1
SERI TAUJIHAT RI’AYAH MA’NAWIYAH KADER PK-SEJAHTERA 1424 H
TAUJIHAT DUA PEKANAN
Seri 19/67
Sigap Memenuhi Panggilan Dakwah Dan Jihad
ﻪﺗﺎﻛﺮﺑﻭ ﷲﺍ ﺔﲪﺭﻭ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍ
ﻣﺃ ،ﻩﻻﺍﻭﻭ ﻩﺍﺪﻫ ﻊﺒﺗ ﻦﻣﻭ ﻪﺒﺤﺻﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﻠﻋﻭ ،ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻰﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ ﺓﻼﺼﻟﺍﻭ ،ﷲ ﺪﻤﳊﺍ ،ﷲﺍ ﻢﺴﺑ ﺪﻌﺑ ﺎ :
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu
akan dikumpulkan.” (Q.S. Al-Anfaal: 24).
Ikhwah dan akhwat fillah,
Dakwah dan jihad adalah dua kata yang selamanya harus ada dan terpatri dalam diri seorang
Muslim yang menghendaki al-manzilah al-‘ulya (kedudukan tinggi) di sisi Allah SWT. Setiap mukmin
yang memahami dan menghayati hakikat kehidupan pasti akan menempuh jalan kebahagiaan abadi di
sisi Allah SWT. Ia akan mendekat, berlari, dan terbang menuju keridhaan-Nya “ fafirruu ilallaah”
(Q.S. Adz-Dzaariyaat/51/50). Dan setiap al-akh yang di dalam relung hatinya terhunjam keyakinan
bahwa kematian itu kepastian yang cuma terjadi sekali, maka ia akan memilih seni kematian yang
paling mulia di sisi Allah.
Imam Syahid Hasan Al-Banna rahimahullah mengungkapkan bahwa umat yang dapat memilih
seni kematian dan memahami bagaimana mencapai kematian yang mulia, maka pasti Allah berikan
kepada mereka kemuliaan hidup di dunia dan kenikmatan abadi di akhirat (Risalah Jihad-Majmu’ah
Rasail Al-Banna).
Akhil kariim, adakah jalan yang lebih mulia dan dapat membawa kita menuju puncak
kebahagiaan selain jalan dakwah yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW dan yang beliau nyatakan
menjadi jalan pengikutnya? Allahumma laa. Dan adakah kematian yang lebih terpuji di sisi-Nya yang
selalu didambakan oleh hamba-hamba yang beriman sejak dulu hingga hari kiamat selain mati dalam
jihad fii sabiililllah? Allahumma laa.
Katakanlah, “ Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik. (Q.S. Y usuf: 108) 2
Apakah (orang-orang yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan
petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S. At-Taubah: 19-20)
Ikhwati, tidak ada yang telah membuat usia para sahabat dan para ulama sekaliber Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad r.a. seolah terus memanjang hingga akhir
zaman, kecuali dakwah yang mereka lakukan. Tidak ada sesuatu yang telah membuat lisan orang-orang
mukmin menyebut dan mendoakan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, dan Khalid bin
Walid r.a. atau tokoh-tokoh seperti Shalahuddin Al-Ayyubi, Thariq bin Ziyad, dan Al-Muzhaffar
Quthuz selain jihad fii sabilillah. Kehidupan mereka menjadi amat berarti dan berharga karena mereka
sigap menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya.
Namun akhil kariim, kesigapan itu bukanlah suatu hal yang muncul begitu saja, melainkan adalah
buah keimanan kepada Allah sebagai Pemberi dan Pencipta kehidupan, buah keimanan yang kokoh
kepada hari akhir saat terwujudnya kehidupan dan kebahagiaan hakiki. Kesigapan itu lahir dari hati
yang tidak lalai dari hakikat ini berkat taufiq dan ri’ayah rabbaniyah. Oleh sebab itu, Allah SWT
berfirman: “…dan ketahuilah bahwa Allah membentengi antara seseorang dengan hatinya, dan
ketahuilah bahwa hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan (di mahsyar).
Maka kita patut bertanya dan mengevaluasi diri. Seberapa kuatkah hakikat kehidupan abadi di
akhirat telah tertanam dalam hati sehingga kita berhak mendapatkan ri’ayah rabbaniyyah tersebut yang
membuat ruhul istijabah menjadi karakter dalam diri kita? Seberapa kuat hakikat ini mewarnai atau
men-shibghah (QS 2:138) diri dan perilaku kita sehingga segala resiko duniawi dalam dakwah dan
jihad fi sabililillah menjadi kecil di mata kita?
Kekuatan inilah yang menyebabkan Anas bin An-Nadhr r.a.--paman Anas bin Malik r.a.)
memberikan respon spontan kepada Saad bin Muadz r.a. tatkala pasukan mukmin terdesak oleh
musyrikin di perang Uhud dengan ucapannya: “Y a Saad! Surga…surga… aku mencium baunya di
bawah bukit Uhud.” Kemudian beliau maju menjemput syahid hingga jenazahnya tidak dapat dikenali,
kecuali oleh saudara perempuannya lewat jari tangannya (Muttafaq ‘alaih - Riyadhus shalihin, Kitab
Al-Jihad, hadits No 1317).
Hal itu pula yang menjadikan Hanzhalah Sang ‘Ghasiil Al-malaikat’ segera merespon panggilan
jihad, meski ia baru menikmati malam pengantin dan belum sempat mandi hadats besar. Perhatikan
pula respon ‘Umair Ibn Al-Humam r.a. tatkala beliau mendengar sabda Rasulullah SAW, “Quumuu
ilaa jannatin ‘ardhuhas-samaawaatu wal-ardh” (Bangkitlah menuju surga yang luasnya seluas langit
dan bumi). Beliau mengucapkan kata “bakh-bakh” (ungkapan takjub terhadap kebaikan dan pahala)
semata-mata karena ingin menjadi penghuni surga, lalu segera membuang beberapa biji kurma yang
sedang dikunyahnya sambil berkata, “La-in ana hayiitu hattaa aakula tamaraatii haadzihii innahaa
lahayaatun thawiilah” (Jika saya hidup sampai selesai memakan kurma ini, oh betapa lamanya
(menanti surga)). Lalu beliau maju hingga gugur di perang Badar. (H.R. Muslim, dalam Riyadhus
shalihin, Kitab Al-Jihad, hadits No 1314). 3
Atau seperti Imam Al-Banna yang berangkat menunaikan tugas dakwah meskipun anaknya
terbaring sakit. Beliau meyakini bahwa setelah usahanya optimal untuk mengobati putranya, Allah
SWT yang diharapkan ridha-Nya dalam menunaikan tugas dakwahnya, tidak pernah akan
mengecewakan dirinya.
Akhil ‘aziiz, ruhul istijabah juga muncul karena pemahaman kita tentang qhadhaya ummah (fahmul
qhadaya) dan tanggung jawab (ruhul mas’uliyyah) kita untuk mencari solusinya. Orang yang tidak
mengetahui bahaya yang mengancam dirinya, sangat sulit kita harapkan responnya untuk menghindari
apalagi menghilangkan bahaya tersebut. Imam Syahid Hasan Al-Banna bahkan menghendaki agar
setiap al-akh memiliki kepekaan perasaan (daqiiq asy-syu’uur), bukan sekadar pengetahuan teoritis,
tetapi harus menjadi kepekaan perasaan yang membuatnya tersentuh bahagia dengan kebaikan, dan
terluka karena keburukan dan kebatilan. Bukankah dakwah adalah upaya kita menegakkan al-haq dan
menghancurkan kebatilan?
Sifat daqiiq asy-syu’uur dan ruuhul mas’uuliyyah berarti mengharuskan kita untuk selalu
berinteraksi dengan qhadhaya ummah dan terus memahaminya tanpa menunggu orang lain
memahamkannya untuk kita. Sifat ini juga seharusnya membuat respon kita menjadi spontan dan penuh
energi sehingga melahirkan kekuatan dahsyat, betapapun lemahnya kondisi fisik.
Lihatlah, bagaimana Al-Qur’an menceritakan kemampuan Maryam AS, ibunda Isa AS,
menggoyang batang pohon kurma sehingga buahnya berjatuhan ketika beliau dalam keadaan lemah tak
berdaya, semata-mata karena rasa tanggung jawabnya akan kelahiran dan keselamatan putranya yang
akan mengemban risalah dakwah? (periksa Q.S. Maryam: 22-25).
Ikhwah fillah, beban kehidupan dunia yang kita hadapi, apapun bentuknya, jangan sampai membuat
kita kehilangan kepekaan dan kesigapan memenuhi seruan dakwah dan jihad. Kita patut meneladani
mujahidin Palestina yang tidak pernah mengendor semangat dan aktivitas jihadnya meskipun
perjalanan panjang telah melewati dan terus menanti mereka. Juga, meskipun kesulitan hidup, bahkan
tekanan bertubi-tubi terus menghantam. Yakinlah bahwa kebersamaan kita dengan Rasulullah SAW,
shiddiqin, syuhada, dan shalihin di surga – insya Allah – ditentukan oleh sejauh mana kita meneladani
mereka dalam kesigapan memenuhi seruan dakwah dan jihad.
Ingatlah selalu kecaman Allah dan Rasul-Nya terhadap orang-orang munafik yang selalu mencari-
cari alasan (tafannun fil ‘udzr) untuk menghindar dari kebutuhan berdakwah dan berjihad (lihat Q.S.
9/At-Taubah: 94). Tadabburi pula ayat lainnya di dalam surat At-Taubah, terutama ayat 41-47, yang
mengungkapkan kemalasan dan keengganan mereka agar kita senantiasa terhindar dari sifat-sifat
mereka.
Katakanlah, “ Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq. (Q.S. At-Taubah: 24).Wallahu a’lam
4
ﻢﹸ ﻜﹶ ﻟﻭ ﻲِﻟ َ ﷲﺍ ﺍ ﻭ ﺮِ ﻔ ﻐ ﺘ ﺳﹶ ﺃﻭ ﺍﹶ ﺬﻫ ﻲِ ﻟ ﻮﹶﻗ ﹸ ﻝ ﻮﹸ ﻗﹶﺃ - ﻪﺗﺎﻛﺮﺑﻭ ﷲﺍ ﺔﲪﺭﻭ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ
Seri Taujihat Ri ’ayah Ma’nawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi, Taujihat Lailatul Katibah dan Taujihat Dua Pekanan.
Taujihat tersedia dalam bentuk audio, vcd dan tulisan.
Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terbit secara berkala dalam rangka penyiagaan kader menghadapi agenda Dakwah 1424 H.
kaderisasi@pk-sejahtera.org
SERI TAUJIHAT RI’AYAH MA’NAWIYAH KADER PK-SEJAHTERA 1424 H
TAUJIHAT DUA PEKANAN
Seri 19/67
Sigap Memenuhi Panggilan Dakwah Dan Jihad
ﻪﺗﺎﻛﺮﺑﻭ ﷲﺍ ﺔﲪﺭﻭ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍ
ﻣﺃ ،ﻩﻻﺍﻭﻭ ﻩﺍﺪﻫ ﻊﺒﺗ ﻦﻣﻭ ﻪﺒﺤﺻﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﻠﻋﻭ ،ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻰﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ ﺓﻼﺼﻟﺍﻭ ،ﷲ ﺪﻤﳊﺍ ،ﷲﺍ ﻢﺴﺑ ﺪﻌﺑ ﺎ :
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu
akan dikumpulkan.” (Q.S. Al-Anfaal: 24).
Ikhwah dan akhwat fillah,
Dakwah dan jihad adalah dua kata yang selamanya harus ada dan terpatri dalam diri seorang
Muslim yang menghendaki al-manzilah al-‘ulya (kedudukan tinggi) di sisi Allah SWT. Setiap mukmin
yang memahami dan menghayati hakikat kehidupan pasti akan menempuh jalan kebahagiaan abadi di
sisi Allah SWT. Ia akan mendekat, berlari, dan terbang menuju keridhaan-Nya “ fafirruu ilallaah”
(Q.S. Adz-Dzaariyaat/51/50). Dan setiap al-akh yang di dalam relung hatinya terhunjam keyakinan
bahwa kematian itu kepastian yang cuma terjadi sekali, maka ia akan memilih seni kematian yang
paling mulia di sisi Allah.
Imam Syahid Hasan Al-Banna rahimahullah mengungkapkan bahwa umat yang dapat memilih
seni kematian dan memahami bagaimana mencapai kematian yang mulia, maka pasti Allah berikan
kepada mereka kemuliaan hidup di dunia dan kenikmatan abadi di akhirat (Risalah Jihad-Majmu’ah
Rasail Al-Banna).
Akhil kariim, adakah jalan yang lebih mulia dan dapat membawa kita menuju puncak
kebahagiaan selain jalan dakwah yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW dan yang beliau nyatakan
menjadi jalan pengikutnya? Allahumma laa. Dan adakah kematian yang lebih terpuji di sisi-Nya yang
selalu didambakan oleh hamba-hamba yang beriman sejak dulu hingga hari kiamat selain mati dalam
jihad fii sabiililllah? Allahumma laa.
Katakanlah, “ Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik. (Q.S. Y usuf: 108) 2
Apakah (orang-orang yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan
petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S. At-Taubah: 19-20)
Ikhwati, tidak ada yang telah membuat usia para sahabat dan para ulama sekaliber Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad r.a. seolah terus memanjang hingga akhir
zaman, kecuali dakwah yang mereka lakukan. Tidak ada sesuatu yang telah membuat lisan orang-orang
mukmin menyebut dan mendoakan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, dan Khalid bin
Walid r.a. atau tokoh-tokoh seperti Shalahuddin Al-Ayyubi, Thariq bin Ziyad, dan Al-Muzhaffar
Quthuz selain jihad fii sabilillah. Kehidupan mereka menjadi amat berarti dan berharga karena mereka
sigap menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya.
Namun akhil kariim, kesigapan itu bukanlah suatu hal yang muncul begitu saja, melainkan adalah
buah keimanan kepada Allah sebagai Pemberi dan Pencipta kehidupan, buah keimanan yang kokoh
kepada hari akhir saat terwujudnya kehidupan dan kebahagiaan hakiki. Kesigapan itu lahir dari hati
yang tidak lalai dari hakikat ini berkat taufiq dan ri’ayah rabbaniyah. Oleh sebab itu, Allah SWT
berfirman: “…dan ketahuilah bahwa Allah membentengi antara seseorang dengan hatinya, dan
ketahuilah bahwa hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan (di mahsyar).
Maka kita patut bertanya dan mengevaluasi diri. Seberapa kuatkah hakikat kehidupan abadi di
akhirat telah tertanam dalam hati sehingga kita berhak mendapatkan ri’ayah rabbaniyyah tersebut yang
membuat ruhul istijabah menjadi karakter dalam diri kita? Seberapa kuat hakikat ini mewarnai atau
men-shibghah (QS 2:138) diri dan perilaku kita sehingga segala resiko duniawi dalam dakwah dan
jihad fi sabililillah menjadi kecil di mata kita?
Kekuatan inilah yang menyebabkan Anas bin An-Nadhr r.a.--paman Anas bin Malik r.a.)
memberikan respon spontan kepada Saad bin Muadz r.a. tatkala pasukan mukmin terdesak oleh
musyrikin di perang Uhud dengan ucapannya: “Y a Saad! Surga…surga… aku mencium baunya di
bawah bukit Uhud.” Kemudian beliau maju menjemput syahid hingga jenazahnya tidak dapat dikenali,
kecuali oleh saudara perempuannya lewat jari tangannya (Muttafaq ‘alaih - Riyadhus shalihin, Kitab
Al-Jihad, hadits No 1317).
Hal itu pula yang menjadikan Hanzhalah Sang ‘Ghasiil Al-malaikat’ segera merespon panggilan
jihad, meski ia baru menikmati malam pengantin dan belum sempat mandi hadats besar. Perhatikan
pula respon ‘Umair Ibn Al-Humam r.a. tatkala beliau mendengar sabda Rasulullah SAW, “Quumuu
ilaa jannatin ‘ardhuhas-samaawaatu wal-ardh” (Bangkitlah menuju surga yang luasnya seluas langit
dan bumi). Beliau mengucapkan kata “bakh-bakh” (ungkapan takjub terhadap kebaikan dan pahala)
semata-mata karena ingin menjadi penghuni surga, lalu segera membuang beberapa biji kurma yang
sedang dikunyahnya sambil berkata, “La-in ana hayiitu hattaa aakula tamaraatii haadzihii innahaa
lahayaatun thawiilah” (Jika saya hidup sampai selesai memakan kurma ini, oh betapa lamanya
(menanti surga)). Lalu beliau maju hingga gugur di perang Badar. (H.R. Muslim, dalam Riyadhus
shalihin, Kitab Al-Jihad, hadits No 1314). 3
Atau seperti Imam Al-Banna yang berangkat menunaikan tugas dakwah meskipun anaknya
terbaring sakit. Beliau meyakini bahwa setelah usahanya optimal untuk mengobati putranya, Allah
SWT yang diharapkan ridha-Nya dalam menunaikan tugas dakwahnya, tidak pernah akan
mengecewakan dirinya.
Akhil ‘aziiz, ruhul istijabah juga muncul karena pemahaman kita tentang qhadhaya ummah (fahmul
qhadaya) dan tanggung jawab (ruhul mas’uliyyah) kita untuk mencari solusinya. Orang yang tidak
mengetahui bahaya yang mengancam dirinya, sangat sulit kita harapkan responnya untuk menghindari
apalagi menghilangkan bahaya tersebut. Imam Syahid Hasan Al-Banna bahkan menghendaki agar
setiap al-akh memiliki kepekaan perasaan (daqiiq asy-syu’uur), bukan sekadar pengetahuan teoritis,
tetapi harus menjadi kepekaan perasaan yang membuatnya tersentuh bahagia dengan kebaikan, dan
terluka karena keburukan dan kebatilan. Bukankah dakwah adalah upaya kita menegakkan al-haq dan
menghancurkan kebatilan?
Sifat daqiiq asy-syu’uur dan ruuhul mas’uuliyyah berarti mengharuskan kita untuk selalu
berinteraksi dengan qhadhaya ummah dan terus memahaminya tanpa menunggu orang lain
memahamkannya untuk kita. Sifat ini juga seharusnya membuat respon kita menjadi spontan dan penuh
energi sehingga melahirkan kekuatan dahsyat, betapapun lemahnya kondisi fisik.
Lihatlah, bagaimana Al-Qur’an menceritakan kemampuan Maryam AS, ibunda Isa AS,
menggoyang batang pohon kurma sehingga buahnya berjatuhan ketika beliau dalam keadaan lemah tak
berdaya, semata-mata karena rasa tanggung jawabnya akan kelahiran dan keselamatan putranya yang
akan mengemban risalah dakwah? (periksa Q.S. Maryam: 22-25).
Ikhwah fillah, beban kehidupan dunia yang kita hadapi, apapun bentuknya, jangan sampai membuat
kita kehilangan kepekaan dan kesigapan memenuhi seruan dakwah dan jihad. Kita patut meneladani
mujahidin Palestina yang tidak pernah mengendor semangat dan aktivitas jihadnya meskipun
perjalanan panjang telah melewati dan terus menanti mereka. Juga, meskipun kesulitan hidup, bahkan
tekanan bertubi-tubi terus menghantam. Yakinlah bahwa kebersamaan kita dengan Rasulullah SAW,
shiddiqin, syuhada, dan shalihin di surga – insya Allah – ditentukan oleh sejauh mana kita meneladani
mereka dalam kesigapan memenuhi seruan dakwah dan jihad.
Ingatlah selalu kecaman Allah dan Rasul-Nya terhadap orang-orang munafik yang selalu mencari-
cari alasan (tafannun fil ‘udzr) untuk menghindar dari kebutuhan berdakwah dan berjihad (lihat Q.S.
9/At-Taubah: 94). Tadabburi pula ayat lainnya di dalam surat At-Taubah, terutama ayat 41-47, yang
mengungkapkan kemalasan dan keengganan mereka agar kita senantiasa terhindar dari sifat-sifat
mereka.
Katakanlah, “ Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq. (Q.S. At-Taubah: 24).Wallahu a’lam
4
ﻢﹸ ﻜﹶ ﻟﻭ ﻲِﻟ َ ﷲﺍ ﺍ ﻭ ﺮِ ﻔ ﻐ ﺘ ﺳﹶ ﺃﻭ ﺍﹶ ﺬﻫ ﻲِ ﻟ ﻮﹶﻗ ﹸ ﻝ ﻮﹸ ﻗﹶﺃ - ﻪﺗﺎﻛﺮﺑﻭ ﷲﺍ ﺔﲪﺭﻭ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ
Seri Taujihat Ri ’ayah Ma’nawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi, Taujihat Lailatul Katibah dan Taujihat Dua Pekanan.
Taujihat tersedia dalam bentuk audio, vcd dan tulisan.
Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terbit secara berkala dalam rangka penyiagaan kader menghadapi agenda Dakwah 1424 H.
kaderisasi@pk-sejahtera.org
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as