Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    wanita dan naluri seks

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    wanita dan naluri seks Empty wanita dan naluri seks

    Post by kutubuku Sun Jun 27, 2010 8:04 pm

    Wanita, Cinta
    Dan Naluri Seks Dalam Tinjauan Islam






    Realita yang ada pada generasi muda muslim pada masa
    sekarang ini, secara mayoritas sedang terbuai dengan ribuan jaring kemungkaran
    modernisasi, seperti perzinaan dengan berbagai modelnya, namun justru ia sering
    dijadikan standar kemajuan dan globalisasi.


    Seks yang merupakan fitrah dan karunia Allah Ta'ala berubah fungsi menjadi ajang
    komoditi mencari keuntungan sebesar mungkin. Norma-norma yang berlaku di dalam
    tata kehidupan tidak lagi menjadi pegangan. Pupusnya rasa malu kaum Hawa
    terlihat pula dari turut andilnya mereka menanam saham kebatilan di bidang
    sandang. Mode-mode pakaian yang dililitkan ke tubuhnya sudah begitu jauh dari
    tuntunan syari'at. Padahal Allah Ta'ala
    berfirman:


    "Hai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu,
    anak-anakmu yang perempuan dan orang-orang perempuan yang beriman, supaya
    mereka menutup tubuhnya dengan jilbab, yang demikian itu supaya mereka lebih
    dikenal, karena itu supaya mereka tidak diganggu, dan Allah itu Maha Pengampun
    lagi Maha Penyayang." (Al-Ahzab: 59).


    Bila ayat ini masih dianggap belenggu yang merantai
    kebebasan kaum Hawa, maka dapatlah dipastikan, hujan birahi pun tak kan
    terelakkan, hingga dengan mudahnya kita saksikan jutaan perempuan
    bergentayangan di jalan-jalan, dan mempersilakan auratnya disapu mata sembarang
    orang. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam riwayat Imam
    Muslim bersabda, artinya: "Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan
    mencium wangi Surga, padahal wangi Surga itu tercium sejauh perjalanan sekian
    dan sekian."


    Sebab meskipun berpakaian, pada hakikatnya mereka
    telanjang. Ironinya, setiap hari kita selalu dihadapkan kepada permasalahan di
    atas, yaitu urusan kelamin (seksualitas). Kemana-mana kita terganggu oleh
    rayuan perempuan, wajahnya, lenggak-lenggoknya, suaranya, semuanya penuh magnit
    dan daya tarik.


    "Dijadikan indah pada pandangan manusia
    kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta
    yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
    sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat
    kembali yang baik." (Ali Imran: 14).


    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
    artinya: "Tidaklah ada suatu cobaan yang terjadi sepeninggalku yang lebih
    berbahaya bagi kaum laki-laki, yang melebihi bahayanya cobaan yang berhubungan
    dengan soal wanita". (HR.
    Al-Bukhari dan Muslim).


    Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqqin
    menyatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta, yaitu:


    1. Sifat-sifat yang dimiliki
    oleh seseorang yang membuat ia dicintai oleh kekasihnya.


    2. Perhatian sang kekasih
    terhadap sifat-sifat tersebut.


    3. Pertautan antara seseorang
    yang sedang jatuh cinta dengan orang yang dicintainya.


    Dengan kelengkapan ketiga faktor cinta yang
    dikemukakan oleh Ibnul Qayyim tersebut, maka terbuktilah tali percintaan, dan
    akan menjadi lemah jika terdapat kekurangan dari ketiga faktor itu. Hal ini
    diakui oleh Islam dan oleh semua pihak yang menentang Islam. Tapi Islam
    membedakan antara cinta dan seks sebagai nafsu. Cinta adalah mawaddah wa
    rahmah, sedang nafsu seks sebagai naluri adalah nafsu syahwat. Keduanya hanya
    bisa bersatu dalam perkawinan, karena berseminya cinta yang terjadi sesudah
    pernikahan adalah cinta yang dijamin oleh Allah Ta'ala, sebagaimana tercantum dalam surat Ar-Rum ayat 21, artinya:
    "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu
    isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
    kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
    pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
    berfikir."


    Dari ayat di atas dapat kita simpulkan, bahwa Islam
    tidak mengenal percintaan sebelum perkawinan yang sah, apalagi dengan
    pengumbaran nafsu syahwat, sehingga menjadi naluri dan cenderung mengajak pada
    perbuatan-perbuatan yang mengundang murka Allah Ta'ala, sebagaimana telah termaktub dalam Surat Yusuf ayat 53,
    artinya: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
    sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
    diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
    Penyayang."


    Ibnul Qayyim berkata: "Hubungan intim tanpa
    pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan
    berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya
    telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul
    keinginan lain yang belum diperolehnya."


    "Bohong!", itulah komentar sinis mereka
    guna membela nafsu syahwatnya, untuk melegimitasi percintaan secara haram.
    Bahkan lebih parah lagi, mereka berani bersumpah, cinta yang dilahirkan bersama
    sang kekasih adalah cinta suci, bukan cinta birahi dan syaithani. Padahal yang
    dijaga dalam Islam bukanlah semata-mata perihal kepemudaan, kegadisan dan
    selaput dara saja, tetapi lebih dari itu, kesucian mata, telinga, hidung,
    tangan, kaki dan sekujur anggota tubuh. Bahkan kesucian hati juga wajib dijaga.
    Zinanya mata adalah berpandangan dengan bukan mahramnya, zinanya hati adalah
    membayangkan dan mengkhayal, dan zinanya tangan adalah menyentuh tubuh wanita
    yang bukan mahramnya.Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


    "Telah ditulis atas anak Adam bagiannya dari
    hal zina yang akan ditemui dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Zinanya mata
    adalah melihat, zinanya telinga adalah mendengar, zinanya kaki adalah berjalan,
    dan zinanya hati adalah keinginan dan berangan-angan, dan semua itu dibenarkan
    atau didustakan oleh kelaminnya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).


    Namun jaring-jaring cinta di luar perkawinan telah
    meninabobokkan manusia dalam tali asmara. Asmara yang bergejolak menuntut
    keintiman dan kesyahduan, sehingga cinta buta menjadi mahar yang menghalalkan
    hubungan kelamin kisah kasih dua insan yang berlainan jenis.


    Untuk itu dalam menghadapi semua ini, hendaklah kita
    senantiasa berpedoman pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, di
    antaranya adalah:


    A. Menjaga
    Pandangan Mata




    Memelihara mata cukuplah dengan menundukkan
    pandangan bila ada pria atau wanita yang bukan mahramnya, dan jangan
    memandangnya berulang-ulang. Hal ini diatur oleh Allah dan RasulNya agar kita
    dapat mengendalikan mata sebagai panca indera yang sangat peka terhadap seks.
    Allah Ta'ala berfirman, artinya:
    "Katakan-lah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan
    sebagian dari pandangan mata (terhadap wanita) dan memelihara kemaluan mereka.
    Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui apa
    yang mereka kerjakan, dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah
    mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
    menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya." (An-Nur:
    30-31).


    Tapi ada pula memandang untuk suatu keperluan yang
    diperbolehkan, seperti dalam pengobatan, peminangan dan segala sesuatu yang
    telah disyari'atkan dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,
    artinya:


    "Dari Mughirah bin Syu'bah, bahwa ia hendak
    menikah dengan seorang wanita, Nabi bertanya, 'Sudahkah kamu melihatnya?',
    'Belum', jawabnya, lalu Nabi bersabda, 'Lihatlah ia, sesungguhnya dengan
    melihatnya lebih menenteramkan hati kamu berdua'." (HR. An-Nasa'i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).


    B. Menjauhi
    Pergaulan Bebas



    Pergaulan bebas pasti menimbulkan hal-hal negatif
    yang tidak diinginkan. Hal ini bisa dilihat di barat, yang meng-agungkan
    kebebasan dalam segala hal, termasuk dalam seks. Kini mereka menjerit, angka
    perceraian sangat tinggi, setiap menit terjadi tindak perkosaan dan pranata
    pernikahan diragukan, terjadilah dekadensi moral dan tersebar berbagai penyakit
    kelamin.


    Allah Ta'ala
    membuat rambu-rambu pergaulan laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya dalam
    firmanNya:


    "Dan janganlah kalian mendekati zina,
    sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
    buruk." (Al-Isra': 32).


    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


    "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
    akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi
    mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan." (HR.
    Ahmad).


    Apalagi halnya sampai bersentuhan dengan lawan jenis
    yang bukan mahramnya.


    A'isyah radiallahu anha berkata: "Tangan
    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali menyentuh
    tangan perempuan di dalam bai'at, bai'at Rasulullah dengan mereka adalah berupa
    ucapan." (HR. Al-Bukhari).
    (Abu Abbas).

      Waktu sekarang Tue May 07, 2024 9:32 pm