Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    since i dont have u

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    since i dont have u Empty since i dont have u

    Post by admin Tue Jun 15, 2010 12:22 pm

    Since I Don't Have You


    Pagi-pagi Ogi udah dengerin jeritannya Axl Rose yang sendu lewat "Since I
    Don't Have You" dalam album Spaghetti Incident-nya Guns 'N Roses. Hari
    benar-benar masih pagi. Hal yang tak lazim bagi anak semanis Ogi untuk mendengarkan
    'ceramahnya' para pengusung musik heavy metal itu. Lantunan syair yang
    dibawakan Axl Roses dan kelompok Bedil Karo Kembang-nya ibarat doa-doa indah
    yang manjur dalam telinga Ogi. Tak terasa bibirnya mengikuti bait-bait lagu
    itu. "I don't have anything. And I don't have hopes and dreams. I don't
    have anything. Since I don't have you..." Enak didengar? Lumayan. Maklum
    mantan vokalis grup band. Jadi nyetel aja ngikutin tembang kayak begituan mah.

    Namun, omong-omong, kenapa Ogi bisa begitu sentimentil? Jangan-jangan ada udang
    di balik bakwan nih. Soal, nggak biasanya begitu sedih. Ogi masih menggenggam
    secarik kertas putih yang sudah belepotan dengan tulisan tangan yang rapi.
    Surat yang ia dapatkan dari pengurus rohis dua hari yang lalu. Sesekali ia
    membaca surat itu. Surat yang ternyata membuat gemuruh di dadanya semakin
    kencang dan tak tertahankan. Tersenyum, tapi lantas wajahnya tak bisa
    disembunyikan dari rasa kecewa.

    "Jadi juga kamu pergi, Leony!" Ogi setengah bergumam. Lalu ia
    menyandarkan kepalanya pada lipatan kedua tangannya. Ia berbaring di kasur.
    Kupingnya tetap mendengarkan jeritan sindennya kelompok Bedil Karo Kembang, Axl
    Rose membawakan Since I Don't have You. Weleh, weleh. Ternyata surat yang ada
    dalam genggaman Ogi adalah surat dari Leony. Tapi, kok kenapa bikin Ogi jadi
    begitu? Ada yang aneh dalam suratnya Leony?

    Ya, Leony ternyata harus kembali mengembara mengikuti tugas bapaknya ke luar
    jawa. Maklum, karir bapaknya sedang naik. Itu pun katanya sebagai syarat untuk
    promosi jabatannya. Leony terpaksa harus ikut, karena konon bapaknya nggak tega
    kalo anak perempuan semata wayangnya harus ditinggalin di Jakarta sendirian.

    Tapi apa hubungannya dengan Ogi? Bukankah surat tersebut adalah surat kepada
    semua anggota rohis sebagai ucapan perpisahan karena nggak bisa berjuang
    bersama dalam waktu dan tempat yang sama? Dan surat itu kan surat biasa,
    ungkapan dari seseorang yang tidak hanya menganggap anak-anak rohis sebagai
    bilangan, tetapi juga diperhitungkan. Jadi, wajar kan kalo curahan hatinya
    dituangkan dalam surat kepada rekan-rekan seperjuangannya. Kedengarannya memang
    heroik dan bahkan romantis. Itu lah isi surat Leony kepada rekan-rekannya yang
    aktif di rohis.

    "Kamu belum tahu apa yang sebenarnya ada di hatiku," Ogi kembali
    ngomong sendiri. "Hari-hari yang indah bersamamu, meski tak pernah
    mengungkapkan kata cinta, sangat membekas dalam diriku, Leony. Sepertinya
    terlalu manis untuk dilupakan. Aku membutuhkanmu, justeru di saat aku
    melupakanmu" ucapnya pelan. "Sebenarnya aku mencintaimu. Namun, kamu
    belum mendengar kata itu diucapkan dari bibirku," Ogi seolah menyesal. O,
    itu toh yang membuat Ogi jadi murung, dan mukanya tampak masam, persis nasi
    uduk yang udah nggak dimakan selama empat hari? Masam banget! Ternyata Ogi
    diam-diam mencintai Leony.

    Hari minggu yang cerah. Matahari sebenarnya sudah mulai beranjak dari kaki
    langit. Mulai merayap seiring dengan berubahnya waktu. Sinarnya begitu hangat
    untuk mengusir embun yang sejak malam tadi menggelayut di dedaunan. Betul-betul
    suasana yang menyenangkan. Namun tidak untuk Ogi. Ogi kemudian menatap VCD yang
    ada di hadapannya. Sebuah film romantis, namun tragis, Message in a Bottle yang
    diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Nicholas Sparks. Ia tersenyum
    sendiri. "Ah, kadang-kadang memang kita harus menjalani hidup seperti
    dalam sebuah film. Ternyata cinta tak selamanya harus berakhir bahagia."

    Aksi diamnya Ogi itu tak ada yang memprotes, soalnya papa dan mamanya sedang ke
    luar kota. Kalo pembantunya, Bi Iyam, nggak bakalan berani mengusik posisinya.
    Ogi benar-benar jadi pemuda melankolis pagi ini.

    Senin pagi yang cerah. Dan hari pertama Leony resmi meninggalkan anak-anak
    rohis SMU Jingga. Kegalauan dalam hati Ogi semakin menjadi-jadi, ketika ia
    melewati tempat bersejarah saat ia harus berlama-lama ngerumpi bareng Jamil
    soal Leony. Sebuah bangku di sisi taman sebelah utara, yang biasa dipakai Ogi
    dan Jamil untuk ngetem sambil ngerumpi.

    Ia duduk sendiri. Wajahnya menatap kosong pohon kembang kertas yang mulai
    tumbuh subur. Ogi belum bisa menghapus bayangan indah tentang Leony.

    "Gi!" suara jelek yang sangat akrab di telinganya membuyarkan lamunan
    Ogi. "Mil, bilang salam dulu, kek. Bikin kaget aku aja!" Ogi setengah
    protes pada sahabat karibnya. "Sori. Sori. Kalo aku ternyata membuatmu
    terkaget-kaget. Tenang sobat!" Jamil menenangkan suasana. "Eh, Gi.
    Kayaknya enak juga nih kalo dengerin lagu ini. Cocok buat kamu!" Jamil
    menyodorkan walkman nyentriknya pada Ogi."Tumben kamu Mil, pake
    membawa-bawa benda keramat ini. Ngomong-ngomong sumbunya udah dipasang belum
    nih?" Ogi malah ngeguyonin."Enak aja, emangnya kompor?" Jamil
    mendelik. Ogi segera menekan tombol play walkman-nya Jamil. Tapi sebentar
    kemudian Ogi melepaskan earphone-nya.

    "Wah, kamu ngeledek, ya? Makin membuat aku terlena dong? Kamu tahu aja
    suasana hatiku. Pantesnya lagu Tommy Page ini dengernya malam-malam. Supaya
    bisa curhat." Ogi mengomentari lagu Shoulder to Cry On-nya Tommy Page di
    kaset Jamil. "Tuh, kan. Benar juga tebakanku. Pasti kamu lagi mikirin Leony.
    Terang saja selama ini kamu kan sniper ulung, cuma sayang belum teruji, karena
    belum pernah melepaskan tembakan jitu ke dalam relung hatinya. Baru sebatas
    ngincer doang!" Jamil tetap menggoda sambil tertawa terkekeh.

    "Hush, sembarangan! Jangan kenceng-kenceng, Mil!" Ogi mendelik. Lalu
    sejenak kemudian, keduanya tertawa lebar sambil tunjuk-tunjuk hidung.

    ***

    Kata orang, cinta itu memang indah. Cinta adalah energi yang mampu memberikan
    kekuatan yang dahsyat. Dalam tataran cinta antar lawan jenis, sering kali cinta
    membuat pelakunya tertawa sekaligus menangis. Cinta memang unik. Datang tanpa
    diundang dan pergi pun tanpa diminta. Tiba-tiba ada dan mengalir dalam jiwa.
    Kita pun hanyut dalam menikmatinya. Makanya nggak salah-salah amat kalau
    akhirnya Ebiet G. Ade, seniman yang puisinya sering dimusikalisasi ini
    bertanya: "Apakah ada bedanya, saat kita bertemu dengan saat kita
    berpisah?" Jawabnya, masih dalam lagu yang sama, sama-sama nikmat! Percaya
    atu tidak, terserah.

    Kalau api cinta sudah membara kadang kala sulit untuk dipadamkan. Sam yang
    diperankan Tom Hanks yang begitu kesepian gara-gara ditinggal mati oleh istri
    tercintanya, mendadak jatuh hati kepada seorang wanita cantik dan keibuan yang
    berhasil diperankan dengan mantap oleh Meg Ryan dalam film Sleepless In
    Seattle. Munculnya pun sederhana saja. Anaknya Sam menelepon sebuah stasiun
    radio yang sedang menyiarkan acara semacam dari hati ke hati.

    Si anak mengungkapkan bahwa ayahnya tak pernah bisa tidur sejak ditinggal mati
    ibunya. Tanpa sengaja, seorang wanita yang berhati lembut yang diperankan
    dengan cantik oleh Meg Ryan juga sedang mendengarkan siaran radio tersebut di
    mobilnya. Ia terenyuh dengan omongan si anak itu. Akhirnya ia mencari. Bertemu
    dan happy ending.

    Pun cinta kadangkala tumbuh hanya karena merasa iba dengan curahan hati
    seseorang. Seperti Robin Wright Penn yang memerankan Theresa Osborne. Ia yang
    kesepian akibat perceraian kemudian jatuh cinta gara-gara menemukan sebuah
    botol yang terapung-apung di pantai. Setelah diambil, ia membuka botol dan
    didapatinya secarik kertas bertuliskan curahan hati seorang pria dengan begitu
    romantis--karena ditinggal mati istrinya--di botol itu hanya tertulis inisial
    "G". Yang belakangan ketahuan bahwa pria itu adalah Garret Blake yang
    diperankan dengan matang oleh Kevin Costner dalam film Message in a Bottle.

    Ogi juga sedang dilanda kegalauan hati gara-gara sang dewi pujaan meninggalkan
    dirinya dan semua rekan-rekan rohis di sekolahnya, untuk pindah ke luar jawa.
    Yang, entah kapan bisa bertemu kembali. Sangat sulit bagi Ogi untuk
    membayangkan perpisahan itu. Maklum, ia punya kisah kasih, meski Leony sendiri
    mungkin tak pernah merasakannya. Tentu saja karena Ogi belum memberikan harapan
    pada Leony tentang keinginannya. Namun Ogi tetap merasa bahwa jiwanya hampa.
    Ogi merasa sudah kehilangan harapan dan mimpi sejak Leony pergi. I Don't Have
    Anything, since I don't have you, begitu katanya. Duh, betapa sentimentilnya
    Ogi. Love is Blind kata Tiffany. Ya, wajar, anak seumuran Ogi masih pantas
    untuk menilai cinta dari sudut egonya.

    Jamil sang sohib sempat dibikin pusing dengan tingkah Ogi yang nggak biasanya.
    Ogi jadi pemurung. Ibarat pemain sepakbola yang tak punya mental juara, baru
    kemasukan satu gol saja sudah pasrah. Ogi benar-benar menjadi tak bergairah.
    Ibarat tanaman yang kekurangan air. Lemas dan loyo, meski Jamil selalu
    memberikan bodoran-bodoran khasnya. "Ah, aku kayaknya badut yang udah
    nggak lucu lagi," kata Jamil frustasi karena bodorannya nggak mampu
    membuat teman akrabnya ngakak atau sekadar senyum."Mil, ternyata anak
    pengajian juga bisa sakit hati, ya?" Ogi setengah nggak
    percaya."He..he.. lha iya. Namanya juga manusia. Pasti dong punya
    perasaan. Gimana sih kamu ini? Wajar, Gi!" Jamil ngeledekin. "Berarti
    wajar juga kan kalo aku begini?" Ogi mengajukan pembelaan.

    "Lho, wajar sih wajar, tapi jangan keterusan sentimentil begitu,"
    Jamil kali ini rada serius. "Kamu menuduh aku frustasi?" Ogi menuding
    Jamil."Kok, kamu jadi perasa banget, Gi?" Jamil heran.
    "Memangnya nggak boleh, kalau aku mencintai seseorang?" Ogi malah
    ngelantur. "Boleh-boleh saja. Itu hak kamu. Tapi kita juga mesti tahu
    diri, bahwa cinta jangan sampai mematikan akal sehat kita," Jamil kembali
    nasihatin Ogi. "Tapi, Mil.." Ogi memotong. "Tapi apa? Tapi aku
    nggak bisa melupakan begitu saja soal Leony. Itu kan yang akan kamu
    katakan?" Jamil menekan. "Mil, kamu kok bukannya memberikan solusi.
    Malah memojokkan aku, sih?" Ogi bingung."Justru aku memberikan yang
    terbaik buat kamu," Jamil nggak bisa nahan kekesalannya.

    Kali ini dua sahabat itu terlihat tegang. "Ah.. bilang saja bahwa kamu
    juga mencintai Leony. Iya kan? Dan kamu berusaha memalingkan aku tentang Leony,
    supaya kamu bisa mengejar Leony dengan bebas. Begitu kan?" Ogi malah
    tambah ngaco. "Gi, kamu sadar nggak sih dengan apa yang kamu
    katakan?" Jamil melotot. Ogi tertegun, ia menelan ludah. Matanya
    berkaca-kaca. Matanya menatap kosong pohon kembang kertas yang bunganya mulai
    berjatuhan ditiup angin. Pikirannya menerawang menembus mega-mega. Menembus
    dimensi ruang dan waktu.

    "Gi, kamu memang punya hak untuk mencintai siapa saja, termasuk Leony.
    Tapi ingat bahwa Leony pun punya hak untuk mencintai siapapun yang dia
    inginkan. Lagi pula kamu ini aneh. Belum mengungkapkan kok sudah menganggap
    memiliki Leony. Kamu hanya mengejar bayangan, Gi. Bukan diri Leony!" Jamil
    kembali nasihatin Ogi."Tapi ini hanya soal waktu, Mil! Its a matter of
    time!" Ogi berargumen."Gi, kamu jangan menipu dirimu. Jangan-jangan
    kamu hanya bertepuk sebelah tangan. Cinta itu harus diekspresikan. Harus
    diwujudkan dalam tingkah laku. Percuma saja kamu menyatakan cinta, namun tak
    diwujudkan dalam tindakan nyata. Cinta itu butuh pengorbanan, Gi. Cinta itu
    perjuangan!" Jamil panjang lebar.

    "Jadi, kamu menganggap bahwa aku belum berjuang?" Ogi menatap lekat
    wajah sahabatnya itu. "Belum! Kamu belum bisa dikatakan telah berjuang.
    Kalo sudah berjuang pasti akan berani berkorban dan menghadapi kenyataan,"
    "Tapi..." Ogi nggak ngelanjutin bicaranya."Tapi aku belum berani
    mengatakannya. Itu kan yang akan kamu sampaikan?" Jamil memotong.
    "Mil, tolonglah. Jangan kamu menambah beban," Ogi memelas.

    "Gi, kamu nggak pantas melakukan ini. Aku tahu betul gimana kamu. Aku
    ngerti suasana hati kamu. Aku berusaha empati terhadapmu. Tapi, tolong kamu
    jangan bermain dengan perasaan-perasaan yang cengeng dan konyol seperti itu.
    Aku berusaha untuk menolongmu. Asalkan kamu juga mau menolong dirimu
    sendiri," "Maksudmu?" "Aku tahu, masalah ini hanya aku dan
    kamu yang tahu. Aku sahabatmu, Gi. Aku nggak rela bila sohib sejak masa
    jahiliyah sampai udah hijrah ini harus menderita dan selalu menguber bayangan
    yang tak pasti. Lagi pula perjalanan kita masih panjang. Masih muda usia.
    Perjuangan dakwah juga masih memerlukan orang-orang seperti kita. Kita jangan
    hanyut dalam perasaan-perasaan yang justeru akan membuat kewajiban kita tak
    terlaksana. Anggap ini sebagai ujian dari Allah. Toh kembang tak hanya setaman,
    kan? Lagi pula cinta kepada Allah jauh lebih tinggi nilainya," Jamil
    panjang lebar meyakinkan Ogi. Ogi kembali tertegun. Ia melihat ke langit. Matanya
    asyik menatap sekawanan burung yang terbang gesit. Licah seperti tak memiliki
    beban.

    "Gi, kamu bisa kirim surat dan mengatakan terus terang kepadanya,"
    Jamil menyadarkan lamunan Ogi. "Aku belum berani!" "Ya, sudah
    lupakan!" "Tidak bisa, Mil!" Ogi ngotot.

    "Jangan egois. Kamu bisa melupakannya ketika ada bunga lain yang mampu
    mencairkan dinding es yang kamu bangun. Aku yakin bahwa suatu saat seiring
    dengan perubahan waktu, kamu bisa melupakan Leony. Dan yang terpenting, kamu
    kan belum tahu tentang Leony. Siapa tahu ia malah memimpikan bersanding dengan
    Arya atau Koko atau arjuna lain di rohis ini. Atau malah ia sudah berencana
    dengan teman lamanya ketika di Bandung. Kita nggak tahu kan? Karena dalamnya
    lautan masih bisa diselami. Tapi dalamnya hati manusia, nggak ada yang tahu
    kecuali Allah. Iya nggak?" Jamil nyeramahin Ogi.

    "Tapi aku belum menemukan yang lebih dari dia.." "Bohong! Kamu
    sendiri pernah mengatakan kepadaku, bahwa Rosa adalah pilihan kedua kamu!"
    Jamil kembali memotong. Ogi tertegun. Ia bahkan tersentak. Ogi menatap lekat
    wajah Jamil seolah tak ingin melepaskannya. Dan Jamil pun balas menatap tajam
    wajah Ogi. "Gi, kamu pernah bicara bahwa kamu mencintai Rosa. Hanya saja
    kamu belum berani mengatakannya. Dan keburu datang Leony yang ternyata
    bayangannya mampu mengalahkan pikiran-pikiranmu tentang Rosa," Jamil
    nyerocos. "Sudah. Sudah Mil, kita pulang saja! Waktu sudah sore. Sekolahan
    sudah sepi," Ogi bangkit.

    Jamil menjawab dengan mengangkat kedua bahunya. Akhirnya dua makhluk itu
    beranjak meninggalkan taman sekolah yang sejak selesai sholat dhuhur mereka
    tempati.

    "Mil, boleh nggak sih aku mengkhitbah seseorang saat ini?" Ogi ingin
    keyakinan. "Eh, nggak boleh!" suara Jamil di ujung telepon.
    "Lho, kok nggak boleh?" Ogi heran."Iya, nggak boleh malah haram
    kalau yang kamu khitbah adalah aku," Jamil cengengesan. "Dasar!"
    Ogi nahan ketawa. "Boleh-boleh aja. Asal kamu serius mau
    menikahinya," Jamil meyakinkan. "Ya, aku mau menikahinya. Tapi nanti
    setelah kuliah. Kamu mau bantu?" "Huu....masih lama dong!"
    "Tapi kan ini proses, Mil!" Ogi beralasan. "Iya. Tapi
    kelamaan!""Aku serius, Mil!" Ogi ngotot. "Bene serius,
    nih?" Jamil setengah nggak percaya."Mengapa tidak?" Ogi nantang.
    "Leony?" Jamil pendek.

    "Tidak. Tekadku sudah bulat: Harus melupakan Leony!" Ogi bertekad
    sambil menirukan slogan salah satu parpol peserta pemilu."Wah, hebat kamu,
    Gi. Aku nggak sedang bermimpi, kan. Dan aku nggak salah dengar, kan?"
    Jamil seolah nggak percaya dengan keputusan sohibnya yang tiba-tiba. "Kamu
    nggak mimpi, Mil. Bayangan Leony ingin kuhapus agar tak pernah menghantui
    kehidupanku. Mil, kadangkala kita harus mengubur segala keinginan. Keinginan
    yang tak tertahankan sekalipun. Aku sadar, bahwa tak selamanya hidup ini bisa
    memilih, kadangkala harus menerima apa adanya. Meski pedih sekalipun." Ogi
    panjang lebar. "Alhamdulillah!" Jamil bersyukur. "Terima kasih,
    Mil. Kamu telah mampu membuka pikiranku tentang hidup, semalaman aku nggak bisa
    tidur memikirkan dia dan nasihat-nasihat kamu." "Dia, siapa? Jamil
    mengejar. "Ya, Rosa dan Leony. Siapa lagi?" Ogi tertawa. "Jadi
    kamu memilih Rosa?" Jamil meyakinkan tebakannya."Begitulah!" Ogi
    memantapkan."Mil. Halo, halo?" "Ya, aku masih ada di sini,
    Gi!" "Kenapa kamu diam? "Nggak, cuma kaget aja," Jamil
    beralasan."Ya, udah. Kalau begitu tolong ya, sampaikan sama Rosa!"
    "Hah? Aku?" Jamil keselek. "Lho, kenapa tidak? Kamu kan
    sohibku." Ogi kaget.

    "Iya, iya. Aku siap bantu kamu, Gi!" Jamil sedikit grogi. "Aku
    tunggu kabar baiknya ya, Mil. Yuk Assalamu'alaikum!" Ogi nutup pembicaraan
    via teleponnya. "Ya, wa'alaikumsalam. Klik!"

    ***

    Ogi deg-degan menunggu kabar itu dari Jamil. Ogi sudah bulat untuk mengkhitbah
    Rosa dan berencana menikahinya setelah lulus sekolah nanti, sambil kuliah. Ya,
    paling tidak setahun lagi. Ia berpikir mudah-mudahan bisa menjaga hubungannya
    sesuai syariat Islam bila sampai jadi dengan Rosa. Ogi menunggu Jamil di taman
    sebelah utara yang biasa dipakai mangkal kalau lagi santai.

    Lama juga menunggu Jamil. Ogi gelisah. Maklum Jamil akan membawa keputusan
    paling bersejarah dalam hidupnya. Matanya menatap kembang-kembang kertas.
    Kadang-kadang berkelebat bayangan Leony. Tapi Ogi berusaha keras untuk
    menepisnya. "Gi! Melamun aja kamu!" "Eh, kamu Mil. Ngucapin
    salam kenapa sih? Bikin kaget orang saja." Ogi setengah kesal.
    "Gimana, berhasil?" Ogi nggak sabar. "Sabar kawan!"
    "Ayo dong, Mil!" Ogi makin deg-degan. "Gi, kamu benar-benar mau
    melupakan Leony?" Jamil pelan. "Kok, kamu bertanya itu lagi
    sih?" Ogi heran. "Baca ini!" Jamil menyodorkan surat dari Rosa.
    "Maksudmu, apa?" "Sudah, baca saja!" Jamil bikin penasaran
    Ogi. Ogi buru-buru membuka lalu membacanya.

    "Yang terhormat, Saudaraku, Ogi Assalamu'alaikum wr. Wb. Alhamdulillah
    segala puji hanya milik Allah. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
    kepada junjungan kita semua, Nabi Muhammad saw. keluarga, sahabat dan umatnya
    yang setia meneladani beliau dalam seluruh aspek kehidupannya. Amin.

    Langsung saja. Terus terang Aku kaget dengan ungkapan hatimu yang disampaikan
    Jamil. Aku sangat berterima kasih atas niat baikmu terhadapku. Aku merasa
    mendapat sesuatu yang sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Sulit
    diterjemahkan dalam sebuah rangkaian tulisan. Ogi, Aku sangat gembira mendengar
    niatanmu. Dan Aku pun sangat ingin untuk bisa memenuhi itu. Namun, Aku harap kamu
    juga mau mengerti perasaan wanita. Kaget, ya? Jadi, begini. Sebagai seorang
    wanita Aku sendiri sering merasa kesulitan bila harus menyakiti hati orang
    lain, apalagi teman sendiri. Kamu kenal Leony kan? Ia telah mengungkapkan isi
    hatinya kepadaku, bahwa ia berharap bisa hidup berdampingan denganmu di masa
    yang akan datang."

    Glek! Ogi kaget setengah hidup. "Kenapa Gi?" Jamil heran. Tapi Ogi
    tak menghiraukan pertanyaan Jamil. Ogi kembali melanjutkan dengan hati makin
    deg-degan. Kali ini Jamil pun ikutan baca. "Ya, Leony sangat mencintaimu.
    Ia hanya berani mengungkapkan kepadaku. Tentu saja, karena perempuan tak
    seberani pria dalam mengungkapkan perasaannya. Lagi pula, aneh bila wanita
    duluan yang harus mengungkapkan perasaannya pada pria. Jadi, Aku juga tak ingin
    membuatnya menderita. Meski Aku sendiri sebenarnya bahagia menerima pinanganmu.
    Tapi menurutmu, kalau cinta harus memilih, pilihlah Leony. Ia berhak merasakan
    kebahagiaan itu.



      Similar topics

      -

      Waktu sekarang Mon May 20, 2024 1:17 am