Prahara di Budennovski
Oleh:Komarudin
Ibnu Mikam
Pinggiran kota Budennovsk, 13 Juni 1995.
Sejumlah bus dan ambulan bergerak memasuki kota. Tiba di sebuah pos penjagaan,
iring-iringan dihentikan satuan PV tulen.
Walaupun sama-sama mengaku bernaung dibawah Depdagri MVD (Ministerstvo
Vnutrennykh), satuan PV asli merasa tidak mengenali yang datang. “Selamat
malam, pasukan kami baru saja baku tembak dengan pemberontak Chechnya, bisakah
kami lewat? Karena kami ingin segera tiba ke rumah sakit. Beberapa pasukan
mengalami luka berat.”
“Ya… ya… bisakah saya melihat surat-surat Anda, Kamerald?” tanya seorang
penjaga dengan pandangan penuh selidik. Memang di ambulan dan di bus, puluhan
orang tengah mengalami ‘luka parah’. Tapi, tidak biasanya ada pasukan yang
mampir ke pos penjagaan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Paling tidak, kantor
pusat memberitahukannya lewat telepon.
Salim yang berlagak sebagai pimpinan rombongan memberikan secarik surat yang
nampak seperti asli. Kalau kurang jeli, orang tak akan tahu kalau surat itu
hanya palsu. Tapi tidak untuk sang penjaga. Rupanya, ia cukup berpengalaman
menangani penyusupan dan penipuan semacam.
Rasa curiganya muncul. “OK. Saya akan lihat dulu di dalam.” Ia berkata sambil
berjalan memutari bus. Tak sengaja, ia mendengar percakapan dalam bahasa
Chechen dari ‘sang korban’ di dalam. Ia pun segera melongok ke dalam bus,
merasa ada yang ganjil.
Sang penjaga masuk. Ia berpura-pura tak tahu menahu. Bersamaan dengan itu,
Salim pun mencium gelagat yang tidak beres. Ia mengikuti sang penjaga. Tangan
kanannya meraih senjata yang tadi diselempangkan ke belakang. Perlahan, ia
bersiap-siap.
Ternyata benar, dengan bahasa Rusia, penjaga itu melaporkan adanya pasukan
penyusup yang masuk ke Budennovski. Langsung saja, puluhan timah panas meluncur
dari AK 47 milik Salim.
Penjaga tadi terjungkal. Tapi serta merta suara tembakan Salim membuat
penjaga-penjaga lain mengarahkan moncong senjatanya ke arah bus-bus dan ambulan
di depan pos jaga. Baku tembak pun terjadi. Naas, seorang penjaga berhasil
menembak sekotak amunisi yang ada di ambulan. “Blaaar….”
Ambulan meledak berkeping-keping bersama 8 orang di dalamnya.
Untunglah, kelihaian Salim sebagai seorang pejuang berhasil menghabisi beberapa
penjaga yang berada di ruangan dalam. Dari bus, cekatan David melompat dan
berguling sembari melepaskan ‘peluru-peluru ababil’nya dan merobek sejumlah
penjaga. Tiga puluh menit telah berlangsung dalam mempererbutkan pos penjagaan
itu. 11 orang dari pasukan Rusia tewas semua. Sementara dari pasukan Mujahidin,
tercatat 8 orang.
Sadar rencananya telah terbongkar, Basayev pun memerintahkan seluruh pasukannya
untuk bergerak. Dengan radio komunikasinya, ia memerintahkan seluruh anggota
mujahidin yang menyamar segera mengakhiri dan menyandera warga kota.
Menyebarlah para mujahidin yang selama ini berpura-pura menjadi gelandangan
atau kuli kasar.
Kota pun gempar. Warga yang menyerah langsung disandera di halaman dengan kedua
tangan di kepala.
“Saudara-saudara, tetap tenang. Anda akan selamat bila tidak melakukan
perlawanan. Kami mohon maaf dan akan menjamin keselamatan anda.” Basayev
berteriak dengan sebuah pengeras suara. Seluruh warga Budennovski digiring
masuk ke rumah sakit.
Dengan video digital, seorang mujahidin mengirimkan rekaman penyanderaan itu
lengkap dengan pesan yang hendak disampaikan ke beberapa kantor berita seperti
CNN, Itar Tass, AFP dan al Jazeerah.
***
Markas pasukan anti-teror Alpha dan Vega, Krosnodar. Malam yang tenang mendadak
riuh. Sejumlah orang berlarian ke sana ke mari.
Bunyi sirene meraung-raung menyentakan semua orang. Unit pasukan khusus yang
berada di bawah kendali Badan Keamanan Federal FSB (Federal’naya Sluzhba
Bezopasnosti), penerus KGB di zaman Uni Sovyet sibuk mempersiapkan diri setelah
keluar perintah PM Viktor Chernomyrdin.
Pasukan elit Alpha dan Vega sengaja dipilih oleh sang perdana menteri atas
saran Sergei Stepashin, Kepala Badan Kontraintelijen FSK (Federa’naya Sluzhba
Kontrazvedki). Pasukan ini memiliki riwayat operasi dan kemampuan yang tidak
diragukan.
Dengan sokongan dana dan perlengkapan yang luar biasa, pasukan ini diharapkan
mampu mengatasi aksi para mujahidin Chechnya di Budennovsk. “Habisi para
bandit-bandit Chechen dengan cepat!” perintah Chermomyrdin kepada Stephasin.
Namun kesalahan fatal terjadi. Tiba-tiba alat komunikasi pasukan rusak dan
tidak bisa diperbaiki. Komandan Tim Alpha terpaksa meminjam radio komunikasi
milik PV, pasukan keamanan Departemen Dalam Negeri Rusia. Padahal, modelnya
sangat ketinggalan zaman dan tidak dilengkapi perangkat pengacak saluran
(scramble).
Akibatnya, hampir semua pembicaraan tim, baik Tim Alpha maupun Vega dapat
di-copy dengan sempurna oleh pasukan mujahidin yang membekali diri dengan
perangkat sejenis. Anggota tim komunikasi mujahidin di ruangan lobby langsung
melaporkan semua perkembangan di luar kepada Basayev.
Melalui handy talkie, David Keith berkata kepada Basayev, “Brother, mereka tak
perduli dengan sandera. Mereka hendak menyerbu kita.”
“Ya. Mereka nampaknya telah kehilangan hati nurani dengan mengorbankan warga
sipil. Egoisme mereka lebih berharga dibanding nyawa rakyat…” jawab Basayev.
Giginya bergemeretak. Deburan dadanya melaju tak menentu.
****
17 Juni 1994, waktu menunjukan pukul 04.52 waktu setempat. Seorang sersan
kepala memimpin enam orang tim 1 Alpha Moskwa untuk melakukan penyusupan.
Setiap anggota pasukan telah diset bergerak dengan atribut seringan mungkin.
Baru beberapa menit merayap memasuki rerimbunan taman, tiba-tiba suara panser
menderu. Suara berisik yang ditimbulkan membangunkan semua orang yang berada di
dalam rumah sakit.
Padahal, sebelumnya hanya beberapa orang yang mendapat tugas jaga saja. Para
militan terjaga. Mata dan perhatian pun diarahkan keluar. Saat itulah, Ghazi
yang berjaga di sektor barat melihat bentuk tak biasa dari taman. Naluri
militernya berkata ada sesuatu yang berbeda. “Ssst….” Ia berbisik pelan kepada
seorang mujahidin di sebelahnya. Dengan gerakan isyarat, ia memberitahukan
adanya penyusup di sektor Barat. Sang mujahidin melongok sebentar.
Setelah itu, ia mengacungkan jempol, tanda ia melihat sang penyusup. Ia
mengacungkan enam jari. “Wait…till come closer…” Salim berkata dengan bahasa
Inggris karena ia tak bisa berbahasa Rusia. Mujahidin yang lain mengangguk. Seorang
berlari ke luar memberitahu Basayev dan komandan kompi yang lain. “Semuanya
waspada…mereka mulai menyusup..” Suara terdengar ke semua ruangan di lobi.
Seorang yang lain memberitahu ruangan lain. Mereka tak menggunakan radio
komunikasi khawatir dapat disadap musuh.
Ternyata benar, di bagian belakang sejumlah tentara khusus pasukan Rusia dari
Tim Vegha pun tengah mengendap. Mujahidin yang berjaga di belakang pun mampu
mendeteksi dengan baik. Mereka mencoba mendekati garasi belakang Rumah Sakit.
Mereka tak sadar, tiga pasang mata mengawasi dari jarak yang cukup dijangkau
oleh proyektil GP-25. Namun Mujahidin tetap menanti hingga jarak yang sangat
pas untuk melumat Tim Vegha semua.
Matahari mulai melepas sinarnya. Keadaan masih sunyi. Tim Alpha sudah tiba di
sisi barat. Baru saja menyentuh tembok rumah sakit tiba-tiba terdengar bunyi
rentetan DShK yang berseling dengan ledakan proyektil GP-25, menjadi salam
pembuka dari kaum mujahidin untuk menghentikan langkah Tim Alpha.
“Aaah…..!” seorang menjerit dengan tangan memegangi kepala. Ia tewas dengan
darah mengucur dari batok kepalanya. Lima orang yang lain melompat ke tempat
rerimbunan sembari melepaskan tembakan balasan. Baku tembak terjadi.
Posisi penyusup lebih buruk. Dari lantai dua dan tiga, sang penyusup dapat
dibidik dengan jelas. Kembali jeritan terdengan dengan semburan cairan merah
dari dadanya. “Munduuur…!” sersan pemimpin serangan memerintahkan prajurit yang
tersisa.
Tim penyusup awal gagal. Selusin anggota kontra teroris tewas dengan kondisi
menyedihkan. Komandan tim gabungan Alpha dan Vegha murka. “Bagaimana mungkin,
pasukan kita yang terlatih kalah oleh komplotan teroris gunung!” Suaranya
meninggi. Pun begitu, walau tim pembukanya bertumbangan secara menyakitkan,
pimpinan operasi Alpha enggan surut. Malah sebaliknya. Ia kalap dan menyiapkan
serangan besar-besaran. Para operator penyembur api RPO-A shmel diperintahkan
untuk bersiap. Beberapa prajurit berlari mencari posisi yang pas baik dari sisi
kiri Rumah sakit maupun sisi kanan.
Dari lantai 2, Keith melihat gerakan para serdadu Rusia itu. Insting militernya
bergerak.
“Awas, mereka akan melemparkan bom api! Menjauh dari jendela.”
Peringatan Keith terlambat. Dua orang gerilyawan terkena jilatan api dan
pecahan kaca yang berhamburan akibat bom api itu. Beberapa orang membantu
memadam api dan menarik ke ruangan lain yang lebih dalam.
Para sandera berteriak histeris. Tangan mereka melambai-lambai dan
menghentak-hentak kaca jendela menimbulkan suara yang membuat operator RPOA
kebingungan. Mereka jadi serba salah dan kehilangan arah. Semburan api pun tak
terarah.
Bersamaan dengan itu, Basayev memerintahkan para penembak jitu untuk menghabisi
para operator itu.
“Aaaaagh….” Nampak seorang operator terjungkal dilibas peluru sniper. Operator
lain nasibnya tak kalah naas. Tabung pelontarnya tertembak dan meledak. Api pun
menghabisi tuannya sendiri. Bau daging terbakar menyergap hidung bersama
raungan dan erangan sang operator.
Pukulan kedua kembali gagal. Seolah kehilangan akal, pimpinan operasi akhirnya
mengerahkan dua unit panser BTR 80A. Baru beberapa meter beranjak, empat
tembakan RPG menyalak dari gedung. Satu unit BTR kontan meledak dan terbakar.
Para pengemudi tewas mengenaskan. BTR yang lain tak kalah sial. Kubah
senjatanya rontok diterjang proyek senjata pelontar granat anti tank, RPG.
Saat penumpangnya berlarian ke luar tank. Moncong sniper gerilyawan bekerja.
Menyambar ke sana ke mari mengirim nyawa-nyawa pasukan Alpha dan Vhega ke
neraka. Tebaran maut itu menyebabkan empat orang berkalang tanah dengan batok
kepala yang berlubang, termasuk satu oang Alpha yang bermaksud memberikan
pertolongan.
Melihat rekan-rekannya berguguran,unit Alpha Krasnodar melancarkan serangan
besar-besaran. Mereka kalap. Rumah sakit itu dihujani peluru. Walhasil,
sejumlah sandera yang diletakkan di jendela tewas oleh tentara Rusia sendiri.
Termasuk sejumlah gerilyawan militan Chechnya. Di beberapa titik, beberapa
militan tampak terjungkal kena hantaman proyektil RPG 18 unit Vega.
Kondisi menjadi terbalik. Kali ini pasukan Rusia yang memegang kendali.
Beberapa unit kecil berhasil merangsek ke arah yang lebih dekat. Beberapa
sniper gerilyawan pun bersimbah darah menyebabkan pertahanan Rumah sakit yang
semakin kendor. Salah satu panser BTR 70 miliki unit Vega sempat menghujani
satu sisi Rumah sakit dan mengenai beberapa gerilyawan.
Di bawah perlindungan rekan-rekannya, Enam orang dari unit Vega membawa sebuah
tangga aluminium untuk memanjat lantai dua. Begitu juga tim Alpha. Melalui
gorong-gorong air dibawah tanah, beberapa anggota tim mencoba mendekati gedung.
Dari belakang sebuah panser BTR memasuki halaman belakang rumah sakit.
Bersamaan dengan itu, serangan dilancarkan ke arah lantai 2. Pasukan gerilyawan
tak tinggal diam. Hujan peluru dan proyektil RPG ke arah panser tahun 80-an
itu. Sayang meleset. Lontaran senjata anti tank itu hanya mengenai tanah.
Tapi mendadak, panser itu berjalan tanpa kendali dan mendadak berhenti setelah
menubruk tembok kamar mayat di belakang. Dari pintu penumpang belakang tampak
jilatan api. Tak berapa lama kemudian, ledakan keras meluluhkanlantakan panser
dan semua yang ada di dalamnya.
Ternyata, panser itu mengangkut pasokan amunisi untuk unit-unit Alpha dan Vega.
Lantaran pintu belakang yang tidak tertutup rapat, sebutir peluru nyasar masuk
ke dalam dan menyulut kebakaran dan ledakan. Akibatnya cukup fatal, persediaan
amunisi unit Alpha dn Vega pun menipis. Otomatis, mereka tidak lagi bisa
mengobral tembakan. Meledaknya panser yang mengangkut amunisi ini mengubah kembali
kondisi.
Kali ini pasukan gerilyawan yang merasa di atas angin. Kembali muntahan timah
panas menyebar membuat tak berkutik unit Alpha dan Vega.
****
Matahari mulai naik meninggi. Panasnya menebar ke sekujur kota. Angin bertiup.
Menjelang matahari sepenggalah baku tembak berhenti. Masing-masing pihak
berjaga waspada menanti apa yang akan terjadi kemudian. Salim menemui Basayev.
“Brother, kondisi semakin mengkhawatirkan hampir 20 orang pasukan kita syahid.”
“Tenanglah. Allahumaana… Allahumaana… Allahumaana…”
“Brother, bagaimana negosiasi kita dengan pihak Rusia?”
“Alhamdulillah, perang opini kita berhasil. Media massa internasional
menayangkan penembakan pasukan Rusia ke arah sandera. Kremlin terjepit. Apalagi
di pihak mereka pun beberapa pasukan khusus mereka tewas di tangan kita.”
“Lalu?”
“Mereka bersedia bernegosiasi dengan mediasi Organisasi Kerjasama Keamanan
Eropa (OSCE).”
“Tapi, jangan pernah mempercayai orang kafir. Mereka bisa saja menipu kita.
Brother, kita harus memperkuat penjagaan. Dan membuat jebakan-jebakan di
beberapa pintu di halaman belakang.”
“Brother Salim, Anda benar. Segera laksanakan!”
“Yes, Sir”
Bersama beberapa orang, Salim berjalan menuruni tangga dan menaruh bahan
peledak yang di desain khusus sehingga bila pintu yang terkunci dapat terbuka,
ia akan meledak.
Saat matahari mulai bergulir dari arah belakang empat orang anggota unit Alpha
mengendap dan berhasil mendekati pintu belakang yang terkunci namun tidak
terjaga. Seorang diantaranya segera membongkar paksa pintu itu. Saat pintu
terbuka, blaaarrr! Bom meledak. Empat orang kembali terjungkal.
Mendapatkan laporan kegagalan pasukan kontra teroris, Mendagri Rusia segera
memerintahkan pasukan yang tersisa untuk kembali ke barak. Sebagai gantinya,
tempat itu kini dipagari ribuan anggota pasukan VV bersenjata berat. Sembari
menunggu perintah selanjutnya dari PM Chernomyrdin.
Menjelang sore, akhirnya pihak Rusia bersedia memenuhi seluruh tuntutan
gerilyawan. Di Grozny, ibukota Chechnya, pihak gerilyawan berunding dibawah
pengawasan OSCE. Kedua pihak sama-sama bersikeras dan bersikukuh dengan
tuntutannya masing-masing. Perundingan menemui jalan buntu.
Hanya disepakati penyanderaan di Budennovsk itu diakhiri sejalan dengan
keselamatan. Shamil Basayev beserta pasukan multinasional keluar dari kota itu.
Sebagian sandera setuju untuk dibebaskan dengan tebusan tujuh buah bus dan satu
truk.
Di pinggiran kota beriringan tujuh buah bus dan satu buah truk. Konvoi
kendaraan itu melaju menuju rumah sakit. Di dua bus, sekitar 150 orang
menyediakan diri menjadi sukarelawan untuk menjadi jaminan keamanan agar tidak
terjadi serangan dari pihak Rusia. Mereka terdiri dari para anggota DPR dan
jurnalis. Posisi mereka menggantikan posisi tawanan para warga kota.
Basayev juga menolak untuk keluar pada malam hari. “Saya tidak percaya Anda!”
ujar Basayev kepada Chernomyrdin saat berbicara melalui sambungan telepon
satelit. Basayev juga meminta untuk menghentikan sama sekali tembakan dari
pasukan Rusia. Sebab, ia masih mendengar sejumlah tembakan di sekitar gedung
rumah sakit.
***
Sore menjelang, iring-iringan bus dan truk memasuki halaman muka rumah sakit.
Sejumlah gerilyawan yang bertugas sebagai sniper dan pembawa pelontar granat,
RPG masih bersiap di posnya masing-masing. Basayev tak henti-hentinya berzikir.
Tangannya masih bersiaga di senjata mesinnya dengan telunjuk di pelatuk. Ia
segera memberikan isyarat untuk melepaskan semua sandera setelah para
sukarelawan masuk ke dalam lobi rumah sakit.
Semua sandera yang dilepas berhamburan dengan berteriak keras. Bergiliran masuk
beberapa gerilyawan ke bus. Masing-masing bus di isi sukarelawan, rata-rata
antara sepuluh hingga lima belas orang. Basayev adalah orang terakhir yang
masuk ke bus pertama. Tak sedikitpun takut dan upaya untuk berlindung. Semua
mata dan kamera televisi menyorot peristiwa itu. Termasuk, moncong senjata
pasukan Rusia. Semuanya dalam keadaan siap ditembakkan.
Di udara, heli Mi-17 milik Rusia berputar-putar mengawasai semua yang bergerak
baik di rumah sakit hingga daerah-daerah sekitarnya. Sementara, pasukan elit
Rusia, Spetnaz menyembunyikan diri di perut panser BTR-80A dengan perlengkapan
senjata lengkap.
Baik heli maupun panser Rusia menguntit konvoi gerilyawan yang bergerak ke arah
wilayah tak bertuan di perbatasan dengan Chechnya. Siang malam konvoi bergerak.
Begitu pula para penguntitnya. Dari udara helikopter Mi-17 mengawasi.
Sementara di darat, pasukan khusus Rusia mengawasi melalui sebuah panser.
Rencananya, para sandera akan dibebaskan seluruhnya di Zandak, tenggara
Chechnya, sebelum akhirnya mereka sendiri beranjak menuju Dargo.
Di Vedeno, konvoi berhenti. Basayev memerintahkan pasukan beristirahat
sebentar. Keith turun dari bus nomor dua. Ia turun dengan cara melompat.
Sesuatu terjatuh dari tubuhnya. Ups, sebuah granat tangan menggelinding ke arah
bawah mobil. Keith menahan nafas, kalau-kalau granat nanas itu meledak.
Syukurlah, kuncinya masih tertanam dengan baik. Perlahan ia merunduk dan
berjongkok memasuki kolong mobil. Saat tangannya meraba granat, pandangannya
terpana pada sebuah benda aneh yang tertempel di dasar mobil. Tak salah itu
adalah bom.
“Awas… ada bom di bawah mobil!”
Teriakannya membuat semua pasukan keluar dan bersiap dengan senjata di tangan.
“Brother Keith, ada bom dimana?”
“Di bawah mobil.”
Tiga orang pasukan gerilyawan yang ahli dalam menjinakkan bom mencoba mendekat.
Melepas rangkaian bom yang ditempel di salah satu mesin. Setelah di bongkar,
tampak rangkaian bom buatan Rusia. Semua bom yang dipasang berhasil dicopoti
dan dijinakkan. Tanpa sepengetahuan tentara Rusia.
Serentak, bus-bus yang lainnya pun digeledah dan ketahuan masing-masing bus
dipasangi bom sejenis. Basayev naik pitam. Ia mendekati para sukarelawan yang
ketakutan. Gerakan Basayev diikuti Imam Abu. Ia melangkah di sisi Basayev. Ia
mengerti betul apa yang akan dilakukan sahabatnya itu.
“Damned, Rusia!
Teriakannya diikuti dengan mengarahkan moncong senapan mesinnya.
“Brother, No!”
Imam Abu menepis senjata Basayev ke arah langit.
“Brother, tewasnya mereka malah akan membuat pasukan Rusia leluasa untuk
menyergap kita. Tidak ada gunanya membunuhi mereka!”
Basayev menuruti ucapan Imam Abu.
“Perketat penjagaan. Tembak yang mencoba macam-macam!”
Rombongan kembali bergerak hingga tiba di Zandok. Seluruh sandera akhirnya
dibebaskan tanpa kecuali. Ketika pihak Rusia hendak meledakkan kendaraan,
konvoi terus melaju tanpa kejadian apa pun.
Rusia jengkel. Mereka berhasil dipecundangi mujahidin internasional.
Oleh:Komarudin
Ibnu Mikam
Pinggiran kota Budennovsk, 13 Juni 1995.
Sejumlah bus dan ambulan bergerak memasuki kota. Tiba di sebuah pos penjagaan,
iring-iringan dihentikan satuan PV tulen.
Walaupun sama-sama mengaku bernaung dibawah Depdagri MVD (Ministerstvo
Vnutrennykh), satuan PV asli merasa tidak mengenali yang datang. “Selamat
malam, pasukan kami baru saja baku tembak dengan pemberontak Chechnya, bisakah
kami lewat? Karena kami ingin segera tiba ke rumah sakit. Beberapa pasukan
mengalami luka berat.”
“Ya… ya… bisakah saya melihat surat-surat Anda, Kamerald?” tanya seorang
penjaga dengan pandangan penuh selidik. Memang di ambulan dan di bus, puluhan
orang tengah mengalami ‘luka parah’. Tapi, tidak biasanya ada pasukan yang
mampir ke pos penjagaan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Paling tidak, kantor
pusat memberitahukannya lewat telepon.
Salim yang berlagak sebagai pimpinan rombongan memberikan secarik surat yang
nampak seperti asli. Kalau kurang jeli, orang tak akan tahu kalau surat itu
hanya palsu. Tapi tidak untuk sang penjaga. Rupanya, ia cukup berpengalaman
menangani penyusupan dan penipuan semacam.
Rasa curiganya muncul. “OK. Saya akan lihat dulu di dalam.” Ia berkata sambil
berjalan memutari bus. Tak sengaja, ia mendengar percakapan dalam bahasa
Chechen dari ‘sang korban’ di dalam. Ia pun segera melongok ke dalam bus,
merasa ada yang ganjil.
Sang penjaga masuk. Ia berpura-pura tak tahu menahu. Bersamaan dengan itu,
Salim pun mencium gelagat yang tidak beres. Ia mengikuti sang penjaga. Tangan
kanannya meraih senjata yang tadi diselempangkan ke belakang. Perlahan, ia
bersiap-siap.
Ternyata benar, dengan bahasa Rusia, penjaga itu melaporkan adanya pasukan
penyusup yang masuk ke Budennovski. Langsung saja, puluhan timah panas meluncur
dari AK 47 milik Salim.
Penjaga tadi terjungkal. Tapi serta merta suara tembakan Salim membuat
penjaga-penjaga lain mengarahkan moncong senjatanya ke arah bus-bus dan ambulan
di depan pos jaga. Baku tembak pun terjadi. Naas, seorang penjaga berhasil
menembak sekotak amunisi yang ada di ambulan. “Blaaar….”
Ambulan meledak berkeping-keping bersama 8 orang di dalamnya.
Untunglah, kelihaian Salim sebagai seorang pejuang berhasil menghabisi beberapa
penjaga yang berada di ruangan dalam. Dari bus, cekatan David melompat dan
berguling sembari melepaskan ‘peluru-peluru ababil’nya dan merobek sejumlah
penjaga. Tiga puluh menit telah berlangsung dalam mempererbutkan pos penjagaan
itu. 11 orang dari pasukan Rusia tewas semua. Sementara dari pasukan Mujahidin,
tercatat 8 orang.
Sadar rencananya telah terbongkar, Basayev pun memerintahkan seluruh pasukannya
untuk bergerak. Dengan radio komunikasinya, ia memerintahkan seluruh anggota
mujahidin yang menyamar segera mengakhiri dan menyandera warga kota.
Menyebarlah para mujahidin yang selama ini berpura-pura menjadi gelandangan
atau kuli kasar.
Kota pun gempar. Warga yang menyerah langsung disandera di halaman dengan kedua
tangan di kepala.
“Saudara-saudara, tetap tenang. Anda akan selamat bila tidak melakukan
perlawanan. Kami mohon maaf dan akan menjamin keselamatan anda.” Basayev
berteriak dengan sebuah pengeras suara. Seluruh warga Budennovski digiring
masuk ke rumah sakit.
Dengan video digital, seorang mujahidin mengirimkan rekaman penyanderaan itu
lengkap dengan pesan yang hendak disampaikan ke beberapa kantor berita seperti
CNN, Itar Tass, AFP dan al Jazeerah.
***
Markas pasukan anti-teror Alpha dan Vega, Krosnodar. Malam yang tenang mendadak
riuh. Sejumlah orang berlarian ke sana ke mari.
Bunyi sirene meraung-raung menyentakan semua orang. Unit pasukan khusus yang
berada di bawah kendali Badan Keamanan Federal FSB (Federal’naya Sluzhba
Bezopasnosti), penerus KGB di zaman Uni Sovyet sibuk mempersiapkan diri setelah
keluar perintah PM Viktor Chernomyrdin.
Pasukan elit Alpha dan Vega sengaja dipilih oleh sang perdana menteri atas
saran Sergei Stepashin, Kepala Badan Kontraintelijen FSK (Federa’naya Sluzhba
Kontrazvedki). Pasukan ini memiliki riwayat operasi dan kemampuan yang tidak
diragukan.
Dengan sokongan dana dan perlengkapan yang luar biasa, pasukan ini diharapkan
mampu mengatasi aksi para mujahidin Chechnya di Budennovsk. “Habisi para
bandit-bandit Chechen dengan cepat!” perintah Chermomyrdin kepada Stephasin.
Namun kesalahan fatal terjadi. Tiba-tiba alat komunikasi pasukan rusak dan
tidak bisa diperbaiki. Komandan Tim Alpha terpaksa meminjam radio komunikasi
milik PV, pasukan keamanan Departemen Dalam Negeri Rusia. Padahal, modelnya
sangat ketinggalan zaman dan tidak dilengkapi perangkat pengacak saluran
(scramble).
Akibatnya, hampir semua pembicaraan tim, baik Tim Alpha maupun Vega dapat
di-copy dengan sempurna oleh pasukan mujahidin yang membekali diri dengan
perangkat sejenis. Anggota tim komunikasi mujahidin di ruangan lobby langsung
melaporkan semua perkembangan di luar kepada Basayev.
Melalui handy talkie, David Keith berkata kepada Basayev, “Brother, mereka tak
perduli dengan sandera. Mereka hendak menyerbu kita.”
“Ya. Mereka nampaknya telah kehilangan hati nurani dengan mengorbankan warga
sipil. Egoisme mereka lebih berharga dibanding nyawa rakyat…” jawab Basayev.
Giginya bergemeretak. Deburan dadanya melaju tak menentu.
****
17 Juni 1994, waktu menunjukan pukul 04.52 waktu setempat. Seorang sersan
kepala memimpin enam orang tim 1 Alpha Moskwa untuk melakukan penyusupan.
Setiap anggota pasukan telah diset bergerak dengan atribut seringan mungkin.
Baru beberapa menit merayap memasuki rerimbunan taman, tiba-tiba suara panser
menderu. Suara berisik yang ditimbulkan membangunkan semua orang yang berada di
dalam rumah sakit.
Padahal, sebelumnya hanya beberapa orang yang mendapat tugas jaga saja. Para
militan terjaga. Mata dan perhatian pun diarahkan keluar. Saat itulah, Ghazi
yang berjaga di sektor barat melihat bentuk tak biasa dari taman. Naluri
militernya berkata ada sesuatu yang berbeda. “Ssst….” Ia berbisik pelan kepada
seorang mujahidin di sebelahnya. Dengan gerakan isyarat, ia memberitahukan
adanya penyusup di sektor Barat. Sang mujahidin melongok sebentar.
Setelah itu, ia mengacungkan jempol, tanda ia melihat sang penyusup. Ia
mengacungkan enam jari. “Wait…till come closer…” Salim berkata dengan bahasa
Inggris karena ia tak bisa berbahasa Rusia. Mujahidin yang lain mengangguk. Seorang
berlari ke luar memberitahu Basayev dan komandan kompi yang lain. “Semuanya
waspada…mereka mulai menyusup..” Suara terdengar ke semua ruangan di lobi.
Seorang yang lain memberitahu ruangan lain. Mereka tak menggunakan radio
komunikasi khawatir dapat disadap musuh.
Ternyata benar, di bagian belakang sejumlah tentara khusus pasukan Rusia dari
Tim Vegha pun tengah mengendap. Mujahidin yang berjaga di belakang pun mampu
mendeteksi dengan baik. Mereka mencoba mendekati garasi belakang Rumah Sakit.
Mereka tak sadar, tiga pasang mata mengawasi dari jarak yang cukup dijangkau
oleh proyektil GP-25. Namun Mujahidin tetap menanti hingga jarak yang sangat
pas untuk melumat Tim Vegha semua.
Matahari mulai melepas sinarnya. Keadaan masih sunyi. Tim Alpha sudah tiba di
sisi barat. Baru saja menyentuh tembok rumah sakit tiba-tiba terdengar bunyi
rentetan DShK yang berseling dengan ledakan proyektil GP-25, menjadi salam
pembuka dari kaum mujahidin untuk menghentikan langkah Tim Alpha.
“Aaah…..!” seorang menjerit dengan tangan memegangi kepala. Ia tewas dengan
darah mengucur dari batok kepalanya. Lima orang yang lain melompat ke tempat
rerimbunan sembari melepaskan tembakan balasan. Baku tembak terjadi.
Posisi penyusup lebih buruk. Dari lantai dua dan tiga, sang penyusup dapat
dibidik dengan jelas. Kembali jeritan terdengan dengan semburan cairan merah
dari dadanya. “Munduuur…!” sersan pemimpin serangan memerintahkan prajurit yang
tersisa.
Tim penyusup awal gagal. Selusin anggota kontra teroris tewas dengan kondisi
menyedihkan. Komandan tim gabungan Alpha dan Vegha murka. “Bagaimana mungkin,
pasukan kita yang terlatih kalah oleh komplotan teroris gunung!” Suaranya
meninggi. Pun begitu, walau tim pembukanya bertumbangan secara menyakitkan,
pimpinan operasi Alpha enggan surut. Malah sebaliknya. Ia kalap dan menyiapkan
serangan besar-besaran. Para operator penyembur api RPO-A shmel diperintahkan
untuk bersiap. Beberapa prajurit berlari mencari posisi yang pas baik dari sisi
kiri Rumah sakit maupun sisi kanan.
Dari lantai 2, Keith melihat gerakan para serdadu Rusia itu. Insting militernya
bergerak.
“Awas, mereka akan melemparkan bom api! Menjauh dari jendela.”
Peringatan Keith terlambat. Dua orang gerilyawan terkena jilatan api dan
pecahan kaca yang berhamburan akibat bom api itu. Beberapa orang membantu
memadam api dan menarik ke ruangan lain yang lebih dalam.
Para sandera berteriak histeris. Tangan mereka melambai-lambai dan
menghentak-hentak kaca jendela menimbulkan suara yang membuat operator RPOA
kebingungan. Mereka jadi serba salah dan kehilangan arah. Semburan api pun tak
terarah.
Bersamaan dengan itu, Basayev memerintahkan para penembak jitu untuk menghabisi
para operator itu.
“Aaaaagh….” Nampak seorang operator terjungkal dilibas peluru sniper. Operator
lain nasibnya tak kalah naas. Tabung pelontarnya tertembak dan meledak. Api pun
menghabisi tuannya sendiri. Bau daging terbakar menyergap hidung bersama
raungan dan erangan sang operator.
Pukulan kedua kembali gagal. Seolah kehilangan akal, pimpinan operasi akhirnya
mengerahkan dua unit panser BTR 80A. Baru beberapa meter beranjak, empat
tembakan RPG menyalak dari gedung. Satu unit BTR kontan meledak dan terbakar.
Para pengemudi tewas mengenaskan. BTR yang lain tak kalah sial. Kubah
senjatanya rontok diterjang proyek senjata pelontar granat anti tank, RPG.
Saat penumpangnya berlarian ke luar tank. Moncong sniper gerilyawan bekerja.
Menyambar ke sana ke mari mengirim nyawa-nyawa pasukan Alpha dan Vhega ke
neraka. Tebaran maut itu menyebabkan empat orang berkalang tanah dengan batok
kepala yang berlubang, termasuk satu oang Alpha yang bermaksud memberikan
pertolongan.
Melihat rekan-rekannya berguguran,unit Alpha Krasnodar melancarkan serangan
besar-besaran. Mereka kalap. Rumah sakit itu dihujani peluru. Walhasil,
sejumlah sandera yang diletakkan di jendela tewas oleh tentara Rusia sendiri.
Termasuk sejumlah gerilyawan militan Chechnya. Di beberapa titik, beberapa
militan tampak terjungkal kena hantaman proyektil RPG 18 unit Vega.
Kondisi menjadi terbalik. Kali ini pasukan Rusia yang memegang kendali.
Beberapa unit kecil berhasil merangsek ke arah yang lebih dekat. Beberapa
sniper gerilyawan pun bersimbah darah menyebabkan pertahanan Rumah sakit yang
semakin kendor. Salah satu panser BTR 70 miliki unit Vega sempat menghujani
satu sisi Rumah sakit dan mengenai beberapa gerilyawan.
Di bawah perlindungan rekan-rekannya, Enam orang dari unit Vega membawa sebuah
tangga aluminium untuk memanjat lantai dua. Begitu juga tim Alpha. Melalui
gorong-gorong air dibawah tanah, beberapa anggota tim mencoba mendekati gedung.
Dari belakang sebuah panser BTR memasuki halaman belakang rumah sakit.
Bersamaan dengan itu, serangan dilancarkan ke arah lantai 2. Pasukan gerilyawan
tak tinggal diam. Hujan peluru dan proyektil RPG ke arah panser tahun 80-an
itu. Sayang meleset. Lontaran senjata anti tank itu hanya mengenai tanah.
Tapi mendadak, panser itu berjalan tanpa kendali dan mendadak berhenti setelah
menubruk tembok kamar mayat di belakang. Dari pintu penumpang belakang tampak
jilatan api. Tak berapa lama kemudian, ledakan keras meluluhkanlantakan panser
dan semua yang ada di dalamnya.
Ternyata, panser itu mengangkut pasokan amunisi untuk unit-unit Alpha dan Vega.
Lantaran pintu belakang yang tidak tertutup rapat, sebutir peluru nyasar masuk
ke dalam dan menyulut kebakaran dan ledakan. Akibatnya cukup fatal, persediaan
amunisi unit Alpha dn Vega pun menipis. Otomatis, mereka tidak lagi bisa
mengobral tembakan. Meledaknya panser yang mengangkut amunisi ini mengubah kembali
kondisi.
Kali ini pasukan gerilyawan yang merasa di atas angin. Kembali muntahan timah
panas menyebar membuat tak berkutik unit Alpha dan Vega.
****
Matahari mulai naik meninggi. Panasnya menebar ke sekujur kota. Angin bertiup.
Menjelang matahari sepenggalah baku tembak berhenti. Masing-masing pihak
berjaga waspada menanti apa yang akan terjadi kemudian. Salim menemui Basayev.
“Brother, kondisi semakin mengkhawatirkan hampir 20 orang pasukan kita syahid.”
“Tenanglah. Allahumaana… Allahumaana… Allahumaana…”
“Brother, bagaimana negosiasi kita dengan pihak Rusia?”
“Alhamdulillah, perang opini kita berhasil. Media massa internasional
menayangkan penembakan pasukan Rusia ke arah sandera. Kremlin terjepit. Apalagi
di pihak mereka pun beberapa pasukan khusus mereka tewas di tangan kita.”
“Lalu?”
“Mereka bersedia bernegosiasi dengan mediasi Organisasi Kerjasama Keamanan
Eropa (OSCE).”
“Tapi, jangan pernah mempercayai orang kafir. Mereka bisa saja menipu kita.
Brother, kita harus memperkuat penjagaan. Dan membuat jebakan-jebakan di
beberapa pintu di halaman belakang.”
“Brother Salim, Anda benar. Segera laksanakan!”
“Yes, Sir”
Bersama beberapa orang, Salim berjalan menuruni tangga dan menaruh bahan
peledak yang di desain khusus sehingga bila pintu yang terkunci dapat terbuka,
ia akan meledak.
Saat matahari mulai bergulir dari arah belakang empat orang anggota unit Alpha
mengendap dan berhasil mendekati pintu belakang yang terkunci namun tidak
terjaga. Seorang diantaranya segera membongkar paksa pintu itu. Saat pintu
terbuka, blaaarrr! Bom meledak. Empat orang kembali terjungkal.
Mendapatkan laporan kegagalan pasukan kontra teroris, Mendagri Rusia segera
memerintahkan pasukan yang tersisa untuk kembali ke barak. Sebagai gantinya,
tempat itu kini dipagari ribuan anggota pasukan VV bersenjata berat. Sembari
menunggu perintah selanjutnya dari PM Chernomyrdin.
Menjelang sore, akhirnya pihak Rusia bersedia memenuhi seluruh tuntutan
gerilyawan. Di Grozny, ibukota Chechnya, pihak gerilyawan berunding dibawah
pengawasan OSCE. Kedua pihak sama-sama bersikeras dan bersikukuh dengan
tuntutannya masing-masing. Perundingan menemui jalan buntu.
Hanya disepakati penyanderaan di Budennovsk itu diakhiri sejalan dengan
keselamatan. Shamil Basayev beserta pasukan multinasional keluar dari kota itu.
Sebagian sandera setuju untuk dibebaskan dengan tebusan tujuh buah bus dan satu
truk.
Di pinggiran kota beriringan tujuh buah bus dan satu buah truk. Konvoi
kendaraan itu melaju menuju rumah sakit. Di dua bus, sekitar 150 orang
menyediakan diri menjadi sukarelawan untuk menjadi jaminan keamanan agar tidak
terjadi serangan dari pihak Rusia. Mereka terdiri dari para anggota DPR dan
jurnalis. Posisi mereka menggantikan posisi tawanan para warga kota.
Basayev juga menolak untuk keluar pada malam hari. “Saya tidak percaya Anda!”
ujar Basayev kepada Chernomyrdin saat berbicara melalui sambungan telepon
satelit. Basayev juga meminta untuk menghentikan sama sekali tembakan dari
pasukan Rusia. Sebab, ia masih mendengar sejumlah tembakan di sekitar gedung
rumah sakit.
***
Sore menjelang, iring-iringan bus dan truk memasuki halaman muka rumah sakit.
Sejumlah gerilyawan yang bertugas sebagai sniper dan pembawa pelontar granat,
RPG masih bersiap di posnya masing-masing. Basayev tak henti-hentinya berzikir.
Tangannya masih bersiaga di senjata mesinnya dengan telunjuk di pelatuk. Ia
segera memberikan isyarat untuk melepaskan semua sandera setelah para
sukarelawan masuk ke dalam lobi rumah sakit.
Semua sandera yang dilepas berhamburan dengan berteriak keras. Bergiliran masuk
beberapa gerilyawan ke bus. Masing-masing bus di isi sukarelawan, rata-rata
antara sepuluh hingga lima belas orang. Basayev adalah orang terakhir yang
masuk ke bus pertama. Tak sedikitpun takut dan upaya untuk berlindung. Semua
mata dan kamera televisi menyorot peristiwa itu. Termasuk, moncong senjata
pasukan Rusia. Semuanya dalam keadaan siap ditembakkan.
Di udara, heli Mi-17 milik Rusia berputar-putar mengawasai semua yang bergerak
baik di rumah sakit hingga daerah-daerah sekitarnya. Sementara, pasukan elit
Rusia, Spetnaz menyembunyikan diri di perut panser BTR-80A dengan perlengkapan
senjata lengkap.
Baik heli maupun panser Rusia menguntit konvoi gerilyawan yang bergerak ke arah
wilayah tak bertuan di perbatasan dengan Chechnya. Siang malam konvoi bergerak.
Begitu pula para penguntitnya. Dari udara helikopter Mi-17 mengawasi.
Sementara di darat, pasukan khusus Rusia mengawasi melalui sebuah panser.
Rencananya, para sandera akan dibebaskan seluruhnya di Zandak, tenggara
Chechnya, sebelum akhirnya mereka sendiri beranjak menuju Dargo.
Di Vedeno, konvoi berhenti. Basayev memerintahkan pasukan beristirahat
sebentar. Keith turun dari bus nomor dua. Ia turun dengan cara melompat.
Sesuatu terjatuh dari tubuhnya. Ups, sebuah granat tangan menggelinding ke arah
bawah mobil. Keith menahan nafas, kalau-kalau granat nanas itu meledak.
Syukurlah, kuncinya masih tertanam dengan baik. Perlahan ia merunduk dan
berjongkok memasuki kolong mobil. Saat tangannya meraba granat, pandangannya
terpana pada sebuah benda aneh yang tertempel di dasar mobil. Tak salah itu
adalah bom.
“Awas… ada bom di bawah mobil!”
Teriakannya membuat semua pasukan keluar dan bersiap dengan senjata di tangan.
“Brother Keith, ada bom dimana?”
“Di bawah mobil.”
Tiga orang pasukan gerilyawan yang ahli dalam menjinakkan bom mencoba mendekat.
Melepas rangkaian bom yang ditempel di salah satu mesin. Setelah di bongkar,
tampak rangkaian bom buatan Rusia. Semua bom yang dipasang berhasil dicopoti
dan dijinakkan. Tanpa sepengetahuan tentara Rusia.
Serentak, bus-bus yang lainnya pun digeledah dan ketahuan masing-masing bus
dipasangi bom sejenis. Basayev naik pitam. Ia mendekati para sukarelawan yang
ketakutan. Gerakan Basayev diikuti Imam Abu. Ia melangkah di sisi Basayev. Ia
mengerti betul apa yang akan dilakukan sahabatnya itu.
“Damned, Rusia!
Teriakannya diikuti dengan mengarahkan moncong senapan mesinnya.
“Brother, No!”
Imam Abu menepis senjata Basayev ke arah langit.
“Brother, tewasnya mereka malah akan membuat pasukan Rusia leluasa untuk
menyergap kita. Tidak ada gunanya membunuhi mereka!”
Basayev menuruti ucapan Imam Abu.
“Perketat penjagaan. Tembak yang mencoba macam-macam!”
Rombongan kembali bergerak hingga tiba di Zandok. Seluruh sandera akhirnya
dibebaskan tanpa kecuali. Ketika pihak Rusia hendak meledakkan kendaraan,
konvoi terus melaju tanpa kejadian apa pun.
Rusia jengkel. Mereka berhasil dipecundangi mujahidin internasional.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as