Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    descartes-cogito ergosum

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    descartes-cogito ergosum Empty descartes-cogito ergosum

    Post by admin Fri May 21, 2010 11:46 pm

    64 RENE DESCARTES 1596-1650



    Di desa La Haye-lah tahun 1596 lahir jabang bayi Rene Descartes, filosof,
    ilmuwan, matematikus Perancis yang tersohor. Waktu mudanya dia sekolah Yesuit,
    College La Fleche. Begitu umur dua puluh dia dapat gelar ahli hukum dari Universitas
    Poitiers walau tidak pernah mempraktekkan ilmunya samasekali. Meskipun
    Descartes peroleh pendidikan baik, tetapi dia yakin betul tak ada ilmu apa pun
    yang bisa dipercaya tanpa matematik. Karena itu, bukannya dia meneruskan
    pendidikan formalnya, melainkan ambil keputusan kelana keliling Eropa dan
    melihat dunia dengan mata kepala sendiri. Berkat dasarnya berasal dari keluarga
    berada, mungkinlah dia mengembara kian kemari dengan leluasa dan longgar. Tak
    ada persoalan duit.

    Dari tahun 1616 hingga 1628, Descartes betul-betul melompat ke sana kemari,
    dari satu negeri ke negeri lain. Dia masuk tiga dinas ketentaraan yang
    berbeda-beda (Belanda, Bavaria dan Honggaria), walaupun tampaknya dia tidak
    pernah ikut bertempur samasekali. Dikunjungi pula Italia, Polandia, Denmark dan
    negeri-negeri lainnya. Dalam tahun-tahun ini, dia menghimpun apa saja yang
    dianggapnya merupakan metode umum untuk menemukan kebenaran. Ketika umurnya
    tiga puluh dua tahun, Descartes memutuskan menggunakan metodenya dalam suatu
    percobaan membangun gambaran dunia yang sesungguhnya. Dia lantas menetap di
    Negeri Belanda dan tinggal di sana selama tidak kurang dari dua puluh satu
    tahun. (Dipilihnya Negeri Belanda karena negeri itu dianggapnya menyediakan
    kebebasan intelektual yang lebih besar ketimbang lain-lain negeri, dan karena
    dia ingin menjauhkan diri dari Paris yang kehidupan sosialnya tidak memberikan
    ketenangan cukup).

    Sekitar tahun 1629 ditulisnya Rules for the Direction of the Mind buku yang
    memberikan garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplit dan
    tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk pertama kalinya
    lebih dari lima puluh tahun sesudah Descartes tiada. Dari tahun 1630 sampai
    1634, Descartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk
    mempelajari lebih mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan
    penjajagan secara terpisah-pisah. Dia bergumul dalam bidang-bidang yang berdiri
    sendiri seperti optik, meteorologi, matematik dan pelbagai cabang ilmu lainnya.

    Menjadi keinginan Descartes sendiri mempersembahkan hasil-hasil penyelidikan
    ilmiahnya dalam buku yang disebut Le Monde (Dunia). Tetapi, di tahun 1633,
    tatkala buku itu hampir rampung, dia dengan penguasa gereja di Italia mengutuk
    Galileo karena menyokong teori Copernicus bahwa dunia ini sebenarnya bulat,
    bukannya datar, dan bumi itu berputar mengitari matahari, bukan sebaliknya.
    Meskipun di Negeri Belanda dia tidak berada di bawah kekuasaan gereja Katolik,
    toh dia berkeputusan berhati-hati untuk tidak menerbitkan bukunya walau dia pun
    sebenarnya sepakat dengan teori Copernicus. Sebagai gantinya, di tahun 1637 dia
    menerbitkan bukunya yang masyhur Discourse on the Method for Properly Guiding
    the Reason and Finding Truth in the Sciences (biasanya diringkas saja Discourse
    on Method).

    Discourse ditulis dalam bahasa Perancis dan bukan Latin sehingga semua
    kalangan intelegensia dapat membacanya, termasuk mereka yang tak peroleh
    pendidikan klasik. Sebagai tambahan Discourse ada tiga esai.

    Didalamnya Descartes menyuguhkan contoh-contoh penemuan-penemuan yang telah
    dilakukannya dengan menggunakan metode itu. Tambahan pertamanya Optics,
    Descartes menjelaskan hukum pelengkungan cahaya (yang sesungguhnya sudah
    ditemukan oleh Willebord Snell). Dia juga mempersoalkan masalah lensa dan
    pelbagai alat-alat optik, melukiskan fungsi mata dan pelbagai
    kelainan-kelainannya serta menggambarkan teori cahaya yang hakekatnya versi
    pemula dari teori gelombang yang belakangan dirumuskan oleh Christiaan Huygens.
    Tambahan keduanya terdiri dari perbincangan ihwal meteorologi, Descartes
    membicarakan soal awan, hujan, angin, serta penjelasan yang tepat mengenai
    pelangi. Dia mengeluarkan sanggahan terhadap pendapat bahwa panas terdiri dari
    cairan yang tak tampak oleh mata, dan dengan tepat dia menyimpulkan bahwa panas
    adalah suatu bentuk dari gerakan intern. (Tetapi, pendapat ini telah ditemukan
    lebih dulu oleh Francis Bacon dan orang-orang lain). Tambahan ketiga Geometri,
    dia mempersembahkan sumbangan yang paling penting dari kesemua yang disebut di
    atas, yaitu penemuannya tentang geometri analitis. Ini merupakan langkah
    kemajuan besar di bidang matematika, dan menyediakan jalan buat Newton
    menemukan Kalkulus.

    Mungkin, bagian paling menarik dari filosofi Descartes adalah caranya dia
    memulai sesuatu. Meneliti sejumlah besar pendapat-pendapat yang keliru yang
    umumnya sudah disepakati orang, Descartes berkesimpulan untuk mencari kebenaran
    sejati dia mesti mulai melakukan langkah yang polos dan jernih. Untuk itu, dia
    mulai dengan cara meragukan apa saja, apa saja yang dikatakan gurunya.
    Meragukan kepercayaan meragukan pendapat yang sudah berlaku, meragukan
    eksistensi alam di luar dunia, bahkan meragukan eksistensinya sendiri.
    Pokoknya, meragukan segala-galanya.

    Ini keruan saja membuat dia menghadapi masalah yang menghadang: apakah
    mungkin mengatasi pemecahan atas keraguan yang begitu universal, dan apakah
    mungkin menemukan pengetahuan yang bisa dipercaya mengenai segala-galanya?
    Tetapi, lewat alasan-alasan metafisika yang cerdik, dia mampu memuaskan dirinya
    sendiri bahwa dia sebenarnya "ada" ("Saya berpikir, karena itu
    saya ada"), dan Tuhan itu ada serta alam di luar dunia pun ada. Ini
    merupakan langkah pertama dari teori Descartes.

    Makna penting teori Descartes punya nilai ganda. Pertama, dia meletakkan
    pusat sistem filosofinya persoalan epistomologis yang fundamental, "Apakah
    asal-muasalnya pengetahuan manusia itu?" para filosof terdahulu sudah
    mencoba melukiskan gambaran dunia. Descartes mengajar kita bahwa pertanyaan
    macam itu tidak bisa memberi jawab yang memuaskan kecuali bila dikaitkan dengan
    pertanyaan "Bagaimana saya tahu?"

    Kedua, Descartes menganjurkan kita harus berangkat bukan dengan kepercayaan,
    melainkan dengan keraguan. (Ini merupakan kebalikan sepenuhnya dari sikap St.
    Augustine, dan umumnya teolog abad tengah bahwa kepercayaan harus didahulukan).
    Memang benar Descartes kemudian meneruskan dan sampai pada kesimpulan teologis
    yang ortodoks, tetapi para pembacanya lebih tertarik dan menaruh perhatian
    lebih besar kepada metode yang dikembangkannya ketimbang kongklusi yang
    ditariknya. (Ketakutan gereja bahwa tulisan-tulisan Descartes akhirnya akan
    menjadi bahaya, jelas sekali).

    Dalam filosofinya, Descartes menekankan beda nyata antara pikiran dan obyek
    material, dan dalam hubungan ini dia membela dualisme. Perbedaan ini telah
    dibuat sebelumnya, tetapi tulisan-tulisan Descartes menggalakkan perbincangan
    filosofis tentang masalah itu. Permasalahan yang dikemukakannya menarik para
    filosof sejak itu dan tetap tak terpecahkan.

    Pengaruh besar lain dari konsepsi Descartes adalah tentang fisik alam
    semesta. Dia yakin, seluruh alam --kecuali Tuhan dan jiwa manusia-- bekerja
    secara mekanis, dan karena itu semua peristiwa alami dapat dijelaskan secara
    dan dari sebab-musabab mekanis. Atas dasar ini dia menolak anggapan-anggapan astrologi,
    magis dan lain-lain ketahayulan. Berarti, dia pun menolak semua penjelasan
    kejadian secara teleologis. (Yakni, dia mencari sebab-sebab mekanis secara
    langsung dan menolak anggapan bahwa kejadian itu terjadi untuk sesuatu tujuan
    final yang jauh). Dari pandangan Descartes semua makhluk pada hakekatnya
    merupakan mesin yang ruwet, dan tubuh manusia pun tunduk pada hukum mekanis
    yang biasa. Pendapat ini sejak saat itu menjadi salah satu ide fundamental
    fisiologi modern.

    Descartes menggandrungi penyelidikan ilmiah dan dia percaya bahwa penggunaan
    praktisnya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dia pikir, para ilmuwan harus
    menjauhi pendapat-pendapat yang semu dan harus berusaha menjabarkan dunia
    secara matematis. Semua ini kedengarannya modern. Tetapi, Descartes, melalui
    pengamatannya sendiri tak pernah bersungguh-sungguh menekankan arti penting
    ruwetnya percobaan-percobaan metode ilmiah.

    Filosof Inggris yang masyhur, Francis Bacon, telah menyatakan perlunya
    penyelidikan ilmiah dan keuntungan yang bisa diharapkan dari sana beberapa
    tahun sebelum Descartes. Dan argumen yang terkenal Descartes yang berbunyi
    "saya berfikir, karena itu saya ada," bukanlah pendapatnya yang
    orisinal. Itu sudah pernah dikemukakan lebih dari 1200 tahun sebelumnya (walau
    dalam kalimat yang berbeda tentu saja) oleh St. Augustine. Hal serupa juga
    mengenai "pembuktian" Descartes tentang adanya Tuhan hanyalah variasi
    dari pendapat ontologis yang pertama kali diucapkan oleh St. Anselm
    (1033-1109).

    Di tahun 1641 Descartes menerbitkan bukunya yang masyhur Meditations. Dan
    bukunya Principles of philosophy muncul tahun 1644. Ke dua buku itu aslinya
    ditulis dalam bahasa Latin dan terjemahan Perancisnya terbit tahun 1647.

    Meskipun Descartes seorang penulis yang lincah dengan gaya prosanya yang
    manis, nada tulisannya terasa kuno. Betul-betul dia tampak (mungkin akibat
    pendekatannya yang rasional, dia seperti cendikiawan abad tengah. Sebaliknya
    Francis Bacon, walau dilahirkan tiga puluh lima tahun sebelum Descartes, nada
    tulisannya modern).

    Tergambar jelas dalam tulisan-tulisannya, Descartes seorang yang teguh
    kepercayaannya tentang adanya Tuhan. Dia menganggap dirinya seorang Katolik
    yang patuh; tetapi gereja Katolik tidak menyukai pandangan-pandangannya, dan
    hasil karyanya digolongkan ke dalam "index" buku-buku yang terlarang
    dibaca. Bahkan di kalangan Protestan Negeri Belanda (waktu itu mungkin negeri
    yang paling toleran di Eropa), Descartes dituduh seorang atheist dan menghadapi
    kesulitan dengan penguasa.

    Tahun 1649 Descartes menerima tawaran bantuan keuangan yang lumayan dari
    Ratu Christina, Swedia, agar datang ke negerinya dan menjadi guru pribadinya.
    Descartes amat kecewa ketika dia tahu sang Ratu ingin diajar pada jam lima
    pagi! Dia khawatir udara pagi yang dingin bisa membikinnya mati. Dan ternyata
    betul: dia kena pneumonia, meninggal bulan Februari 1650, cuma empat bulan
    sesudah sampai di Swedia.

    Descartes tak pernah kawin, tetapi punya seorang anak perempuan yang sayang
    mati muda.

    Filosofi Descartes dikritik pedas oleh banyak filosof sejamannya, sebagian
    karena mereka anggap filosofi itu menggunakan alasan yang berputar-putar.
    Sebagian lagi menunjukkan kekurangan-kekurangan dalam sistemnya. Dan sedikit
    sekali orang saat ini yang membelanya dengan sepenuh hati. Tetapi, arti penting
    seorang filosof tidaklah terletak pada kebenaran sistemnya; melainkan pada
    apakah penting tidaknya ide-idenya, atau apakah ide-idenya ditiru orang dan
    berpengaruh luas. Dari ukuran ini, sedikitlah keraguan bahwa Descartes memang
    seorang tokoh yang penting.

    Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan
    pikiran Eropa: (a) pandangan mekanisnya mengenai alam semesta; (b) sikapnya
    yang positif terhadap penjajagan ilmiah; (c) tekanan yang, diletakkannya pada
    penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan; (d) pembelaannya terhadap dasar
    awal sikap skeptis; dan (e) penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi.

    Menyimpulkan arti penting keseluruhan Descartes, saya juga mempertimbangkan
    penemuan ilmiahnya yang mengesankan, khusus penemuannya tentang geometri
    analitis. Faktor inilah yang saya jadikan alasan menempatkan Descartes dalam
    urutan agak lebih tinggi daripada filosof-filosof kenamaan seperti Voltaire, Rousseau, dan Francis Bacon.

    Situs Web




      Waktu sekarang Mon May 20, 2024 2:27 pm