Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    persma, transformasi ide dan kuli tinta

    admin
    admin
    Admin
    Admin


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 688
    Join date : 19.03.10
    Age : 36
    Lokasi : Malang-Indonesia

    persma, transformasi ide dan kuli tinta Empty persma, transformasi ide dan kuli tinta

    Post by admin Wed May 19, 2010 2:57 pm

    Persma, Transformasi Ide, dan Kuli Tinta[b][1][/b]



    Oleh: Rijal Asep Nugroho[2]







    1.
    Banyak pandangan
    tentang Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) sebagai
    organisasi, katanya LPM didirikan
    untuk latihan menulis. Sebagian lagi menolak anggapan itu dan berkata bahwa LPM
    lebih berfungsi untuk pengkaderan. Tapi sebagian lainnya lebih suka melihat
    sebagai media untuk transformasi ide. Secara umum bisa ditarik garis bahwa LPM
    sebagai organisasi yang tentu pula punya garis perjuangan[3]
    (cita-cita bersama), harus melakukan perjuangan tersebut secara terus-menerus.
    Dalam perjuangan yang berkelanjutan inilah diperlukan suatu sistem dan strategi
    pengkaderan yang jitu agar transformasi ide-ide yang diperjuangkan tersebut
    bisa berlangsung secara masif.



    2.
    Untuk menyusun
    suatu strategi, pertama kali yang dilakukan adalah memahami tipologi mahasiswa
    dan geografis kampus[4]. Beberapa tipe mahasiswa yang secara umum ada
    di Indonesia bisa dikenali. Tipe yang menonjol adalah tipe mahasiswa yang suka
    gaul[5]
    dan menghabiskan masa mahasiswanya di mal-mal, kafe-kafe, diskotik-diskotik,
    bahkan ada yang ngedrug. Tipe yang agak menonjol adalah tipe professional
    student
    , ini tipe mahasiswa yang karena alasan tertentu lebih memilih
    menghabiskan masa mahasiswanya hanya untuk kuliah dan kuliah. Tipe lainnya
    adalah tipe pragmatis student, tipe mahasiswa yang paham terhadap
    peliknya persolan kampus, masyarakat dan negara, tapi tak punya kepercayaan
    diri untuk merubah keadaan, tipe ini sering diselimuti perasaan kurang pede bahkan
    ada pula yang tejebak menjadi penjilat birokrat untuk sekedar mencari aman,
    atau pula mencari jabatan. Tipe yang jadi minoritas adalah tipe activis
    student
    , tipe mahasiswa yang tercerahkan dan mempunyai visi yang besar
    untuk membangun tatanan kehidupan masyarakat yang berkeadilan sosial.



    3.
    Dikaitkan dengan
    LPM, kesemua tipe yang ada selalu berhubungan dengan motivasi. Jika dalam
    penerimaan anggota di suatu LPM calon anggota ditanya motivasinya, itulah khas
    yang akan menunjukkan mahasiswa/calon anggota tersebut masuk tipe yang mana.
    LPM harus mampu mengakomodir semua tipe mahasiswa. Biasanya motivasi tipe professional
    student
    masuk ke sebuah LPM dilatarbelakangi perlunya suatu kemampuan/skil
    yang akan mendukung proses kuliahnya. Berbeda, tipe pragmatis student maupun
    mahasiswa yang sebatas cari kesenangan, lebih termotivasi akan aktualisasi diri
    dan tentu saja, penyaluran hobi. Namun untuk tipe activis student,
    motivasi yang melatarbelakanginya selalu berkaitan dengan sebuah perjuangan,
    LPM dianggap sebagai sebuah media perjuangan yang efektif untuk melakukan
    konsolidasi, pengorganisiran, pendidikan politik maupun usaha-usaha pencerahan
    demi terwujudnya cita-cita bersama[6].



    4.
    Selanjutnya untuk
    menyusun strategi pengkaderan yang jitu, perlu dipahami akan definisi dari LPM
    (dalam hal ini perwujudan ideal akan LPM yang mengakomodir semua tipe). LPM
    merupakan media untuk beraktualisasi dalam bentuk kritik yang bermetodologi.
    Aktualisasi merupakan sarana penyaluran hobi maupun penampakan eksistensi diri.
    Namun tentu saja aktualisasi tidak berakhir di sini, dalam pers mahasiswa
    sebagai bagian dari tiga pilar gerakan mahasiswa[7],
    aktualisasi haruslah dalam bentuk kritik sebagai manifestasi wacana pemikiran
    kritis. LPM juga dituntut untuk menyajikan aktualisasi kritisnya dengan
    metodologi yang valid dan bisa dipercaya, di sinilah LPM harus mampu
    mengawinkan metodologi jurnalistik dengan metodologi ilmiah. Ini yang akan
    membedakan persma dengan pers-pers
    lainnya.



    5.
    Setiap tipe
    mahasiswa memang harus ditempatkan sesuai dengan motivasinya, namun lebih dari
    itu, LPM berkewajiban melakukan upgrading untuk menaikkan kapasitas dari anggotanya
    agar mempunyai pemahaman yang utuh akan pengertian dasar dari sebuah LPM.
    Berangkat dari pengertian inilah (pemahaman utuh akan LPM) tentu saja
    diharamkan sebuah manajemen yang menitikberatkan pada kemampuan individu dan
    spesialisasi[8]
    apalagi jika hanya dikaitkan dengan aktualisasi diri. Semisal seorang
    fotografer hanya tahu persoalan foto, seorang reporter hanya tahu persoalan
    pencarian berita, Tidak! Spesialisasi tak bisa dibenarkan, melainkan
    konsentrasi kerja[9].
    Konsentrasi kerja berbeda dengan spesialisasi. Konsentrasi kerja berorientasi
    akan pemahaman utuh, namun dalam kerja keseharian dilakukan pembagian kerja
    agar kinerja bisa efektif dan terkonsentrasi. Konsentrasi kerja juga mengutamakan
    kerja sama tim yang baik.



    6.
    Berikutnya untuk
    memanajemen sistem pengkaderan perlu dilakukan levelisasi. Levelisasi bukanlah
    dikotomi antaranggota, bukan pula
    pembagian status senior-yunior. Levelisasi lebih merupakan strategi
    untuk merangkul semua tipe mahasiswa, untuk secara efektif melakukan upgrading
    anggota, juga manifestasi dari konsentrasi kerja. Level pertama adalah level
    aktualisasi. Level kedua adalah level aktualisasi dalam bentuk kritik. Level
    ketiga adalah level aktualisasi dalam bentuk kritik yang bermetodologi. Level
    keempat sudah memasuki pemahaman akan manajemen pengorganisasian secara utuh
    (ingat dalam konsentrasi kerja, bukan spesialisasi, setiap orang yang dalam pos
    organisasi pun harus paham persoalan jurnalistik, atau bisa diartikan punya
    latar belakang jurnalistik yang kuat). Level kelima adalah pengurus inti[10]
    sebagai stakeholder atau pemegang kebijakan.



    7.
    Pada level
    aktualisasi, anggota terlebih dahulu dibekali dengan kemampuan aktualisasi
    dalam jurnalistik (dasar-dasar jurnalistik). Minimalnya adalah penulisan berita
    langsung. Kemudian kemampuan ini harus ditindaklanjuti dengan uji materi
    melalui berbagai produk/media (sasaran produk ini lebih pada menaikkan jam
    terbang). Dalam proses di keseharian, level aktualisasi diarahkan untuk lebih
    ideologis (sebagai bagian transformasi ide) yang bentuknya bisa beragam,
    semisal adalah diskusi kelompok mingguan dengan tema-tema tertentu sesuai
    dengan sasaran yang ingin dicapai. Dalam periode tertentu dilakukan evaluasi,
    anggota yang jam terbangnya sudah cukup tinggi dan punya motivasi lebih untuk
    menjadi kritis bisa dinaikkan levelnya untuk memasuki level aktualisasi dalam
    bentuk kritis.



    8.
    Pada level
    aktualisasi dalm bentuk kritik, anggota terlebih dahulu dibekali dengan
    kemampuan analisis dasar terhadap kasus, peristiwa maupun fenomena. Perlu
    pemahaman lebih jauh terhadap kasus, peristiwa, maupun fenomena kaitanya dengan
    penulisan berita. Adapun pendekatan analisis dasar bisa dipecah menjadi
    beberapa pendekatan semisal filsafat dasar, pengantar teologi pembebasan,
    analisa sosial dasar, pengantar hukum kritis, analisa ekonomi dasar dll. Dalam
    prosesnya, anggota pada level ini harus dibekali dengan wacana kritis secara
    lebih radikal[11]
    (mengakar). Setiap anggota pada level ini juga harus diuji materi melalui
    produk/media yang bisa dievaluasi.



    9.
    Pada level
    aktualisasi dalam bentuk kritik yang bermetodologis, anggota terlebih dahulu
    dibekali beberapa metodologi maupun isme-isme yang ada dalam jurnalistik. Pada
    level ini, anggota harus lebih matang dalam penulisannya, selanjutnya anggota
    harus mampu mengawinkan metodologi ilmiah (penelitian ilmiah, penelitian
    sosial, penelitian kulitatif maupun kuantitatif) dengan metodologi jurnalistik
    (metode jurnalistik presisi[12],
    jurnalistik poststrukturalis[13],
    jurnalistik neomarxis[14]).
    Dalam mengawinkan metode ilmiah dengan metode jurnalistik inilah yang akan
    membedakan persma dengan pers-pers
    lainnya.



    10.
    Yang perlu diingat,
    strategi pengkaderan dalam LPM bertujuan untuk transformasi ide-ide perjuangan,
    bukan untuk mencetak wartawan maupun kuli tinta.



    11.
    Yang terakhir, ini
    hanyalah satu strategi yang bisa dijadikan referensi, bukan untuk dijadikan
    kitab suci. Karena jika terjebak menjadi dogmatis, maka seketika itu pula nalar
    kritis menjadi mati. Ini hanyalah satu strategi yang bisa dijadikan referensi,
    bukan untuk dijadikan kitab suci, yang terpenting adalah berani untuk berkreasi
    dan bereksperimen, nilai kreativitas itu tinggi, karena setiap strategi tempur
    lebih dikondisikan pada medan yang dihadapi, beranilah berkreasi, beranilah
    bereksperimen, jangan takut salah! Karena anggapan salah dan benar diukur dari
    institusi yang berkuasa. Mahasiswa adalah masa belajar, dan tak ada
    pembelajaran kalau selalu takut salah. Kalau perlu, lupakan seluruh isi dari
    makalah ini, dan berkreasilah sesuka hati sepanjang Anda memahami alasan yang
    mendasari maupun filosofinya.










    [1]
    Disampaikan pada acara DIKLAT Jurnalistik Se-jawa-Bali-Nusa Tenggara
    yang diadakan UAPKM-UB pada tanggal 13-15 Mei 2002, untuk materi Strategi
    Peningkatan Kualitas SDM Pers Mahasiswa.






    [2] Sekjend PPMI 2002-2004, Mahasiswa Teknik Elektro Udayana, Kord.
    Pengembangan SDM PMM Maestro FT Unud 2002-2003.






    [3] Sejarah Pers dari lahirnya adalah media perlawanan terhadap
    penindasan. Jurnalistik untuk jurnalistik sudah harus dikubur bersama kematian
    paham objektivisme. Pers mahasiswa adalah media perlawanan, jurnalistik untuk
    perlawanan.






    [4] Memahami tipologi mahasiswa merupakan bagian memahami lingkungan.
    Setiap strategi harus dilandasi pada pemahaman terhadap lingkungan (mengenal
    lingkungan)






    [5] Khas produk anak zaman postmodernisme yang mencari kesenangan, kebebasan, dan ada
    kalanya haus mencari seks, yang mengikuti nabi-nabi seperti Madonna, Westlife
    dll.






    [6] Teori dasar organisasi selalu mensyaratkan adanya tujuan yang sama.
    LPM yang tercerahkan dalam tujuannya selalu mengambil keberpihakan kepada
    rakyat, masyarakat banyak yang termarjinalkan, juga berpihak pada kebenaran.
    Terkait dengan informasi (media informasi) selalu mengarah pada informasi milik rakyat yang menuju pada kedaulatan rakyat, atau masyarakat
    madani.






    [7] Tiga pilar gerakan mahasiswa adalah pers mahasiswa, kelompok studi
    mahasiswa dan komite aksi mahasiswa.






    [8] Spesialisasi sering diidentikkan dengan profesionalitas.
    Spesialisasi merupakan syarat yang ditawarkan adam smith untuk membentuk
    masyarakat kapitalis, yaitu: Pertama, Negara menahan diri; Kedua, Individu
    melakukan spesialisasi.






    [9] Konsentrasi kerja ditawarkan kaum sosialis untuk melawan
    spesialisasi. Dalam sejarahnya, orang-orang besar selalu punya pemahaman dan
    kemampuan yang multidisiplin ilmu (lintas disiplin ilmu). Bahkan seorang
    Bethoven merupakan ahli musik yang juga ahli matematik dan fisika, juga
    menguasai berbagai bahasa.






    [10] Pada level pengurus inti, proses transformasi ide diharapkan sudah
    tuntas.






    [11] Pengertian radikal telah bergeser mempunyai konotasi yang buruk
    sebagai akibat penyesatan oleh agen-agen kapitalis dan orde baru. Radikal
    berasal dari kata Radik atau akar, yang diartikan mengakar atau sampai tuntas.






    [12] Jurnalisme presisi mengikuti filsafat positivis, sulit untuk
    mengembangkan wacana kritis.






    [13] Tokoh yang menyumbangkan pemikran besarnya adalah Focoult.






    [14] Tokoh yang menyumbangkan pemikran besarnya adalah Habermas.

      Waktu sekarang Mon Apr 29, 2024 9:51 pm