Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    sutan takdir alisyahbana

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    sutan takdir alisyahbana Empty sutan takdir alisyahbana

    Post by ratri Mon Jun 14, 2010 10:20 pm

    Sutan Takdir Alisjahbana


    Andaikan Masih Hidup





    Alangkah beruntungnya kita jika Sutan Takdir
    Alisjahbana (STA) masih hidup sekarang. Kita bisa banyak bertanya soal arah
    kebudayaan bangsa ini. Soal budaya yang hari-hari ini menjadi isu sangat
    relevan dalam kehidupan kita saat media massa sibuk memberitakan perdebatan
    mengenai RUU Pornografi dan Pornoaksi.





    Bukankah STA adalah pemuja modernitas dari
    Barat? Mungkin kalimat itu yang bisa dilontarkan jika kita mengasumsikan
    pornografi adalah anak kandung modernitas dari Barat. Asumsi itu bisa jadi
    terlampau menyederhanakan masalah kebudayaan dan soal yang berkaitan dengan
    dunia syahwat.





    Lepas dari perdebatan itu dan yang tak mungkin
    bisa dilupakan dari sosok STA ialah idenya yang berani soal arah kemajuan
    budaya bagi Indonesia. STA pada tahun 1935 dengan tegas menyebutkan, Barat, ke
    Baratlah, Indonesia harus melihat dan belajar jika ingin maju. STA melontarkan
    idenya itu pada usia 27 tahun.





    Pokok-pokok pemikiran STA bukan hanya
    mengguncang masyarakat saat itu. Para pemikir dan budayawan seangkatannya
    seperti Ki Hajar Dewantara dan Sanusi Pane menanggapi pemikiran STA seraya
    mengingatkan STA bahwa Timur adalah arah kemajuan budaya yang harus
    dipertahankan Indonesia mendatang.





    Memikat sekali untuk mencermati catatan
    almarhum Mochtar Lubis tentang STA. Menurut bapak jurnalis Indonesia itu,
    sumbangan utama STA yang harus tercatat dalam sejarah kebudayaan Indonesia
    ialah polemiknya yang penuh gairah menghadapi intelektual seniornya yang hendak
    mempertahankan nilai kebudayaan lama sebagai landasan kemajuan Indonesia.
    Perdebatan antara STA dengan para penentangnya belakangan dikenal dengan
    istilah Polemik Kebudayaan.





    Jika dikaitkan dengan persoalan arah budaya
    Indonesia mendatang, termasuk perdebatan keras di masyarakat mengenai bagaimana
    negara mengatur soal pornografi, maka peluncuran buku Sang Pujangga, 70 Tahun
    Polemik Kebudayaan, Menyongsong Satu Abad S. Takdir Alisjahbana di Taman Ismail
    Marzuki (TIM), Selasa (21/2) malam menjadi sangat relevan. Buku yang disunting
    A Abdul Karim Mashad bukan hanya berisi informasi mengenai karya tulis STA.
    Buku itu memuat juga sejumlah tulisan budayawan Indonesia yang mengkritisi
    pemikiran STA.





    Hadir dalam peluncuran buku itu sastrawan
    Abdul Hadi, sejarawan Asvi Warman Adam dan para mahasiswa dan budayawan yang
    tampaknya sangat antusias mendiskusikan pikiran STA. Ratna Sarumpaet sempat
    pula membawakan puisi karya STA berjudul Menuju Ke Laut. "Kami telah
    meninggalkan engkau, Tasik yang tenang, tiada beriak, diteduhi gunung yang
    rimbun dari angin dan topan...''





    Karya STA yang dibacakan Ketua Dewan Kesenian
    Jakarta itu seolah menunjukkan sikap STA yang tegas untuk meninggalkan tradisi
    budaya di Indonesia yang menurutnya antiintelektual dan antimaterialisme. Bisa
    jadi pendapat STA soal antiintelektual ini tepat untuk menggambarkan wajah
    budaya Indonesia saat ini. Wajah yang kebingungan untuk menentukan arah budaya
    Indonesia hingga soal pornografi pun harus diatur secara khusus dalam sebuah
    Undang Undang (UU), sementara UU yang sudah ada dan mengatur masalah itu tidak
    digunakan dengan maksimal. (Suara Pembaruan, 22 Februari 2006)








    Pemikiran Rasional STA


    Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana tentang
    Islam sangat relevan dan kontekstual dalam perkembangan Islam sekarang ini. Ia
    menginginkan umat Islam bisa mencapai kemajuan dan keluar dari keterbelakangan.





    ”Ia mengembangkan sikap rasional, memahami
    agama dengan cara yang rasional, mengembangkan pemikiran yang rasional. Jadi
    bukan pemahaman yang literal,” kata Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
    Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra pada diskusi ”Menyongsong Satu Abad
    Sutan Takdir Alisjahbana” yang kerap disebut STA di Jakarta, Selasa (21/2).





    Menurut Azyumardi, ada kecenderungan sekarang
    ini orang memahami agama secara literal, secara hitam putih. Sikap literal
    itulah yang menurut STA tidak kondusif untuk mencapai kemajuan.





    STA menekankan pentingnya bagi orang Islam
    untuk mengembangkan i’tijad, berpikir secara independen untuk menjawab
    masalah-masalah yang ada. Meskipun STA sangat menekankan distingsi Islam, ia
    juga sangat menekankan bahwa Islam amat mementingkan solidaritas antarmanusia
    sehingga dengan begitu umat Islam bisa terhindar dari keislaman yang
    chauvinistik. Ia melihat dalam sejarah Islam bahwa kaum Muslimin dalam banyak
    hal tak segan-segan bekerja sama dengan golongan-golongan (agama) lain. Menurut
    STA, dalam dunia yang menjadi kecil sekarang (globalisasi), tidak boleh tidak
    kerja sama antarmanusia mesti diusahakan dengan sungguh-sungguh.





    Asvi Warman Adam, ahli peneliti utama Lembaga
    Ilmu Pengetahuan Indonesia, melihat pemikiran STA lebih banyak memprovokasi
    kita supaya melihat ke Barat. ”Sutan Takdir Alisjahbana menganggap nilai-nilai
    Barat seperti individualis, materialisme, dan egoisme sebagai sesuatu yang
    penting sebagai api. Dia mengibaratkan orang masak nasi, jadi jangan dipadamkan
    apinya. Kalau di Barat, nasi (itu) sudah hampir masak, jadi api tak perlu
    diperbesar. Di Indonesia api itu diperlukan,” kata Asvi.





    Untuk konteks masa kini, melihat atau
    mengambil sesuatu yang positif dari Barat, dipandang Asvi, masih sangat
    relevan.


    Menurut Asvi, STA bersama Muhammad Yamin
    adalah dua pujangga yang saling melengkapi. STA menghadap ke depan dengan
    menyatakan kita harus mencontoh Barat untuk mengambil yang positif dari Barat,
    sedangkan Yamin mengajak kita kembali ke belakang saat kita pernah mengalami
    kejayaan pada masa lampau.

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 6:58 pm