Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    simpanse moyang Darwin

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    simpanse moyang Darwin Empty simpanse moyang Darwin

    Post by ratri Sun May 23, 2010 4:38 pm

    ANDAIKATA SIMPANSE
    PUNYA PITA SUARA



    Jika
    begitu, binatang primata ini bisa bicara seperti manusia. Tapi apakah binatang
    memiliki inteligensia? Banyak orang meragukannya. Namun kalau menilik beberapa
    kenyataan yang disuguhkan oleh pasangan Gardner dengan simpansenya, mau tidak
    mau kita harus rela menangguhkan keraguan bahwa manusia tampaknya bukan
    satu-satunya makhluk yang memiliki inteligensia.









    Petugas
    kebun binatang kecil di Idaho
    kebingungan. Beberapa ekor binatang hilang sementara tapi muncul kembali di
    suatu tempat. Konon mereka ditangkap oleh pengunjung yang tak kasat mata yang
    bukan berasal dari bumi kita (dan tak dapat membaca peta) dalam rangka program
    pengembangbiakan.


    Sama misteriusnya
    dengan kasus raibnya beberapa binatang, pemberi informasinya juga unik. Sophie,
    seekor gorila betina, bercerita dalam bahasa isyarat kepada penyelia kebun
    binatang, Willa Ambrose.


    Ini memang fenomena
    unik. Saat manusia masih membahas masalah inteligensia, makhluk lain di luar
    ras manusia seperti makhluk ET (extra-terrestrial) justru memperlihatkan
    inteligensia yang luar biasa. Itu dikisahkan dalam film Fearful Symmetry,
    salah satu judul serial TV The X-files.


    Tak punya pita
    suara


    Untuk membuktikannya,
    pada 21 Juni 1966 dua ilmuwan dari Universitas Nevada, Allen dan Beatrix
    Gardner, lalu mengadakan penelitian. Seekor simpanse berusia 14 bulan bernama
    Washoe ditaruh di sebuah kandang di halaman belakang rumah Gardner. Ia diberi
    makan, mainan, pohon untuk memanjat, dan teman saat terjaga. Terakhir, ia
    diajari berbahasa meskipun bahasa itu berupa bahasa isyarat standar Amerika (ASL).


    Sebelumnya, beberapa
    ahli telah mencoba mengajari kera besar untuk berbicara. Sayangnya,
    konsentrasinya saat itu pada bahasa lisan. Padahal, mana mungkin, sebab bangsa
    primata ini tak memiliki pita suara.


    Inovasi Gardner
    mengajari Washoe bahasa isyarat tentulah akan dikritik dan dikupas habis-habisan
    oleh para ilmuwan. Maka tak heran bila Gardner mendesain parameter yang ketat
    untuk memonitor perkembangan Washoe. Catatan harian secara detail dibuat.
    Patokannya, kata yang dianggap dikuasai harus bisa digunakan Washoe secara
    spontan dan dipakai paling tidak sekali sehari dalam 15 hari.


    Kata "lagi"
    (more) dikuasai setelah tujuh bulan berlatih. Pada bulan ke-22, ia telah
    menguasai 34 isyarat, dan dalam 40 bulan menguasai 92 isyarat. Kecepatan
    belajarnya pun makin hari makin meningkat.


    Saat baru menguasai
    delapan isyarat, ia mulai menemukan kombinasi, misalnya kombinasi kata
    "buka-makan-minum" untuk makna "kulkas". Washoe juga
    menemukan isyarat baru. Ia menggoreskan jemarinya di dada, meniru skema kain
    penadah liur untuk menyatakan "kain tadah liur". Ternyata isyaratnya
    itu memang sudah ada dalam perbendaharaan kata ASL.
    Ia menanyakan nama seorang pengunjung, dan ketika si pengunjung mengatakan ia
    tak mempunyai isyarat buat namanya, Washoe membuatkan isyaratnya.


    Ternyata Washoe juga
    memiliki daya duga yang baik berdasarkan contoh-contoh yang pernah diajarkan di
    kelas. Ia langsung mengisyaratkan "anjing" jika ia melihat gambar
    anjing atau mendengar suara gonggongannya.


    Makin hari Washoe
    makin baik mempergunakan bahasa isyarat sampai-sampai pengetes yang tidak
    tahu-menahu soal proyek ilmiah yang meneliti Washoe tapi ahli ASL, dapat mengerti semua isyarat yang dikemukakan
    Simpanse ini. Padahal Washoe belajar bahasa isyarat agak terlambat dan dari
    guru yang benar-benar kurang profesional dalam bahasa isyarat.


    Washoe tidak sama
    dengan anjing yang bisa duduk saat diperintah. Ia memiliki kecerdasan. Ini
    memang terobosan besar yang seharusnya mengguncangkan dunia ilmu pengetahuan.
    Sayangnya, kenyataan bahwa simpanse dan kera besar memang berperasaan, punya
    warna favorit, suka menggoda, bisa bersedih hati, tak juga diakui oleh dunia
    ilmu pengetahuan. Mereka lebih suka memperlakukan simpanse sebagai hewan
    eksperimen. Ironisnya, justru karena mereka dipandang amat mirip dengan
    manusia.



    simpanse moyang Darwin Clip_image001

    Roger dan Debbie Fouts dengan
    Tatu,
    salah simpanse yang belajar bahasa isyarat.
    (Foto: Repro TXF)


    Simpanse bersih

    Meskipun demikian
    dana untuk proyek ini menemui banyak hambatan. Tahun 1970 dananya habis. Nasib
    Washoe terancam. Bagi dunia luar, primata yang telah menguasai paling sedikit
    130 isyarat ini hanyalah seekor "simpanse bersih". Maksudnya, belum
    dicemari penyakit atau diinjeksi toksin atau racun. Itu berarti ia potensial untuk
    dijadikan kelinci percobaan biomedis!


    Pasangan Gardner
    berusaha keras mencari tempat berteduh yang aman bagi Washoe. Setelah mengalami
    berbagai macam ketidakpastian (Washoe bahkan pernah hampir jadi penghuni kebun
    binatang), ia akhirnya masuk Institut Studi Primata pada Universitas Oklahoma
    untuk diamati oleh Roger dan Debbie Fouts.


    Di situ ia dicampur
    dengan 15 ekor simpanse yang lain untuk diamati bagaimana ia berkomunikasi
    dengan bahasa isyarat. Sayang sekali usahanya sering nihil. Pernah ia berada di
    sebuah pulau bersama beberapa simpanse. Tiba-tiba ada seekor ular muncul dan
    membuat mereka lari cerai-berai kecuali seekor simpanse. Washoe memberi isyarat
    "mari-cepat-dear" kepada simpanse itu, namun usahanya sia-sia.


    Washoe juga
    memperlihatkan rasa jengkel terhadap kera-kera rhesus yang tak paham
    bahasa isyarat dengan menyebut mereka dirty monkey alias kera kotor.
    Kata dirty sebelumnya digunakan hanya untuk tinja dan barang-barang yang
    kotor lainnya. Kini ia mempergunakannya dalam berbagai situasi, termasuk hal-hal
    yang tak "berkenan" di hatinya.


    Perkembangan
    selanjutnya dari proyek membahasakan Washoe tampaknya tidak hanya membuatnya
    bisa berkomunikasi, tetapi juga mengajarkan yang lain untuk bisa berkomunikasi
    dengannya.


    Saat bersama keluarga
    Gardner, Washoe suka sekali bermain boneka, mencuci, mencium, bahkan
    "mengobrol" dengan bahasa isyarat pada boneka-bonekanya. Setelah
    meninggalkan Universitas Nevada, ia sempat dua kali melahirkan anak, tetapi
    anaknya meninggal tidak lama setelah lahir.


    Saat melahirkan anak
    kedua, bayinya sempat dibawa ke ruang gawat darurat untuk diberi pertolongan
    medis namun tetap tak tertolong. Roger Fouts menceritakan bagaimana upayanya
    memberi tahu berita sedih tersebut kepada Washoe.


    "Saya
    menengoknya pada keesokan harinya. Washoe kelihatan amat sedih dan merasa
    kesepian. Sebelumnya ia tidak berkomunikasi dengan siapa pun. Begitu saya
    masuk, ia mendekati saya. Matanya bersinar. Ia mendekati saya sambil
    berisyarat, 'bayi-gendong- gendong'. Kata itu merupakan pertanyaan. Secara baku
    ia bertanya, "Di mana bayiku?" Saya pun mengatakan padanya bahwa
    anaknya sudah meninggal. Bersamaan dengan berita itu, tangan yang
    mengisyaratkan 'bayi' pelan-pelan turun ke pangkuannya. Kepalanya ditundukkan
    dan ia berjalan gontai ke pojok ruangan dan tak mau berkomunikasi lagi,"
    cerita Roger Fouts.


    "Oleh karena
    itulah kami lalu mencari penggantinya. Sepuluh hari sejak kematian anak Washoe,
    kami baru menemukan penggantinya. Simpanse jantan bernama Loulis, usianya 10
    bulan."


    Keesokan harinya
    Roger ke tempat Washoe dan memberi isyarat "punya bayi". Segera
    Washoe bangkit dan dengan antusias memberi isyarat, "Bayi, bayi,
    bayi." Ia bertepuk tangan, berdiri di atas dua kaki, bulunya berdiri, amat
    gembira.


    Ketika ia memberi
    isyarat "bayiku", Roger sadar Washoe salah paham. Roger keluar
    ruangan untuk mengambil Loulis. Roger masuk ke tempat Washoe sambil
    menggendongnya. Washoe pelan-pelan mendekat. Pada jarak dua atau tiga kaki, ia
    tampak mengamati bayi yang dipegang Roger. Ia lalu memberi isyarat, "Bayi,
    bayi, bayi, bayi!" Memandang sejenak bayi simpanse itu, tapi ia tetap
    duduk. Lalu ia memandang lagi ke atas dan memberi isyarat, "bayi".
    Rupanya ia menyadari bahwa itu bukan bayinya! "Mana bayiku?" begitu
    ia bertanya.



    simpanse moyang Darwin Clip_image002

    Gajah
    yang hilang dari kebun binatang.
    (Foto: Repro TXF)


    Ibu asuh yang
    mengajari


    Tapi malam itu Washoe
    berusaha ngeloni Loulis. Tapi tak mudah. Setiap kali Washoe mendekat, ia
    menjauh. Akhirnya pada pukul 04.00 dini hari, Washoe bangkit, berjalan di atas
    dua kakinya, memukul-mukul jeruji sambil memberi isyarat, "Mari
    peluk". Ia juga bertepuk tangan dan membuat keributan. Ternyata Loulis
    tanggap juga. Ia langsung meloncat dari tidurnya ke pelukan Washoe! Si ibu mendekapnya
    dan menidurkannya. Sejak itu ibu dan anak angkat itu tak terpisahkan.


    Loulis lahir di
    sebuah kandang pada The Yerkes Regional Primate Center, Georgia, salah satu
    tempat penangkaran simpanse untuk kepentingan laboratorium. Induknya dijadikan
    binatang eksperimen untuk pencangkokan otak, sehingga tak mampu mengasuhnya.


    Meskipun kehilangan
    masa kecil yang bahagia, seperti simpanse yang dibesarkan di laboratorium,
    Loulis tumbuh baik di bawah asuhan Washoe. Untuk mengevaluasi apakah simpanse
    mengajar anaknya berbahasa, para peneliti tidak pernah memakai bahasa isyarat
    di hadapan Loulis selama 5 tahun pertama awal kehidupannya.


    Delapan hari setelah
    bersama Washoe, Louis mulai berkata dengan isyarat. Tidak lama kemudian ia pun
    mulai "mengoceh" (dengan bahasa isyarat tentunya) seperti ibu
    asuhnya.


    Proyek penelitian
    membahasakan simpanse ini menemui banyak hambatan. Dana dan penangkaran
    simpanse selalu menjadi masalah utama. Beberapa simpanse yang sudah dapat
    berbahasa isyarat ada yang malah menjadi binatang percobaan medis lagi.
    Lebih-lebih saat AIDS jadi perhatian dunia. Untunglah simpanse kemudian
    dianggap tidak cocok untuk tes AIDS setelah ratusan simpanse ditulari HIV namun
    tidak juga berkembang menjadi AIDS. Hanya saja, para simpanse yang telah ditulari
    HIV itu juga merupakan masalah lagi. Akan dikemanakan mereka?


    Ada upaya untuk
    melepaskan simpanse ke kehidupan bebas di hutan. Namun muncul beberapa kendala.
    Simpanse yang telah ditangkap sudah tak terbiasa hidup mandiri.


    Pasangan Fouts yang
    prihatin akan masa depan Washoe dan Loulis lalu membawa keduanya pindah pada
    tahun 1980 ke Institut Komunikasi Simpanse dan Manusia di Central Washington
    University di Ellensberg, Washington.


    Lima simpanse dewasa
    yang bisa berbahasa isyarat tinggal di tanah seluas 7.000 kaki kuadrat. Para
    simpanse, kira-kira bertinggi tubuh lima kaki dengan berat 150 pon kini
    dilindungi haknya oleh Yayasan Teman-teman Washoe, sebuah organisasi nirlaba
    yang bermaksud memelihara kehidupan simpanse. Mereka beruntung, karena tidak
    perlu bergabung dengan 1.400 saudara mereka yang tersebar sebagai binatang
    percobaan di Amerika Serikat, yang menanti kematian di kerangkeng sempit atas
    nama ilmu pengetahuan.


    Eksperimen bahasa
    oleh kera besar juga terus dijalankan di Amerika Serikat dan Jepang. Beberapa
    mempergunakan ASL, namun ada juga
    yang mempergunakan variasi kode bahasa yang lain termasuk komputer dan
    leksigram. Washoe dan keluarganya telah membuktikan, ternyata bukan cuma
    manusia makhluk cerdas di bumi. (TXF/Als)

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 5:59 am