Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    definisi kalimah tahlil

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    definisi kalimah tahlil Empty definisi kalimah tahlil

    Post by admin Sat Nov 06, 2010 4:56 pm

    MATERI TARBIYAH

    PENGERTIAN ILAH DAN
    LAILAHAILLALLAH

    Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
    Bismillaahirrahmaanirrahiim

    ILAH

    Ilah dalam pengertian sehari-hari adalah tuhan. Di dalam terminologi Al-Qur'an ilah berarti:
    1. Mahbubun (yang dicintai).
    Mari kita simak Qs 2:165 :
    "Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah ..."

    Pada ayat ini disebutkan menyembah dikaitkan dengan mencintai. Jadi kalau seseorang mencintai sesuatu (dalam ayat disebutkan dan ada--tandingan-tandingan) sejajar dengan cintanya kepada Allah berarti mereka menyembah tandingan-tandingan tersebut. Jadi sangat tegas ayat ini, jangankan mencintai sesuatu lebih dari cintanya kepada Allah, mensejajarkan cinta itu saja berakibat fatal. Apakah tandingan-tandingan itu? Mari kita simak penjelasannya di Qs 9:24

    "Katakanlah: 'Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan; perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai selain Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

    Jadi anak, bapak, ibu, saudara, istri/suami, bisnis, rumah dsb seperti disebutkan pada ayat diatas dapat menjadi ilah. Oleh karena itu Allah mengancam dengan keputusanNya... tunggulah tiba saatnya nanti. Betapa Maha Penyayang Allah, memberikan kesempatan kepada mahluknya yang mebelakanginya untuk tidak segera mendatangkan keputusanNya itu.

    Sesuatu yang dicintai ini sangat penting, karena manusia sering terpeleset disini. Misalnya dia lebih mencintai bisnisnya, sehingga meninggalkan pensan-pesan Allah, melanggar syariatNya dsb. Kita dapat menulislah ilah-ilah lain seperti jabatan, kekuasaan, dsb.



    Berdasarkan Qs 9:24 tersebut, tingkatan cinta seorang muslim sbb: 1) Allah 2) RasulNya (Nabi Muhammad SAW), 3) jihad baru yang lainnya. Kita tidak dilarang mencintai harta, istri, anak dll, tetapi cintanya harus dibawah cinta kita kepada Allah, RasulNya dan Jihad.


    2. Matbu'un (sesuatu yang dikuuti)

    Mengikuti sesuatu selain dari petunjuk Allah bisa dicap memiliki ilah selain Allah. Mari kita simak contohnya dalam Qs 25:43

    "Terangkanlah kepadaku tentang orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?"

    Hawanafsu kalau selalu diikuti maka selalu menjurus ke yang negatif dan berdasarkan ayat diatas dia kalau seseorang selalu mengikuti hawanafsunya, maka hawanafsunya tersebut juga menjadi tuhannya.

    Hawanafsu termasuk yang sangat sulit dikendalikan. Dalam kisah perang Badar, setelah perang usai, seorang sahabat Rasulullah berujar kira-kira "kita telah menyelesaikan perang besar", Rasulullah lalu bersabda yang kira-kira perang tersebut kecil, perang yang besar adalah perang melawan hawanafsu.

    3. Marhabun (sesuatu yang ditakuti)
    Simak diujung Qs 16:51
    "Allah berfirman: 'Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguh nya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut."

    Seorang muslim harus berani, tidak boleh takut kepada siapapun, kecuali Allah. Takut disini adalah takut Syar'i (takut dan terpaksa menjalankan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah karena sesuatu. Sesuatu bisa beratri manusia, jin atau mahluk lain). Takut tabi'i dibolehkan. Misalnya takut dengan anjing galak, takut dengan ular berbisa dll.
    (Urusan takut ini pernah dibahas Akhi Riza Sajjad dulu, beberapa tahun yang lalu)
    Taqwa dalam arti sempit dapat berarti takut. Takqwa kepada Allah bisa berarti luarbiasa takutnya kepada Allah, dilukiskan di Al-Qur'an (saya lupa surat dan ayatnya) dengan mendengarkan nama Allah hatinya bergetar karena takut. Dengan takut kepada Allah otomatis akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi
    segala larangannya.




    PENGERTIAN LAILAHAILALLAH.
    1. ALLAH SEBAGAI RABB
    Kajian Allah sebagi Rab dimasukkan kedalam tauhid Rububiyyah.
    a. Allah Sebagai Khalik (pencipta)
    Simak Qs 2:21

    "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa"

    kemudian Qs 51:56
    "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku"

    Mencipta adalah hak Allah lihat ujung Qs 7:54 "...mencipta dan memerintah hanyalah hak Allah. ..."

    Yang memiliki kemampuan mencipta hanya Allah, taksatupun mahkluk diberi wewenang untuk mencipta. Yang bisa dilakukan makhluq hanya mengutak-atik yang telah ada, melakukan assembling. Kiranya suatu saat manusia dapat membuat makhluk hidup dengan mencampur berbagai bahan kimia, itupun hanya assembling, membuat dari yang ada. Hanya memberikan kondisi supaya terjadi kehidupan, sama halnya dengan manusia dapat memberikan kondisi kepada kematian. Allah dari yang tidak ada menjadi ada.

    Lalu muncullah pengertian : LaaKhalika illallah, yang berarti tiada pencipta selain Allah. Jadi Laailaha illallah juga berarti LaaKhalika illallah.


    b. Allah sebagai pemberi Rizki (Ar-Raaziq)
    Ar-Raaziq berati juga penjamin, pemelihara sekaligus pemberi rizki. Simak Qs 2:22
    "Dialah yang menjadikan bumi sebagi hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air(hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu ..."

    selanjutnya simak pula Qs 17:30-31

    "Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hambNya."(30)

    "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karean takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar."

    Allah jamin rizki tiap-tiap mahluknya, siapa takut tidak dapat rizki, rizkinya akan sempit. Kita samasekali tidak boleh khawatir terhadap rizki yang diberikan Allah, tetapi kita tidak boleh berpangku tangan, diam menungguh hujan rizki dari langit, kita harus/diwajib kan berusaha, ikhtiar untuk mendapatkannya. Salah satu rizki yang jarang diperhitungkan manusia adalah oksigen. Pernahkah kita merenung rizki oksegen yang kita hirup setiap saat? bagaimana kalau penggunaan oksigen di charge? Coba anda hitung kita butuhkan oksigen kita 24 jam, lalu harga oksigen, kemudian hitung berapa uang yang harus dikeluarkan kalau oksigen kita beli setiap bulan? Tidakkah ikwan berpikir betapa rizki Allah diberikan tanpa menghitung-hitung. Coba renungkan lagi, renungkan dan renungkan.

    Kecenderungan ketakutan untuk tidak memperoleh rizki ini kiranya banyak melanda kita, kita ragu-ragu bahkan mau-maunya manusia mencari yang tidak halal, termasuk korupsi yang sedang hangat didiskusikan. Kini orang takut pula punya anak lebih dari dua, takut rizkinya sempit, padalah Allah menjamin anak-anak itu lihat ayat diatas, tapi kita RAGU terhadap jaminan Allah ini, keraguan ini menunjukkan pengertian kita terhadap aqidah masih lemah. Apakah ikhwan RAGU terhadap jaminan ALLAH ? renungkanlah, lalu jika tidak saya ucapkan selamat, iman ikhwan telah tegar, bila jawabnya iya, berushalah meningkatkan iman, yakinlah kepada Allah sepenuh jiwa, hilangkan semua keraguan. Ingat iblis dan pasukannya menghancurkan pertahanan iman dari keraguan.
    Berdasarkan ini maka : Laaraziqa illallah (tiada pemberi rizki kecuali Allah). Jadi Laailaha illallah juga berarti Laaraziqa illallah.

    c. Allah sebagai pemilik (Al-Malik)
    Allah-lah yang memiliki langit dan bumi dan segala diantara keduanya. Al-Malik berarit juga rajadiraja. Kerajaan Allah meliputi langit dan bumi. Simak Firman Allah Qs 3:26-27.
    “Katakanlah : Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (26)
    "Engkau masukkan malam ke dalam siang dan engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hdup. Dan Engkau beri rizki yang Engkau kehendaki tanpa hisab." (27)

    Kedua ayat diatas menunjukkan Maha Kuasa Allah pemilik kerajaan, Dia dapat berbuat apa saja yang dia kehendaki, berkuasa mutlak. Jadi pada perinsipnya semuanya ini milik Allah, harta yang kita miliki pada hakekatnya adalah milik Allah yang dipinjamkan/amanat kepada kita, kelak akan ditanyai amanat itu. Lalu dengan ini mulcullah: Laamailka illallah. (tiada pemilik kecuali Allah. Apa yang mau disombongkan Manusia, dia tak punya apa-apa, semuanya milik Allah. Inilah makna lain Laailaha illallah.

    2. ALLAH SEBAGAI MULK (RAJA DI RAJA)
    Kajian Allah sebagai Mulk disebut Tauhidul Mulkiyyah.
    a. Allah sebagai Mulk (Raja di raja)
    Mulk Raja-diraja dalam pengertian berkuasa penuh. Firman Allah Qs 114:2 (surat Annas) "Malikinnas"- Raja Manusia. Kemudian perhatikan Qs 3:26 tsb. Allah adalah Raja di raja, tiada raja-diraja melainkan Allah. "Laamulka illallah"
    Karena Allah Raja-diraja maka Allah berkuasa mutlak, semua kejadian di alam yang fana ini atas izin Allah. Mu'jizat para nabi dan rasul, yang seolah-olah bertentangan dengan sunnatullah (kalau dilihat dari kacamata sunatullah yang kita kenal) terjadi karena izin Allah. Semua makhluk adalah hambanya. Manusia adalah hambanya yang paling mulia sekaligus paling bandel. Alangkah sombongnya manusia itu, sudah dikarunia kemulyaan eh menentang, petantang-petenteng, sombong, patutlah dia di tindak tegas oleh Allah. Tetapi Ada golongan manusia yang sangat mulia disisi Allah, dialah orang-orang yang bertaqwa.

    Allah berkuasa memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan berkuasa pula mencabut kekuasaan dari siapa yang dia kehendaki. Allah berkuasa memuliakan siapa yang dia kehendaki, begitu pula menghinakannya. Berlindung pada Raja diraja (Allah) dengan kekuasaannya. La hawlawala quwwata illa billa.

    b. Allah sebagai pelindung (Al-Waliy)
    Allahlah pelindung dan penolong mahlukNya, mintalah perlindungan kepada Allah, niscaya Allah akan melindungi. Simak Qs 2:257
    "Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindung mereka adalah syaitan yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya."

    Tidakkah ikhwan perhatikan bagaimana Allah melindungi sang bayi yang tidak memilik kekuatan apa-apa dengan kasih sayang dari orang tuanya?
    Kemudian muncul LaaWaliyya illallah - tiada pelindung selain Allah. Inilah makna lain dari Laailaha illallah.

    c. Allah sebagai Hakam (yang membuat hukum)
    Pengakuan Allah sebagi pembuat hukum harus diakui secara i'tiqadi. Allahlah yang berhak membuat hukum, hukum-hukum yang kita ikuti harus diturunkan dari hukum Allah sekali tidak diperkenankan menentang hukum Allah. Konsekuensi orang yang berhukum selain hukum Allah sangat berat.
    Simak Qs 5:44-50
    "...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (44)

    "...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim." (45)

    "...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik ." (47)

    Lanjutkan baca dengan teliti Qs 44-50 tersebut. Qs 44-50 merupakan dalil bahwa satu-satunya hukum adalah hukum Allah.
    Benar-benar mengerikan kalau kita tidak berhukum selain hukum Allah, konsekuansinya bisa fasik, zalim ataupun kafir, mengerikan
    Lalu dapat ditarik pengertian Laahakama illallah – Tiada pembuat hukum kecuali Allah. Lailaha illallah juga berarti Laahakima illallah.


    3. ALLAH YANG DISEMBAH (MA'BUD)
    Kajian Allah sebagai yang disembah masuk kategori tauhid uluhiyyah.
    a. Allah sebagai Ma'bud
    Allahlah satu-satunya yang patut disembah. Simak Qs. 51:56
    "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."

    Ikrar "Hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan kepadaMu-lah kami mohon pertolongan." Qs 1:5 minimal diucapkan 17 kali sehari.

    Kembali lagi Laama'buda illallah, tiada yang patut disembah atau diibadati kecuali Allah. Lailaha illallah juga berarti Laama'buda illallah.

    b. Allah sebagi tujuan (Al-Ghayah)
    Simak firman Allah Qs. 94:8 " Dan hanya kepada Allalah hendaknya kamu berharap (menempatkan tujuan)."

    Allahlah tujuan kita, Allahu Ghayatuna. Lailaha illallah juga berarti Laaghayatu illallah. Bila Ikhwan ingin tahu lebih lanjut penjelasan Allahu Ghayatuna, lihatlah kalimat pertama ikrar Ikwanul Muslimin, baca penjelasannya.
    Camkan pengertian Laailihaillah tersebut, anda sebagi mu'min harus benar-benar memahami ilmu Laailahaillallah, dan sadar betul konsekuensi ikrar laailahaillallah tersebut. Rasulullah bersabda (direkord dalam Shahih Muslim) sbb:

    " Man maata wahuwa ya'lamu an lailahailallah dakhalal jannah."
    siapa yang meninggal memiliki ilmu tentang laailahaillallah dia akan masuk sorga.

    Laailaha illallah membebaskan semua ketergantungan, kecuali hanya pada Allah.






    TA'ABBUD

    Wamaa kholaqtuljinna wal 'insan illa liya'buduun.
    Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu. (Adz-Dzaariyaat: 56)


    'Ubudiyah manusia kepada Allah adalah merupakan simbol sekaligus pernyataan pengakuan manusia sebagai makhluk yang diciptakan akan eksistensi Khaliqnya(Penciptanya), juga merupakan konsekuensi logis dari sifat Rububiyah dan UluhiyahNya. Keimanan kepada Dzat yang menciptakan, yang mengatur, dan memberi rizki, Allah yang mesti diikuti, ditakuti dan dicintai tak akan pernah membawa makna tanpa diikuti sikap ta'abbud kepadaNya, menyerahkan 'ubudiyah hanya kepadaNya. Karena hanya Dia dan cuma Dia yang berhaq menerima ta'abbud manusia.

    Setelah seorang manusia berikrar dan menyatakan dirinya sebagai Muslim, maka pada detik itu dia telah menjadi seorang mukallaf, yang menerima beban dan siap akan pembebanan (taklif). Manakala seseorang telah bersyahadat, menyatakan tiada ilah selain Allah, maka berarti ia mengakui UluhiyahNya untuk ikut, takut dan cinta hanya kepada Allah. Pada titik ini kewajiban menyerahkan 'ubudiyah, sikap ta'abud, dan menerima taklif hanya sebuah alur logis di atas kesadaran manusia dewasa seorang Muslim. Bila dia tidak ingin disebut sebagai pendusta besar. Maka garis setelah titik awal ini adalah jalan lurus medan da'wah.

    Sikap ta'abud seseorang yang telah menyerahkan dirinya untuk diatur oleh hukum Allah, makhluk yang mengimani Mulukiyah Allah mestilah mengambil bentuk nyata sikap diri berupa; pertama penegakkan nilai-nilai/syariat Islam dalam dirinya, keluarga terdekatnya, kerabat, baru masyarakatnya. Kedua, berjalan dalam garis penegakkan ini dengan segenap kesungguhan, menanggung beban yang ada di setiap hasta perjalanan, siap untuk menerima celaan dari orang-orang yang suka mencela, intimidasi dan teror dari musuh-musuh Allah, bahkan tak dapat menghindar dari kemungkinan harus membunuh dan terbunuh. Karena;

    Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman dengan syurga. Mereka berperang (qital) di jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (At-Taubah:111)

    Pada titik ini, kesungguhan (jihad), kesabaran, pengorbanan (tajarrud), pembelaan (tamassuk), kesiapan dan keikhlasan mendapat tempat dan ladang subur pembuktian.

    Tugas pertama adalah membangun rijal-rijal, pribadi-pribadi yang kokoh, para jundullah (prajurit Allah) yang siap menegakkan nilai-nilai islam, yang sigap menegakkan keadilan, cinta-kasih, perlindungan terhadap kaum yang lemah dan tertindas. Dalam tugas ini setiap pribadi Muslim mestilah menghaluskan perasaannya. Lembut sedemikian lembutnya, sehingga kalau nama Allah disebut bergetarlah hatinya, kalau dibacakan Al Qur'an kepadanya maka bertambah-tambahlah keimanannya, sehingga hati mereka dapat dengan mudah beresonansi meski atas sentilan sinyal lemah sekalipun. Hati mereka peka akan kebenaran dan kebhatilan, dapat dengan mudah membedakan mana nilai-nilai Islami, yang pekat dengan kejujuran, kesetiaan, kasih-sayang, keadilan, ihsan, pantang menyerah, dan mana nilai-nilai yang berasal taghut berupa penindasan dan kepalsuan. Lembut karena ruh mereka mendapat santapan Al Ghazi ar-ruh yang sesuai kadar dan kebutuhannya; yakni dzikrullah, dalam setiap detiknya. Pribadi Muslim adalah pribadi yang bersih dan penuh kesetiakawanan. Dari rijal-rijal inilah diharapkan terbentuknya keluarga dan masyarakat yang islami; masyarakat yang adil, yang bersih, yang jujur, yang ihsan, yang lemah-lembut terhadap sesamanya dan bersikap keras terhadap musuh-musuh, masyarakat yang amanah, masyarakat yang diridhai Allah dan mereka pun ridha kepada Allah, masyarakat yang menempatkan kalimatullah tinggi-tinggi, menempatkan peraturan dan hukum Allah sebagai landasan hidup dan prikehidupannya, masyarakat yang membawa rakhmattan lil 'alamiin, masyarakat yang dinamis, yang mengalir dan bergerak bagai alir sungai, kuat dan deras, yang jernih sehingga dapat bercermin peradaban lain kepadanya, masyarakat yang terus membesar dan membesar secara sunatullah hingga tak ada lagi fitnah, tak ada lagi penyembahan manusia atas sesuatu selain Allah, tak ada lagi penyembahan manusia atas manusia, hingga semua manusia kembali kepada hakekat fitri penciptaannya, makhluk yang hanif, makhluk yang menyerahkan sikap ta'abbudnya kepada Allah semata, itulah khalifah Allah di bumi.

    Tugas tersebut tidaklah mudah. Dan adalah sunah ilahiyah, kalau jalan tersebut sukar lagi mendaki. Adalah tidak masuk akal kalau imbalan yang besar dari Allah, bahkan sangat besar, yakni berupa syurga dan segenap isinya dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya dapat diperoleh cukup dengan santai atau sekedar diskusi dan disksui sebatas kata-kaya. Mustahil! Sulitnya jalan da'wah itu sendiri adalah ujian untuk sebuah kualitas, untuk memisahkan makhluk yang sabar dan yang tidak, mereka yang beriman dalam makna yang sesungguhnya atau hanya sekedar keimanan di bibir saja, kelompok manusia yang sungguh-sungguh (mujahid) dan kaum munafiq.
    Kerasnya jalan da'wah adalah "bumbu" dan "gula" yang membuat rasa sedap dan manis ta'abbud, yang membuat timbangan taklif bergerak dan menuntut jawab, yang membuat syahadat, bai'at, sumpah setia mempunyai makna.

    Ta'abbud ilallah mestilah mengambil dua bentuk di atas bukan sekedar ibadah mahdoh (khusus) apalagi bersembunyi dalam goa-goa untuk menghindar dari realitas pahit peradaban ummat saat ini. Sungguh dien yang mulia ini, didukung oleh manusia-manusia mulia, akan menumbuhkan manusia-manusia mulia, dan untuk mencapai kemuliaan di dunia dan akhirat. Ta'abbud adalah sikap mulia makhluk yang memahami hakekat penciptaan dirinya, sikap hamba yang berakhlaq mulia.

    Hasbunallah wa nimal wakil
    wassalam,

    Nabil
    Abu Zahra
    tarbiyah@isnet.org


      Similar topics

      -

      Waktu sekarang Sat Apr 27, 2024 6:27 pm