Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    sapardi djoko damono -penyair liris

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    sapardi djoko damono -penyair liris Empty sapardi djoko damono -penyair liris

    Post by admin Fri May 21, 2010 11:56 pm

    Prof Dr Sapardi Djoko Damono

    Sastrawan
    Puisi Lirik Indonesia







    Prof Dr
    Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai salah seorang sastrawan yang memberi
    sumbangan besar kepada kebudayaan masyarakat modern di Indonesia. Salah satu
    sumbangan terbesar Guru Besar Fakultas Sastra UI ini adalah melanjutkan tradisi
    puisi lirik dan berupaya menghidupkan kembali sajak empat seuntai atau kwatrin
    yang sudah muncul di jaman para pujangga baru seperti Amir Hamzah dan Chairil
    Anwar.

    Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940 ini, mengaku tak pernah
    berencana menjadi penyair, karena dia berkenalan dengan puisi secara tidak
    disengaja. Sejak masih belia putra Sadyoko dan Sapariyah itu, sering
    membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya. Bahkan, ia pernah menulis sebanyak
    delapan belas sajak hanya dalam satu malam. Kegemarannya pada sastra, sudah
    mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kemudian,
    ketika duduk di SMA, ia memilih jurusan sastra dan kemudian melanjutkan
    pendidikan di UGM, fakultas sastra.

    Anak sulung dari dua bersaudara abdi dalem Keraton Surakarta itu mungkin
    mewarisi kesenimanan dari kakek dan neneknya. Kakeknya dari pihak ayah pintar
    membuat wayang—hanya sebagai kegemaran—dan pernah memberikan sekotak wayang
    kepada sang cucu. Nenek dari pihak ibunya gemar menembang (menyanyikan puisi
    Jawa) dari syair yang dibuat sendiri. “Tapi saya tidak bisa menyanyi, suara
    saya jelek,” ujar bekas pemegang gitar melodi band FS UGM Yogyakarta itu. Sadar
    akan kelemahannya, Sapardi kemudian mengembangkan diri sebagai penyair.

    Selain menjadi penyair, ia juga melaksanakan cita-cita lamanya: menjadi dosen.
    “Jadi dosen ‘kan
    enak. Kalau pegawai kantor, harus duduk dari pagi sampai petang,” ujar lulusan
    Jurusan Sastra Barat FS&K UGM ini. Dan begitu meraih gelar sarjana sastra,
    1964, ia mengajar di IKIP Malang cabang Madiun, selama empat tahun, dilanjutkan
    di Universitas Diponegoro, Semarang,
    juga selama empat tahun. Sejak 1974, Sapardi mengajar di FS UI.

    Sapardi menulis puisi sejak di kelas II SMA. Karyanya dimuat pertama kali oleh
    sebuah surat kabar di Semarang. Tidak lama kemudian, karya
    sastranya berupa puisi-puisi banyak diterbitkan di berbagai majalah sastra,
    majalah budaya dan diterbitkan dalam buku-buku sastra. Beberapa karyanya yang
    sudah berada di tengah masyarakat, antara lain Duka Mu Abadi (1969), Mata Pisau
    dan Aquarium (1974).




    Sebuah
    karya besar yang pernah ia buat adalah kumpulan sajak yang berjudul Perahu
    Kertas dan memperoleh penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta dan kumpulan
    sajak Sihir Hujan – yang ditulisnya ketika ia sedang sakit - memperoleh
    Anugerah Puisi Poetra Malaysia.
    Kabarnya, hadiah sastra berupa uang sejumlah Rp 6,3 juta saat memperoleh
    Anugerah Puisi Poetra Malaysia
    langsung dibelanjakannya memborong buku. Selain itu ia pernah memperoleh
    penghargaan SEA Write pada 1986 di
    Bangkok, Thailand.

    Para pengamat menilai sajak-sajak Sapardi
    dekat dengan Tuhan dan kematian. “Pada Sapardi, maut atau kematian dipandang
    sebagai bagian dari kehidupan; bersama kehidupan itu pulalah maut tumbuh,” tulis
    Jakob Sumardjo dalam harian Pikiran Rakyat, 19 Juli 1984.

    Bekas anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini juga menulis esei dan kritik.
    Sapardi, yang pernah menjadi redaktur Basis dan kini bekerja di redaksi
    Horison, berpendapat, di dalam karya sastra ada dua segi: tematik dan stilistik
    (gaya
    penulisan). Secara gaya, katanya, sudah ada
    pembaruan di Indonesia.
    Tetapi di dalam tema, belum banyak.

    Penyair yang pernah kuliah di Universitas Hawaii,
    Honolulu, AS,
    ini juga menulis buku ilmiah, satu di antaranya Sosiologi Sastra, Sebuah
    Pengantar Ringkas. (1978).

    Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi juga aktif menulis esai, kritik sastra,
    artikel serta menerjemahkan berbagai karya sastra asing. Dengan terjemahannya
    itu, Sapardi mempunyai kontribusi penting terhadap pengembangan sastra di Tanah
    Air. Selain dia menjembatani karya asing kepada pembaca sastra, ia patut
    dihargai sebagai orang yang melahirkan bentuk sastra baru.




    Dengan kepekaan dan wawasan seorang sastrawan, Sapardi
    ikut mewarnai karya-karya terjemahannya seperti Puisi Brasilia Modern, Puisi
    Cina Klasik dan Puisi Parsi Klasik yang ditulis dalam bahasa Inggris. Selain
    itu dia juga menerjemahkan karya asing seperti karya Hemmingway The Old Man and
    the Sea, Daisy Manis (Henry James), semuanya pada 1970-an. Juga, sekitar 20
    naskah drama seperti Syakuntala karya Kalidasa, Murder in Cathedral karya TS
    Elliot, dan Morning Become Electra trilogi karya Eugene O'neil.

    Sumbangsih Sapardi juga cukup besar kepada budaya dan sastra, dengan melakukan
    penelitian, menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan aktif sebagai
    administrator dan pengajar, serta menjadi dekan Fakultas Sastra UI periode
    1995-1999. Dia menjadi penggagas pengajaran mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di
    fakultas sastra.

    Dia menyadari bahwa menjadi seorang sastrawan tidak akan memperoleh kepuasan
    finansial. Kegiatan menulis adalah sebagai waktu istirahat, saat dia ingin
    melepaskan diri dari rutinitas pekerjaannya sehari-hari. Menikah dengan
    Wardiningsih, ia dikaruniai dua anak, Rasti Suryandani dan Rizki Henriko.

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 12:58 pm