Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    sybill

    sumanto
    sumanto
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Libra Jumlah posting : 123
    Join date : 03.07.10
    Age : 58
    Lokasi : di belakangmu

    sybill Empty sybill

    Post by sumanto Sun Aug 08, 2010 8:35 pm

    Sybil


    Umar Kayam








    Jam di kamar menunjukkan bahwa hari
    sungguh tak terlampau pagi lagi. Seperti bagian dari satu upacara yang tiap
    pagi mesti tak boleh dilampaui, ibu Sybil bergegas mengenakan pakaiannya sambil
    mengeluh.






    "Ya, Allah, sudah pukul setengah
    sembilan. Aku pasti terlambat lagi."






    Dan berikutnya suara gemerisik
    pakaiannya, keriut sepatunya terantuk-antuk kursi atau meja akan mengiringi
    kesibukan paginya.






    "Sybil! Sybil!" dia berteriak.


    'Yaaaa."


    "Di mana kau?"


    "Di sini. Di dapur."


    "Kopiku sudah?"





    "Tidak ada kopi. Habis."





    "Habis?"





    Bibirnya dikatupkannya untuk meratakan lipstick-nya
    dan tok-tok-tok si ibu bergegas ke dapur.






    "Habis, katamu?"


    "Ya."


    "Mengapa tidak kaubilang semalam,
    Dungu?"






    "Aku lupa. Maaf."


    "Lupa. Enak saja lupa. Masa anak
    perempuan, sudah lima belas tahun, dikasih kewajiban bikin kopi saja tidak
    becus."






    Sybil diam. Matanya menatap keluar
    jendela. Dua ekor burung gereja sedang asyik bercumbu.






    "Kau memang suka kalau aku pening
    kepala pagi-pagi begini, ya?"






    Sybil tersenyum karena seekor burung
    gereja datang lagi dan bertiga beramai-ramai saling bercumbu.



    "Dasar anak sial. Uuuuh."





    Pening kepalanya terasa lagi. Lupa atau
    tidak peduli bahwa hari memang sudah siang, si ibu duduk di kursi, kedua
    tangannya memijit-mijit kepala. Sebentar kemudian, heeeek, dia pun bersendawa.
    Bau whisky menerobos keluar dari mulutnya, meskipun pagi tidak lupa
    berkumur. Kemudian, seperti tiba-tiba ingat sesuatu dia membalikkan kepala ke
    arah anaknya yang sedang asyik saja menatap ke luar jendela.



    "Sybil!"


    "Ya."


    "Jangan dikira aku tidak tahu,
    ya?"



    "Tidak tahu apa?"


    "Ka minum whisky-ku lagi.
    Aku tahu isinya berkurang semalam. Ayo, mengaku kau, anak har...!"



    "Tapi, tapi..."





    "Apa tapi?"


    "Tapi aku cuma menjilat sedikit
    saja."



    "Bohong! Paling sedikit setengah
    seloki. Aku heran kenapa kau tidak mampus. Itu straight whisky yang kau
    minum."






    Sybil diam.


    "Kenapa, kenapa kaucoba
    minum?"



    "Chip mengejekku kemarin."


    "Chip Henderson?"


    "Ya. Dia bilang aku penakut."


    "Hm. Lalu siapa yang mengisap
    cerutu?"



    Sybil tidak menjawab.


    "Ha, jangan dikira aku tidak tahu
    cerutuku hilang satu. Ayo, siapa? Chip, Chuck, Jimmy, siapa?"



    "Aku."


    "Kau, Sybil, Sybil. Anak perempuan
    apa kau ini?"



    "Tapi aku selalu ingin mengisap
    cerutu. Tiap kali Harry..."






    "Mr. Robertson."


    "Maaf. Tiap kali Mr. Robertson
    mengisap cerutu malam-malam sebelum tidur di kamarmu..."



    "He, he, tutup mulutmu,
    Setan!"






    "Tapi, Mommy, bukankah dia
    selalu tidur di kamarmu tiap kali dia kemari?"



    "Sudah, sudah. Aku harus kerja
    sekarang. Ini satu dolar buat lunch dan jajanmu."






    "Terima kasih."


    "Berjanjilah, Sybil, kekasihku,
    biji mataku."






    "Apa?"





    "Jangan minum whisky dan mengisap
    cerutu lagi.



    Please?"


    "O.K."


    "Mau main ke mana kau hari
    ini?"



    "Oh, tak tahulah. Anak-anak pergi
    ke camp musim panas ini. Kenapa aku tidak Ibu kirim ke camp seperti mereka?"






    "Tetapi, Sybil, kau tahu berapa
    gajiku sebagai pelayan restoran?"



    "Ya, ya."


    "Mungkin tahun depan. Siapa
    tahu."






    Dan dengan bergegas si ibu berjalan ke
    luar apartemen, turun lima puluh tujuh tangga, terus ke jalan membelok di
    tikungan.






    Musim panas tidak pernah menyenangkan di
    New York. Sudah seminggu berturut-turut panasnya mencapai pukul rata 90
    derajat F. Mereka, yang tidak punya airconditioning atau kipas angin,
    membuka pintu rumah dan jendela lebar-lebar, mengharap-harap ada sedikit angin
    yang bisa menerobos masuk. Ternyata usaha itu tidak menolong banyak. Dan di
    mana-mana orang mengeluh bahwa musim panas tahun ini jauh lebih panas daripada
    tahun lalu.






    Sybil kepanasan di dapur. Buru-buru
    dihabiskannya mata sapi dan toast-nya serta diteguknya susu dari gelas.
    Kemudian di kamar, digantinya bajunya dengan blouse tidak berlengan
    serta celana Bermuda yang rada kependekan. Dikenakannya sepatu putih karet
    tanpa kaus dan siaplah. Siap ke mana? Itulah yang kemudian dipikirkannya.
    Disisipkannya uang sedolar dari ibunya ke dalam saku celananya dan pelan-pelan
    dia pun keluar meninggalkan apartemennya. Sambil melompat-lompat turun tangga
    dia melagu: ke-ma-na, ke-ma-naaa. Tiap sampai pada ke-ma-naaa,
    dia agak heran dan terkejut karena keluarnya keras sekali. Tetapi suara itu
    entah bagaimana penjelasannya memberikan perasaan yang menyenangkan.






    "Hello, Sybil."


    "Hai."


    Dan Sybil terus berjalan tidak ingat
    lagi dengan siapa dia bersalam. Jalan tempat dia tinggal tidak berpohon.
    Mobil-mobil berderet diparkir di kiri dan kanan jalan. Satu dua orang tampak
    menyeret kereta yang penuh dengan bungkusan belanjaan dari supermarket. Seekor
    anjing pincang berjingkat-jingkat menyeberang jalan.






    "Ke-ma-na, ke-ma-na,
    ke-ma-naaa."



    "Sybil, Sybil."


    "Ke-ma-na, ke-ma..."





    Sybil menoleh. Tampaknya Nyonya Johnson
    melambai-lambaikan tangannya, memberi isyarat agar Sybil mau ke rumahnya.






    "Sybil, kau tentu mau
    menolongku."



    "Hai, Nyonya Johnson."


    "Hai Sybil, kau tentu mau
    menolongku."



    "Menolong apa?"


    "Aku mau titip Susan sampai nanti
    sore."



    "Nyonya mau ke mana?"


    "Oh, aku harus pergi untuk urusan
    penting, Susan tidak mungkin aku ajak."






    Waktu Sybil tidak memberikan suatu
    reaksi, Nyonya Johnson meneruskan.






    "Ajaklah ke mana kau suka. Ke park,
    ke kali, ke bioskop, ke rumahmu, suka hatimulah. Cuma, jangan lupa kasih dia
    makan. Ini satu dolar buat makan Susan dan ini tiga dolar buat kau. Aku akan
    pulang antara pukul tiga dan empat. Di mana kau dan Susan akan berada pada jam
    itu? Di sini, di rumahku, atau di rumahmu?"






    Sybil sambil memasukkan uang ke dalam
    saku, acuh tak acuh menjawab, "Oh, tak tahulah, Nyonya Johnson. Mungkin di
    sini, mungkin di rumahku."






    "Baiklah, kalau tidak aku temui
    kalian di sini, tentulah kalian di rumahmu. Susan, Susan! Kemarilah kau."






    Seorang anak perempuan kira-kira berumur
    enam tahun keluar dari dalam rumah.






    "Sedang apa kau?"


    "Nonton TV bersama Mr. Rodd."





    "Kau akan main dengan Sybil hari
    ini. Ibu harus pergi sampai nanti sore. Kalau lapar, Sybil akan belikan
    makananmu nanti."






    "Hai, Sybil," salam Susan.


    "Hai, Susan."





    Nyonya Johnson masuk ke dalam rumah
    untuk berganti pakaian. Tidak seberapa lama dia pun keluar, memberikan
    instrusi-instruksi kepada Sybil, dan kemudian pergilah dia.






    "Sybil, ke mana kita hari
    ini?"



    "Oh, tak tahulah."


    "Ke rumahmu nonton TV? Main fish?
    Kau tahu main fish? Aku pandai main fish. Nanti aku ajari kau.
    Kau punya kartu, bukan? Kalau enggak punya nanti biar pakai kartu
    bapakku. Biar aku ambil sekarang, ya, Sybil?"






    "Tunggu, tunggu dulu, Susan. Kita
    tidak pergi ke rumahku, kita tidak tinggal di sini, dan kita tidak main fish."






    Oh. Kita pergi jauh?"


    "Ya, ya jauh."


    "Jauh sekali?"


    "Jauh sekali."


    "Oh, bagus, bagus. Aku suka pergi
    jauh. Ke mana, Sybil, bilanglah."






    "Oh, jauh. Ayo, kita berangkat
    sekarang."



    "Tapi, tunggu dulu."


    "Kenapa?"


    "Karena pergi jauh, aku mesti ajak
    Mr. Todd."



    "Siapa Mr. Todd?"


    "Mr. Todd. Anjing-anjingku. Tunggu
    sebentar aku ambil dia."






    "Tapi, Susan..."





    Akan tetapi Susan sudah berlari ke
    dalam, mengambil Mr. Todd. beberapa menit kemudian, dia ke luar melompat-lompat
    kegirangan dengan Mr. Todd. Mr. Todd adalah anjing-anjingan yang cantik. Pakai
    jas coklat dan dasi kupu-kupu merah, dan celana biru serta sepatu.






    "O.K. Sybil, aku dan Mr. Todd sudah siap sekarang."





    Tanpa berkata sesuatu, Sybil menarik
    tangan Susan. Mereka terus berjalan, berjalan, dan berjalan. Di dekat tikungan
    jalan, kira-kira setengah kilometer dari tempat mereka berangkat, ada tanda
    pemberhentian bus. Sybil berhenti.






    "Kita mau ke mana Sybil? Naik
    bus?"



    "Ya, naik bus."


    "Aduh senangnya, naik bus. Ke mana,
    Sybil?"






    Sybil tidak menjawab. Oleh karena sinar
    matahari menyilaukan matanya, tangannya diangkat ke dahi buat melindungi
    matanya.






    "Sybil, aku kepingin lolly.
    Kau ada uang dari Ibu, kan?"






    "Ya, ya, ada."





    Namun, Sybil tidak bergerak, matanya
    mengawasi jalanan, melihat-lihat kalau-kalau bus sudah mulai kelihatan.



    "Sybil, aku mau lolly sekarang. Aku
    mau maan lolly dalam bus."






    "Nah, itu busnya sudah
    kelihatan."






    "Tapi, Sybil, lolly,
    lolly."






    "Nanti saja, busnys sudah dekat,
    itu."






    "Lolly, Sybil, lolly."





    "O.K., O.K."





    Dan Sybil buru-buru lari ke warung candy
    membeli dua lolly, buru-buru lagi ke pemberhentian bus. Diseretnya Susan
    karena hampir saja mereka terlambat masuk ke dalam bus. Bus menderu dan Susan -
    sambil menjilat-jilat lolly-nya -- melihat rumah-rumah bagaikan
    berlarian di balik jendela.






    "Aku senang naik bus. Aku benci subway.
    Di subway kau tidak bisa apa-apa. Dengan bus kau bisa lihat apa saja.
    Rumah, rumah, rumah, supermarket, restoran, drugstore, warung candy,
    rumah, rumah, restoran,cafetaria, uuuupp ..."






    "Susan! Duduk baik-baik. Jatuh baru
    tahu, kau! Nah, begitu."






    "Rumah, rumah, cafetaria, hot
    dog, hamburger, hot dog, pizza, coke, coke
    . Sybil, aku lapar. Kau ada uang
    dari ibuku, kan?"






    "Tapi Susan, kita dalam bus
    sekarang."






    "Aku lapar, Sybil."





    "Sebentar lagi kita sampai."


    "Sampai di mana?"


    "Di park dekat pantai. Kau
    lihat rumah bertingkat di ujung itu? Di sana kita berhenti."






    "Kita bisa beli hamburger di
    sana?"



    "Ya."


    "Dengan root beer."





    "Ya, dengan root beer."





    Akhirnya bus sampai pada pemberhentian
    di dekat park itu. Sybil dan Susan turun dan masuk ke dalam sebuah cafetaria
    di dekat pemberhentian itu. Sybil mengusulkan agar hamburger serta root
    beer
    itu dibawa saja dan dimakan di pinggir pantai.






    Susan kegirangan mendengar itu.





    "Aku nanti boleh main ayunan, ya,
    Sybil?"



    "Kita akan duduk di dekat
    pantai."



    "Duduk sja?"


    "Ya, duduk."





    Hari yang amat panas ternyata telah
    mengundang beratus orang berteduh dalam park itu. Pohon-pohonan yang
    rindang serta angin pantai yang sejuk, setidak-tidaknya untuk sementara, akan
    bisa mengobati keparahan panas yang berhari-hari terus saja menekan. Sybil
    menggandeng Susan menjauhkan diri dari bising orang-orang. Di pinggir pantai,
    di bawah sebuah pohon, mereka temukan sebuah bangku.






    "Duduk, Susan."


    "Di sini?"


    "Di mana lagi, Dungu. Ini makan hamburger-mu.
    Ini root beer-mu."






    Mereka makan dengan diam. Di muka
    mereka, East River dan di belakangnya, Pulau Manhattan.






    "Itu East River dan itu Manhattan, Susan."





    "itu New York, City, Sybil.
    Bapakku kerja di situ."






    "New York City ada di Manhattan."





    "Ibuku tidak pernah bilang
    begitu."






    "Ibumu tolol. Itu jauh di sana, itu Empire State Building. Yang ada di pinggir sana itu gedung
    U.N."






    "Itu rumah pamanku, Harris, Sybil.
    Dan itu rumah kami yang sedang dibangun. Aku dan Mr. Todd akan mendapat kamar
    paling atas."






    "Apakah ibumu yang cerita
    begitu?"



    "Ya."


    "Ibumu adalah seorang genius."


    "Sybil."


    "Ya."


    "Betulkah kau tidak punya
    bapak?"



    "Ibumu lagi yang bilang
    begitu?"



    "Ya."


    "Ibumu adalah seorang genius."


    "Apakah genius itu? Kau suka betul
    bilang itu."



    "Tidak, tidak apa-apa."


    "Apa? Bapakmu?"


    "Tidak, tidak betul. Tentu saja aku
    punya bapak. Tiap orang ada Bapak."



    "Dia tinggal bersamamu?"


    "Ya. Cuma dia kerja mulai pagi
    sekali sampai larut malam."



    "Jadi, kau tidak pernah ketemu
    bapakmu?"






    "Kadang-kadang kalau malam-malam
    aku terbangun. Aku akan melihat bapakku duduk mengisap cerutu."






    Tetapi di muka Sybil terbayang harry
    Robertson yang mengisap cerutu di kamar ibunya. Sebuah perasaan aneh menyelinap
    di dadanya.






    "Sybil."


    "Ya."


    "Aku masih lapar. Kau masih ada
    uang dari ibuku, kan?"






    "Ya, ya, masih. Ibumu memberi aku
    berpuluh dolar."



    "Belikanlah aku hamburger
    dengan irisan bawang yang gede."






    Sybil memandang wajah Susan lama-lama.
    Setan kecil! Tiba-tiba satu senyum yang aneh membuat bibir Sybil agak mencong.






    "Ayolah, Sybil, belikan."


    "Susan, aku ada usul."


    "Apakah itu?"


    "Mari kita main rampok-rampokan.
    Aku jadi perampoknya. Kau akan aku ikat tangan dan kakimu. Matamu akan kututup
    dengan saputangan, begitu juga mulutmu."






    "Kenapa mesti semuanya diikat
    begitu?"



    "Supaya kau tidak bisa apa-apa.
    Bukankah perampok mesti jahat?"



    "Lantas?"


    "Lantas aku akan pergi. Kau lalu
    akan minta tolong. Kemudian aku akan datang dengan hamburger, menolong
    kau. O.K.?"






    "Kedengarannya menarik juga.
    Ayolah, kita coba!"






    Dengan sebat Sybil mengikat kaki dan
    tangan Susan serta menyumbat mulut dan menutup matanya. Dilambaikannya
    tangannya kepada Susan dan menyelinaplah Sybil ke dalam park.






    Hari sudah pukul dua siang waktu Susan
    tidak kuasa lagi mencoba bilang "help".






    Dengan segelas susu Sybil melihat TV di
    kamarnya. Jam berdenting tiga kali. Hari membakar dengan semena-mena.






    "Kaukah itu, Sybil?"


    "Ibu?"


    "Ya."





    Ibu Sybil merah kepanasan, masuk
    diiringi Harry Robertson.



    "Hai, Sybil."


    "hai, Harr..., eh, Mr. Robertson.
    Baru pukul tiga sudah pulang?"






    "Aku sakit, Kekasihku. Mr.
    Robertson sudah berbaik hati mau mengantarkan aku pulang."



    "Oh."


    "Tapi kau kelihatan lesu dan capek,
    Sybil. Seharian kau di rumah saja? He, aku ada pikiran. Kenapa kau tidak pergi
    nonton ke Strand. Aku lihat lakonnya bagus. The Curse of the Werewolf.
    Hhhrrrr. pergilah dan ceritakan nanti malam padaku. Ini uang sedolar."






    Sybil menerima uang itu dan melihat
    wajah ibunya dan Harry berganti-ganti.



    "Mr. Robertson?"


    "Ya, Sybil."

      Waktu sekarang Wed May 08, 2024 2:11 pm