.

    "Eh, walkman jangan dibawa, entar ilang lagi!". Masya Allah,
    jantungnya hampir aja copot. Ternyata Dea udah berdiri di depan pintu kamarnya
    sambil melotot. "Jangan dibawa walkmannya, kalo ilang mau
    ngegantiin?" Dea nanya setengah ngancam. Piere jadi ciut, buru walkmanya
    dikeluarin lagi. Dea keluar sambil nyomot snack dari meja Piere. Dasar Piere,
    walkman itu dimasukin lagi ke dalam Ransel.
    Pagi-pagi sekali, Piere sudah berkemas-kemas. Sementara maminya sudah ngasih
    bekal dan memeriksa dengan teliti, jangan-jangan ulekan Mami kebawa.

    "Piere, hati-hati ya di jalan, Jangan lupa sholat ya?" pesan mami
    "Iya, mam, tenang aja. Piere sudah gede kok" Piere sun tangan dan
    jreng, tancap gas di VW-nya Ipung. Semuanya 10 orang, 6 cowok dan 4 cewek.

    Akhirnya, sampailah mereka di perkemahan di Sukabumi. Dengan antusias mereka
    turun lalu membongkar segala macam perbekalan. Seperti sudah tradisi, anak-anak
    perempuan selalu bawa banyak barang. Kayak tasnya Maudy, gemuk banget, isinya
    ada makanan kecil, aneka T-shirt, beberapa buah jaket, pakaian santai, gaun
    pesta dan sepatu kaca ...(emanya Cinderela) yang paling santai Bobi. Hanya bawa
    pakaian dalam tiga biji, itupun karena beliau suka ngompol di malam hari.
    Masalah makan dengan ikhlas Bobi ngandalin anak perempuan.

    Karena mereka harus melewati jalan setapak maka VW Ipung terpaksa dititipkan di
    tempat penitipan kendaraan. Apa boleh buat, mereka harus mengandalkan kekuatan
    kaki untuk sampai ke tempat perkemahan. Piere jadi komandan regu.

    "Berhubung Bobi yang badannya paling kekar diantara kita, maka dengan
    hormat saya tugaskan beliau membawa semua perbekalan" Piere mulai membagi
    tugas. "Horee, rasain lu Bob!" teriak anak perempuan. Bobi nggak bisa
    menolak. Akhirnya semua tas dipegang, tiga tas nangkring di punggung, dua di
    depan dan dua lagi ditentengnya.

    "Tu ...wa... tu... wa" Piere ngasih semangat. Gantian, kadang Ipung
    yang memimpin sambil nyanyi lagu syukur, terang aja diprotes anak-anak. Itu sih
    bikin ngantuk. Hendra juga ikutan tapi lagunya lagu dangdutnya Evi Tamala yang
    didemeninya, terus diulang-ulang sampe akhirnya ditimpukin anak-anak yang lain.
    Sementara Bobi terseok-seok kelebihan beban, berjalan paling belakang, sambil
    sesekali diawasi anak-anak perempuan, takut jatah makanan mereka disikat/

    Baru setengan perjalan mereka hampir colaps. Akhirnya Piere memutuskan untuk
    ngaso dulu. Lagian sudah waktunya dhuhur. "Kita sholat dulu yuk, Tuh ada
    mushola" ajak Piere. Berebutan mereka menuju tempat wudhu. Ah, seger air
    yang dingin itu membuat mereka semangat lagi. Mereka sholat berjamaah, Ipung
    jadi imam sholat. Tapi, lho kok ada yang duduk-duduk saja di luar, nggak ikutan
    sholat?
    Piere yang habis sholat hampiri Hendra. "Hen, kok lu nggak sholat
    sih?" tanya Piere. Hendra diam sambil nundukin kepalanya. "Datang
    bulan ya?" canda Piere, tapi Hendra nggak ketawa, mesem pun nggak, malah
    makin menunduk. Piere jadi bingung ... atau .......
    "Kamu nggak bisa sholat Hen?" tanya Piere pelan. Masya Allah,
    dirangkulnya bahu teman sekelasnya itu. "Yuk, gua ajarin" katanya
    pelan sambil mengajaknya ke tempat wudhu. Hendra belajar sholat setelah
    dibimbing Piere. Sambil menunggu Hendra sholat, Piere diam-diam menahan tangis.
    Ah, ternyata ada juga kawanku yang tahu cara sholat.

    Ih sirim benget" Tami ketakutan. Mereka sekarang harus melewati jembatan
    gantung yang kecil. Dibawahnya mengalir sungai yang cukup deras. Terang aja
    anak-anak perempuan pada menciut nyalinya. Anak cowok juga sebetulnya sih pada
    gemetaran, tapi gengsi dong kalo sampe keliatan anak-anak cewek.
    "Tenang-tenang, jangan panik, jembatan ini aman kok. Liat aja talinya kuat
    begini" Piere sok menenangkan kawan-kawannya padahal dia sendiri panik
    juga.

    "Kalo gitu, anak cowok duluan jalan" Tami ngerengek. "Lho,
    bukannya lady first?" tanya Piere, kontan dia dipelototin anak-anak cewek.
    "Iya sori, deh, gimana kalo Ipung yang jalan duluan. Dia khan paling getol
    sholat" Piere ngelirik Ipung.

    "Piere, tega kamu mengorbankan teman sendiri. Itu tidak setia kawan
    namanya. Giman kalo Hendra aja?" balas Ipung. "Kalian ini gimana sih?
    Bukannya mencoba dulu malah becanda aja" Tami ngomel-ngomel.

    "Yuk, kita jalan, tinggalin aja anak-anak pengecut itu" ajak Tami
    pada teman-temannya. Tami jalan paling depan, kakinya mulai menginjak kayu
    jembatan. Setelah dua, tiga langkah, anak-anak ngerasa jembatan itu mulai
    goyah. Muka mereka jadi pucat kayak mayat, Hih nyesel juga sok berani. Tapi
    berhubung gengsi mereka nyoba jalan terus. Semeter, dua meter sampai akhirnya
    sampe di ujung jembatan. Puih, meski sukses mereka masih agak-agak gemetaran
    juga. Mau ngomong sulit, apalagi kentut. Setelah ngatur nafas, baru mereka bisa
    ngomong.

    "Hoi, ayo berani nggak jalan terus?" teriak anak-anak cewek di
    seberang. Tanpa pikir panjang, anak cowok ngebirit jalan di jembatan. Ngerasa
    keenakan mereka goyangin jembatan. Kayunya diinjek keras-keras, akhirnya
    jembatan goyang nggak karuan.
    "Hoi. Hoi stop. Aduh, gua mau hatuh nih" teriak Bobi panik. Tapi
    dengan tidak berkeprimanusiaan anak-anak terus menginjak kenceng-kenceng
    jembatan gantung itu. Akhirnya Bobi mulai sempoyongan. Dia oleng ke kanan dan
    ke kiri. Anak perempuan mulai jejeritan, baru mereka sadar ada yang nggak
    beres. Tapi terlambat, Bobi kepeleset dengan sukses, Piere panik lari ke arah
    Bobi, tas anak-anak jatuh satu demi satu ke bawah dan tenggelam ditelan sungai
    yang deras. Anak-anak perempuan hanya bisa memandang terkesima, memandangi
    sungai dan tepi bukit yang curam dengan tatapan kosonng. Tiba-tiba mereka
    merasa ingin pulang ke rumah.

    Mereka duduk melingkar. Merenungi nasib. Maudy masih sesenggukan menahan
    tangis. Hendra terdiam, Ipung juga apalagi Bobi. Sementara Piere, selain
    memikirkan kelompoknya dia juga merenungi nasib walkman Dea yang ikut hanyut.
    Sementara itu, cuaca mulai gelap dan dingin. Itu juga yang menghalangi mereka
    untuk kembali ke pangkalan. Akhirnya mereka mencari tempat yang lumayan aman,
    meski tetap aja mereka kedinginan. Belum lagi kelaparan mulai menyergap, kacang
    garing yang dibawa Tami udah habis. Supaya nggak gelap, mereka memasang dua
    biji lampu senter.

    Udara yang dingin membuat anak-anak merapatkan tubuhnya. Dengan berjaket saja
    tidak cukup, maka mereka memeluk lutut sambil gigi bergeretak kedinginan. Bobi
    udah mulai gelisah, nggak kuat menahan pipis karena dia bingung mau pipis
    kemana, kemana-mana gelap Ih, syerem.

    "Pung, anterin gue dong, gue kebelet nih, pengin pipis, tolong, Pung,
    Pleas"
    Ipung yang kedinginan jadi jengkel, dia diam aja. Tapi karena Bobi dengan
    gencar merayu, akhirnya Ipung menyerah juga. Diantarnya sohibnya itu.
    "Bentar ya, gua ama Ipung mau jalan-jalan dulu" kata Bobi sumringah.
    "Jalan-jalan kemana? Diculik jin lu!" Piere bengong.

    Udah belum Bob?" tanya Ipung kesel, kakinya mulai gatel digigitin nyamuk.
    "Udah" jawab Bobi tersenyum lega. Satu beban sudah hilang. "Lega
    rasanya, thanks Pung, kamu emang benar-benar teman dalam suka maupun duka"
    Puji Bobi. Mereka mulai berjalan baru beberapa langkah Bobi dan Ipung mulai
    cemas. "Bob, kita lewat sini nggak ya tadi?" Ipung mulai cemas. "Aduh
    Ipung, mana sempat gua ngapalin jalan. Gua kan lagi kebelet" kata Bobi
    juga ikutan panik. Keduanya mulai ketakutan, apalagi ditambah suara
    binatang-binatang malam terdengar menakutkan. Mulai terbayang di benak Bobi,
    monster-monster macam Zombi, Frankenstein sampai kuntilanak. Ipung juga
    ketakutan, kudunya serasa ada yang niup-niup, soalnya kemaren ada tetangganya
    yang meninggal. Nah, tetangganya itu konon kabarnya suka miara kucing. Trus
    kenapa? Ya nggak apa-apa, emangnya nggak boleh miara kucing. Ih nggak lucu deh.

    Dari kejauhan tiba-tiba ada cahaya merah berjalan. Cahaya itu mati lalu nyala
    lagi, begitu seterusnya. Dan cahaya itu mendekati mereka. Bobi dan Ipung makin
    gugup, cahaya itu makin mendekat, cahaya itu disertai bayangan besar di
    belakangnya, sekilas mirip hantu scarecrow. Makin dekat. Makin dekat dan....
    "Hantuuuuuu" teriak Bobi. "Setan pocong, sundel bolong!"
    Ipung juga nggak kalah heboh.
    'Tenang-tenang, saya bukan hantu, saya bukan hantu" teriak bayangan hitam
    itu. Bobi dan Ipung mulai tidak teriak lagi meski nafas mereka masih
    ngos-ngosan.
    "Bu ... bu ... bu kan hantu? Lalu a.... aa. Pa? Tanya Ipung gagap.
    "Saya bukan hantu, tapi saya genderuwo" Kontan anak-anak itu pingsan
    dengan sukses.

    Bobi terbangun mencium bau balsem. Di pinggirnya, Ipung duduk sambil makan roti
    coklat. Demi melihat roti coklat Bobi makin segera sadar dan terduduk.
    "Kita dimana Pung? Tanyanya. "Di Sukabumi, mau roti?" Ipung
    ngasih segepok roti. Hanya sebentar saja roti itu sudah meluncur ke dalam perut
    Bobi yang gendut.
    "Eh, udah bangun yang gendut itu?' tanya seseorang , Bobi kaget.
    "Lho, mas ini siapa?" tanyanya penuh curiga. "Saya Ery, habisin
    tuh rotinya" kata Ery, tapi dia segera bengong melihat rotinya sudah raib.
    "Sebentar ya, saya juga bawa teman koq, Indro namanya" Ery keluar
    sebentar.
    Tak lama kemudian dia masuk bareng Indro. Begitu Indro masuk, kontan Ipung dan
    Bobi menjerit pendek dan jatuh pingsan lagi.

    "Oh begitu critanya bisa barengan ketemu disini" komentar Hendra.
    Akhirnya Ery dan Indro ikut mengantarkan Ipung dan Bobi ke basecamp mereka.
    Ternyata Ery dan Indro lagi ngerjain tugas sekolah. Pelajaran biologi, yaitu
    membikin gambar-gambar binatang malam. Karena Ery yang jago motret, akhirnya
    dia yang diutus oleh sekolah bersama Indro. Semula Indro menyangka mereka bakal
    jalan-jalan ke diskotik atau ke mal-mal mencari binatang malam. Lho emangnya
    ada binatang malam di diskotik? Ada cuma itu namanya kupu-kupu malam.
    Tapi nggak disangka kalo Ery bakalan ketemu anak-anak bengal di sini. Ery dan
    Indro juga kaget mendengar perbekalan anak-anak raib ditelan sungai. Ery merasa
    terharu dan Iba.
    "Jadi kalian belum makan dari kemaren sore?" tanya Ery.
    "Beluumm" koor anak-anak.
    "Ya, coba sukarelawan tolong masakin mi instan dari base camp kita"
    perintah Ery
    Hanya sebentar saja mereka sudah balik lagi, masak air dengan kompor Ery, masak
    mie sepuluh bungkus. Ery dan Indro hanya geleng-geleng kepala melihat anak-anak
    itu demikian giras menggasak mie.

    Kamu ketua regunya?" tanya Ery. Piere menganggukkan kepala. Ery dan Piere
    duduk di depan api anggun yang dibuat supaya badan hangat. Mereka kebagian
    giliran jaga. Sementara anak-anak putri tidur di dalam tenda yang dibawa Ery
    dan Indro, anak-anak laki tiduran atau tepatnya bertumpuk di sliping bag gede
    punya Indro, sepintas mirip sarden.

    "Kenapa kamu bawa anak-anak cewek?" Ery nanya lagi. Piere bengong,
    "Maksudnya?" tanyanya heran. "Apa kamu nggak tahu, itukan
    bahaya. Lagian nggak boleh kan perempuan jalan-jalan bareng lelaki yang bukan
    mahromnya" kata Ery. "Eh, kamu tahu mahram nggak?" tanya Ery
    lagi.

    "Saya nggak tahu karena saya nggak pernah ngaji" Piere menjawab
    pelan. "Papa sama Mama nggak pernah nyuruh saya ngaji".
    "Kalo begitu kamu harus ngaji. Kamu udah gede."Sambung Ery. Piere
    terdiam Dia jadi malu dan nggak enak hati. "Terus gimana dengan anak-anak
    itu sekarang?"sekarang Piere yang nanya. Ery diam sebentar.

    "Indro bawa hand phone, kamu pinjem hand ponenya, kasih tahu supaya
    anak-anak perempuan itu dijemput sama bokapnya. Gimana?"
    "Ok, sekarang bangunin anak-anak sudah shubuh nih" kata Ery sambil
    bangun berjalan ke anak-anak cowok.

    Agak siangan rombongan Piere mau pulang. Sekarang ada satu mobil tambahan.
    Setelah mendengar anaknya nelangsa di tempat perkemahan, kotan papinya Tami
    nyuruh kakaknya Tami nyusul, mobil yang tarikannya wus, wus itu sudah nongkrong
    di pos penjagaan. Khusus ngangkutin anak-anak perempuan. Mobil TKW, ledek Ery.
    "Kalian nggak ikut pulang?" tanya Piere. "Nggak ah, masih betah.
    Lagian kalau pulang juga disuruh ngesiin bak. Mendingan di sini santai"
    jawab Indro slengean.
    "Indro rencananya mau indekost disini, sekalian jadi kuncen" ledek
    Ery.

    "Kalo gitu kita pulang duluan deh" Ipung nyalamin Ery dan Indro,
    anak-anak juga ngantri, mirip acara beres pengajian di mesjid.
    "Jangan lupa ngaji ya, Piere" kata Ery. "Insya Allah" Jawab
    Piere.
    Tak lama kemudian dua mobil itu pun jalan meninggalkan bumi perkemahan. Tinggal
    Ery dan Indro yang harus berkemas-kemas.

    Ditulis Ery and the gank

      Waktu sekarang Mon May 20, 2024 9:12 am