Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    etika jurnalistik

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    etika jurnalistik Empty etika jurnalistik

    Post by admin Fri May 14, 2010 7:30 pm

    ETIKA WARTAWAN
    Oleh: Bibin Bintariadi


    Kode Etik Profesi

    Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus dan seringkali juga persiapan akademis yang intensif dan lama.

    Etika adalah suatu sistem tindakan atau perilaku, suatu prinsip-prinsip moral, atau suatu standar tentang yang benar dan salah.

    Etika profesi adalah semacam standar aturan perilaku dan moral, yang mengikat profesi tertentu.

    Setiap organisasi profesi yang menyangkut kepentingan atau keselamatan umum harus mempunyai kode etik. Dokter, hakim, advokat, polisi, jaksa, dan wartawan adalah profesi yang berhubungan dengan kepentingan dan keselamatan umum. Karena itulah sejumlah profesi itu mempunyai kode etik.

    Kode Etik profesi bertujuan melindungi kepentingan masyarakat (konsumen), pihak yang terlibat (narasumber, saksi) dan penyandang profesi sendiri. Kode etik profesi sangat penting untuk menghindarkan khalayak masyarakat dari kemungkinan dampak yang merugikan dari tindakan atau perilaku keliru dari si penyandang profesi.

    Dalam ukuran moral, etika menggambarkan layak atau tidaknya seseorang menyandang tindakan professional. Pelanggaran terhadap kode etik dapat menyebabkan seseorang dinilai tidak layak menyandang profesi tertentu dan dapat dipecat dari organisasi profesinya.

    Kode Etik biasanya dirumuskan oleh organisasi profesi bersangkutan, dan Kode Etik itu bersifat mengikat terhadap para anggota organisasi. Misalnya: IDI (Ikatan Dokter Indonesia) membuat Kode Etik Kedokteran yang mengikat para dokter anggota IDI. Begitu juga Ikadin (Ikatan Advokat Indonesia), atau Ikahi (Ikatan Hakim Indonesia).

    Kode Etik Wartawan

    Kode Etik Wartawan Indonesia adalah standar aturan perilaku dan moral, yang mengikat para jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya.

    Di Indonesia, kode etik wartawan diberi nama Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang ditetapkan pada 14 Maret 2006. Kode Etik Wartawan Indonesia dirumuskan oleh 29 organisasi wartawan atas fasilitas Dewan Pers.

    Selain Kewi, masing-masing organisasi juga mempunyai kode etik sendiri-sendiri. Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) misalnya, mempunyai kode etik sendiri yang mengikat para anggotanya.

    Selain organisasi profesi, institusi media tempat si jurnalis itu bekerja juga bisa merumuskan Kode Etik dan aturan perilaku (Code of Conduct) bagi para jurnalisnya. Kode etik dan aturan perilaku ini, misalnya, mengatur larangan pemberian uang dari sumber berita.

    Meskipun disusun oleh organisasi profesi atau institusi media yang berbeda-beda, isi kode etik pada umumnya bersifat universal dan tak banyak berbeda. Tidak akan ada kode etik yang membolehkan jurnalis menulis berita bohong atau tak sesuai dengan fakta. Sangsi atau hukuman atas pelanggaran terhadap kode etik dan aturan perilaku dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

    Organisasi wartawan biasanya membentuk lembaga khusus untuk mengawasi pelaksanaan kode etik. AJI misalnya membentuk Majelis Kode Etik. Sedangkan untuk mengawasi pelaksaan KEWI dilakukan oleh Dewan Pers.

    Dewan Pers

    Dewan Pers adalah lembaga independen yang dibentuk pada 19 April 2000, berdasarkan ketentuan Pasal 15 UU No. 40 Tahun 1999, dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional. Anggota Dewan Pers terdiri dari 9 (sembilan) orang, yang mewakili unsur wartawan, pimpinan perusahaan pers, dan tokoh masyarakat yang ahli di bidang pers.

    Selain menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik wartawan, Dewan Pers berfungsi memberi pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers. Dewan Pers juga memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan.

    Sedangkan tugas Dewan Pers adalah memberikan pernyataan penilaian dan rekomendasi dalam hal terjadinya pelanggaran kode etik, penyalahgunaan profesi, dan kemerdekaan pers. Keputusan Dewan Pers bersifat mendidik dan non-legalistik.

    Mari kita berdiskusi!


    Malang, 20 September 2007



    Kode Etik Wartawan Indonesia

    Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

    Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

    Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan mentaati Kode Etik Jurnalistik:

    Pasal 1
    Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

    Penafsiran
    a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
    b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.
    c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
    d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.

    Pasal 2
    Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

    Penafsiran
    Cara-cara yang profesional adalah:
    a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
    b. menghormati hak privasi;
    c. tidak menyuap;
    d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;
    e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;
    f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
    g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;
    h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

    Pasal 3
    Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

    Penafsiran
    a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.
    b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.
    c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.
    d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

    Pasal 4
    Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

    Penafsiran
    a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
    b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.
    c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
    d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
    e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.

    Pasal 5
    Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

    Penafsiran
    a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.
    b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

    Pasal 6
    Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

    Penafsiran
    a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.
    b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

    Pasal 7
    Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.

    Penafsiran
    a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.
    b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.
    c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.
    d. “Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

    Pasal 8
    Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

    Penafsiran
    a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.
    b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

    Pasal 9
    Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

    Penafsiran
    a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.
    b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.

    Pasal 10
    Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

    Penafsiran
    a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.
    b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

    Pasal 11
    Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

    Penafsiran
    a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
    b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.
    c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.


    Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.


    Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006

      Waktu sekarang Thu May 16, 2024 12:45 am