R a w a
Dalam pelajaran di sekolah, kita mengenal beberapa istilah
seperti sungai, danau, laut, rawa dan masih banyak lagi. Nah, sekarang kita
akan membahas sedikit tentang 'rawa'. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, rawa
diartikan sebagai tanah yang rendah (umumnya di daerah pantai) dan digenangi
air, biasanya banyak terdapat tumbuhan air. Penggenangan air di rawa dapat
bersifat musiman ataupun permanen. Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati
yang sangat kaya.
Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio
carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih
(Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai
jenis lainnya. Faunanya antara lain : harimau (Panthera tigris), Orang utan
(Pongo pygmaeus), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi
hutan (Sus scrofa), badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan.
Jenis-jenis
rawa
Luas rawa di Indonesia diperkirakan lebih dari 23 juta hektar.
Peran
dan manfaat hutan rawa :
Apa
yang terjadi jika hutan rawa hilang ?
· dapat mengakibatkan
kekeringan
· dapat
mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
· dapat
mengakibatkan banjir
· hilangnya flora
dan fauna di dalamnya
· sumber mata pencaharian penduduk setempat
berkurang
Contoh rawa yang sekarang menjadi cagar alam adalah cagar alam
muara angke. Cagar alam muara angke terletak dibagian utara kota
Jakarta, keberadaannya membentang sepanjang garis pantai dari muara karang ke
barat ke arah kamal dengan panjang kurang lebih 5 km lebar 100 meter dengan
luas kurang lebih 50,80 Ha. Akhir-akhir ini keadaanya sangat memprihatinkan
karena rusaknya lingkungan ekosistem, pencemaran air laut, sampah plastik dan
abrasi air laut. Padahal dari hutan ini kita dapat belajar banyak tentang
berbagai jenis tumbuhan air, satwa unggas, reptil dll.
Di kawasan Jakarta
utara, tepatnya di daerah muara angke hingga ke barat ke kamal terdapat hutan
mangrove (hutan bakau) yang dilindungi dan dijadikan cagar alam. Hutan mangrove
ini membentang sepanjang garis pantai dengan panjang kurang lebih 5 km dan
lebar 100 meter persegi. Hutan ini ditumbuhi dari berbagai macam tumbuhan air
diantaranya pohon bakau (Rhizophora Mucronata), pohon api-api, akasia, dan
tumbuhan perdu lainnya. Sedangkan satwa yang menjadi penghuni kawasan cagar
alam ini diantaranya adalah musang, berang-berang dan monyet yang sudah semakin
sulit ditemukan karena kelangkaan ketersediaaan makanan, selain itu ada 74
jenis burung diantaranya kuntul, blekok, pecuk, bango, belibis. Namun jika kita
ke sana yang sering dijumpai adalah jenis kuntul dan belibis. Diperkirakan
burung-burung ini sudah hijrah ke pulau rambut, lalu ada juga 4 jenis ikan dan
7 jenis reptil (biawak dan berbagai ular berbisa dan ular sanca.
Menurut data dari Departemen Kehutanan prop DKI, keberadaan hutan
di Jakarta terdiri dari: Hutan Lindung seluas 44,76 Ha, Hutan Cagar alam seluas
25.02 Ha, Hutan Wisata seluas 99,82 Ha, Cagar alam pulau Bakor seluas 18 Ha,
dan Cagar alam Pulau Rambut seluas 45 Ha.
Fungsi
Hutan
Dari sudut ekologis, hutan mangrove merupakan suatu bentuk
ekosistem yang unik. Alasannya, di kawasan mangrove terpadu empat unsur
biologis penting yang penting: daratan, pepohonan, fauna serta ekosistem.
Sehingga, pengelolaan potensi hutan seperti ini harus tepat dan rasional agar
fungsi ekologis dan ekonomisnya dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Fungsi hutan mangrove
sendiri sebagai pelindung terhadap pengikisan pantai, pelindung terhadap angin
laut, menahan intrusi air laut dan tempat berkembangnya biota laut, selain
sebagai obyek penelitian dan obyek wisata yang perlu dikembangkan. Sebagai
obyek penelitian, kita dapat melakukan berbagai penelitian tentang berbagai
jenis tumbuhan air, tingkat pencemaran air laut, jenis-jenis satwa dan biota
air lainnya. Namun jika keberadaanya semakin rusak bagaimana nanti kita
mempertanggungjawabkanya terhadap anak cucu, merawat dan menjaganya adalah
tugas kita bersama, hutan bukanlah warisan namun titipan dari anak cucu kita.
Dalam pelajaran di sekolah, kita mengenal beberapa istilah
seperti sungai, danau, laut, rawa dan masih banyak lagi. Nah, sekarang kita
akan membahas sedikit tentang 'rawa'. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, rawa
diartikan sebagai tanah yang rendah (umumnya di daerah pantai) dan digenangi
air, biasanya banyak terdapat tumbuhan air. Penggenangan air di rawa dapat
bersifat musiman ataupun permanen. Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati
yang sangat kaya.
Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio
carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih
(Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai
jenis lainnya. Faunanya antara lain : harimau (Panthera tigris), Orang utan
(Pongo pygmaeus), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi
hutan (Sus scrofa), badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan.
Jenis-jenis
rawa
- Hutan rawa air
tawar, memiliki permukaan tanah yang kaya akan mineral.
Biasanya ditumbuhi hutan lebat; - Hutan rawa
gambut, terbentuk dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang
proses penguraiannya sangat lambat sehingga tanah gambut memiliki
kandungan bahan organik yang sangat tinggi; - Rawa tanpa
hutan, merupakan bagian dari ekosistem rawa hutan. Namun
hanya ditumbuhi tumbuhan kecil seperti semak dan rumput liar.
Luas rawa di Indonesia diperkirakan lebih dari 23 juta hektar.
Peran
dan manfaat hutan rawa :
- Sumber cadangan air, dapat menyerap dan menyimpan kelebihan air dari
daerah sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat
daerah sekitarnya kering - mencegah
terjadinya banjir; - mencegah
intrusi air laut ke dalam air tanah dan sungai - sumber energi
- sumber makanan
nabati maupun hewani
Apa
yang terjadi jika hutan rawa hilang ?
· dapat mengakibatkan
kekeringan
· dapat
mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
· dapat
mengakibatkan banjir
· hilangnya flora
dan fauna di dalamnya
· sumber mata pencaharian penduduk setempat
berkurang
Contoh rawa yang sekarang menjadi cagar alam adalah cagar alam
muara angke. Cagar alam muara angke terletak dibagian utara kota
Jakarta, keberadaannya membentang sepanjang garis pantai dari muara karang ke
barat ke arah kamal dengan panjang kurang lebih 5 km lebar 100 meter dengan
luas kurang lebih 50,80 Ha. Akhir-akhir ini keadaanya sangat memprihatinkan
karena rusaknya lingkungan ekosistem, pencemaran air laut, sampah plastik dan
abrasi air laut. Padahal dari hutan ini kita dapat belajar banyak tentang
berbagai jenis tumbuhan air, satwa unggas, reptil dll.
Di kawasan Jakarta
utara, tepatnya di daerah muara angke hingga ke barat ke kamal terdapat hutan
mangrove (hutan bakau) yang dilindungi dan dijadikan cagar alam. Hutan mangrove
ini membentang sepanjang garis pantai dengan panjang kurang lebih 5 km dan
lebar 100 meter persegi. Hutan ini ditumbuhi dari berbagai macam tumbuhan air
diantaranya pohon bakau (Rhizophora Mucronata), pohon api-api, akasia, dan
tumbuhan perdu lainnya. Sedangkan satwa yang menjadi penghuni kawasan cagar
alam ini diantaranya adalah musang, berang-berang dan monyet yang sudah semakin
sulit ditemukan karena kelangkaan ketersediaaan makanan, selain itu ada 74
jenis burung diantaranya kuntul, blekok, pecuk, bango, belibis. Namun jika kita
ke sana yang sering dijumpai adalah jenis kuntul dan belibis. Diperkirakan
burung-burung ini sudah hijrah ke pulau rambut, lalu ada juga 4 jenis ikan dan
7 jenis reptil (biawak dan berbagai ular berbisa dan ular sanca.
Menurut data dari Departemen Kehutanan prop DKI, keberadaan hutan
di Jakarta terdiri dari: Hutan Lindung seluas 44,76 Ha, Hutan Cagar alam seluas
25.02 Ha, Hutan Wisata seluas 99,82 Ha, Cagar alam pulau Bakor seluas 18 Ha,
dan Cagar alam Pulau Rambut seluas 45 Ha.
Fungsi
Hutan
Dari sudut ekologis, hutan mangrove merupakan suatu bentuk
ekosistem yang unik. Alasannya, di kawasan mangrove terpadu empat unsur
biologis penting yang penting: daratan, pepohonan, fauna serta ekosistem.
Sehingga, pengelolaan potensi hutan seperti ini harus tepat dan rasional agar
fungsi ekologis dan ekonomisnya dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Fungsi hutan mangrove
sendiri sebagai pelindung terhadap pengikisan pantai, pelindung terhadap angin
laut, menahan intrusi air laut dan tempat berkembangnya biota laut, selain
sebagai obyek penelitian dan obyek wisata yang perlu dikembangkan. Sebagai
obyek penelitian, kita dapat melakukan berbagai penelitian tentang berbagai
jenis tumbuhan air, tingkat pencemaran air laut, jenis-jenis satwa dan biota
air lainnya. Namun jika keberadaanya semakin rusak bagaimana nanti kita
mempertanggungjawabkanya terhadap anak cucu, merawat dan menjaganya adalah
tugas kita bersama, hutan bukanlah warisan namun titipan dari anak cucu kita.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as