Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    totalitas hidup seorang muslim

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    totalitas hidup seorang muslim Empty totalitas hidup seorang muslim

    Post by kutubuku Sun Jun 27, 2010 8:10 pm

    Totalitas Hidup Seorang Muslim





    Oleh: Ust.DR. Ahzami Sami'un Jazuli






    "Dan sesungguhnya jika kamu
    mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab
    (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti
    kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian dari
    mereka pun tidak mengikuti kiblat sebagianyang lain. Dan sesungguhnya jika kamu
    mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau
    begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim".(QS. 2:145)



    Ayat ini menjelaskan tentang pengingkaran ahli kitab untuk
    mengikuti kiblatnya kaum muslimin. Kalau kita perhatikan pada ayat lain,
    sebenarnya Ahli Kitab ini jelas-jelas mengenal Rasulillah SAW. Allah SWT
    berfirman :


    Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang
    telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka
    mengenal anak-anaknya sendirir. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka
    menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. 2:146).



    Ayat 146 dari Qs. Al-Baqoroh
    menggambarkan bahwa pengenalan Ahli Kitab kepada Rasulullah Muhammad SAW itu
    sebagaimana mereka mengenal anaknya sendiri. Jadi sangat kenal. Namun demikian,
    ketika Rasulullah Muhammad SAW di utus kepada seluruh manusia, mereka
    seolah-olah tidak tahu. Mereka mengingkarinya. Mereka tidak mau mengikutinya.



    Ahli Kitab mengetahui tentang
    kebenaran kerasulan Muhammad SAW, bahwa beliau benar-benar utusan Allah. Tetapi
    mereka tidak mengakui kiblatnya,tidak mengakui kebenarannya, tidak mengikuti
    jalan hidupnya, seperti yang tercantum pada awal ayat ini :



    "Dan sesungguhnya jika kamu
    mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab
    (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti
    kiblatmu..."



    Mengapa Ahli kitab mengingkari
    kerasulan Muhammad padahal mereka mengetahui bahwa perilakunya itu salah ?
    Mereka melakukan itu karena tidak bisa lepas dari hawa nafsunya ('adamu tajrid
    'anil hawa). Ketika totalitas hidupnya tidak diserahkan kepada Allah, walaupun
    dia tahu tentang suatu kebenaran,dia tidak mau mengikutinya. Ahli kitab (Yahudi
    dan Nasrani) ini tahu bahwa Rasulullah SAW itu utusan Allah, jelas dalam kitab
    mereka diterangkan hal tersebut.



    Mengukur seseorang dari pengetahuannya
    semata tidak cukup. Buktinya adalah Yahudi dan Nasrani tahu dan mengenal
    tentang Muhammad, tetapi mereka tidak beriman kepada Rasulullah SAW. Keimanan
    mereka kepada Allah patut diragukan. Imannya kepada Allah tidak total sehingga
    ketika Allah menentukan Muhammad yang dipilih sebagai Rasulnya, mereka tidak
    bisa



    menerima. Mereka tidak bisa melepaskan
    dirinya dari hawa nafsunya, dari kepentingannya. Hawa nafsu mereka menginginkan
    agar Allah menunjuk Rasul dari golongannya. Mereka hanya mentaati Allah jika
    sesuai dengan hawa nafsunya.



    Sikap Ahli kitab ini merupakan
    pelajaran bagi kita untuk senantiasa mengingatkan diri kita dan masyarakat kita
    agar tidak menjadikan tingginya ilmu yang dimiliki oleh seseorang sebagai
    standar ketinggian derajat seseorang atau suatu kaum. Fenomena ahli kitab ini
    adalah fenomena tentang lapisan masyarakat yang terpelajar yang melakukan
    pelanggaran dan penyimpangan. Banyak ummat Islam yang tahu bahwa sesuatu itu
    halal, atau haram, tetapi mereka melanggarnya. Mereka masih berbuat maksiyat.
    Mereka belum bisa melepaskan seluruh pengaruh hawa nafsunya.



    Bukankah orang yang minum minuman
    keras itu pada umumnya mereka tahu kalau minum minuman keras itu haram ? Mereka
    tahu. Tetapi mereka melanggarnya.Hawa nafsu telah mendominasi dirinya. Orang
    yang korupsi atau kolusi, bukankah mereka terpelajar yang mengetahui bahwa
    korupsi dan kolusi itu termasuk kema'siyatan ?. Ketika mereka masih jadi
    pelajar atau mahasiswa mungkin ikut dalam demonstrasi anti korupsi atau kolusi.
    Tetapi ketika dia yang berkesempatan untuk melakukan korupsi dan kolusi, mereka
    melakukannya juga. Ini semua bukan berarti dia tidak tahu yang halal dan yang
    haram, akan tetapi hawa nafsu dan kepentingan berperan sangat dominan pada
    dirinya.



    Berdakwah kepada orang-orang yang
    sudah pernah belajar Islam kadang-kadang lebih sulit daripada yang sama sekali
    belum pernah belajar Islam. Orang yang pernah belajar Islam, baik di Pesantren,
    di Perguruan Tinggi, atau di tempat lain, mereka merasa seolah-olah ilmu yang
    didapatkannya telah cukup baginya untuk selamat dari adzab Allah. Kalau
    diingatkan ketika dia berbuat ma'siyat, merasa lebih pintar daripada yang
    mendakwahi. Orang-orang yang mempunyai pandangan semacam ini sulit untuk
    menerima kebenaran yang dikemukakan orang lain.



    Ketika menghadapi orang yang demikian,
    kita disuruh berjidal atau berdebat seperti kata Allah dalam surat An-Nahl ayat
    125: "Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran
    yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu



    Dia-lah yang lebih mengetahui tentang
    siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
    orang-orang yang mendapat petunjuk" (Qs.An-Nahl 125)



    Ahli tafsir mengatakan bahwa berdakwah
    dengan wajadilhum billati hiya ahsan itu ditujukan kepada ahli kitab dan
    orang-orang yang berilmu tetapi mereka tidak mau mengikuti kebenaran Islam.
    Kenapa kita tidak disuruh menda'wahi mereka dengan nasehat? Karena nasehat
    sangat tepat jika ditujukan kepada orang yang tidak tahu. Memang benar bahwa
    nasehat itu untuk semua manusia, tetapi nasehat akan mudah diterima bagi orang
    yang memang tidak tahu. Bagi orang yang sudah tahu tentang sesuatu tetapi dia
    tidak mau mengamalkan kebenaran yang diketahuinya, kita harus berda'wah
    kepadanya dengan berjidal dengan cara yang ahsan.



    Ketika Ahli Kitab tidak mau mengikuti
    Rasulullah SAW, apa sikap beliau ? Apa beliau harus mengalah ? Ternyata tidak.
    Allah mengatakan (dan tidaklah kamu mengikuti kiblat mereka).



    Dalam ilmu lughoh, kalimat itu disebut
    jumlatul ismiyat yang bermakna tetap eksis dan kontinyu. Ini mengandung arti
    bahwa dalam hal apapun jangan sekali-kali kita mengikuti kiblatnya Ahli Kitab.
    Dan ini berlaku untuk selama-lamanya.



    Pesan Allah ini pada realitanya belum
    kita laksanakan dengan baik. Sistem ekonomi kita meniru mereka, sistem politik
    juga meniru mereka dan sistem pendidikan juga demikian. Sisi yang lainnya dalam
    hidup kita juga banyak meniru mereka.



    Dalam bidang pendidikan misalnya,
    sistem pendidikan kita banyak diwarnai dengan ikthilat. Padahal jika kita
    bicara tentang sistem pendidikan Islam yang diterapkan dari jaman Rasul sampai
    jaman generasi yang menjadikan Islam sebagai petunjuk hidupnya, tidak ada
    sekolah yang memperbolehkan ikhtilat, yang mencampurkan antara laki-laki dan
    perempuan. Ada yang mengatakan bahwa itu dilakukan dengan alasan darurat.
    Mereka berpikiran jika antara laki-laki dan perempuan dipisah, nanti gurunya
    banyak, lalu menggajinya dari mana ? Padahal sesuatu yang darurat itu ada
    batasnya. Tidak bisa sampai mati masih menggunakan alasan darurat. Dalam aturan
    Islam, ketika kita diperbolehkan makan bangkai karena kita lapar, setelah kita
    makan dan sudah cukup menghilangkan lapar, kita tidak diperbolehkan meneruskan
    makan dengan alasan darurat.



    Ummat Islam yang tidak memahami ayat
    semacam ini sangat mudah terjebak mengikuti cara hidup Ahli Kitab. Padahal
    jelas-jelas Allah mengatakan ( janganlah kalian mengikuti kiblat mereka).
    Penegasan Allah ini tidak kebetulan. Bukan berarti kalau suatu saat kita
    menganggap bahwa kondisinya lain, kita boleh mengikuti mereka. Tidak ada
    begitu.



    Sebaliknya Allah mengatakan (sebagian
    mereka tidak mau mengikuti sebagian yang lain). Yahudi dan Nasrani pada
    dasarnya selalu ribut, hanya kita saja yang tidak mengetahui. Sebenarnya
    kepentingan-kepentingan Yahudi dan Nasrani sering bertabrakan. Dalam melakukan
    lobi-lobi di Amerika misalnya, mereka selalu "cakar-cakaran".
    Demikian pula dalam banyak hal lainnya.Tetapi ketika menghadapi Islam mereka
    bersatu.



    Selanjutnya Allah mengatakan :


    "...Dan sesungguhnya jika kamu
    mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu yaitu Al-Qur'an,
    Al-Islam, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang
    zalim..."



    Rasulullah SAW saja kalau mengikuti
    selera Ahli Kitab termasuk orang yang dholim, apalagi kita yang tidak ada
    hubungan darah dengan Rasulullah SAW. Dalam Islam tidak ada basa-basi. Siapapun
    yang menentang ajaran Allah, dia adalah dholim. Ini pernyataan yang tegas dari
    Allah yang harus kita taati. Kita jangan suka berstrategi untuk menyiasati
    aturan Allah ini. Kita tidak usah takut manusia akan lari jika kita mentaati
    aturan Allah ini. Jangan sampai kita mengatakan "Pak, mereka tidak mau
    ikut kalau kita begitu....



    Pak, kalau kita tidak begini nanti
    tidak diterima masyarakat". Dakwah ini harus dilakukan dengan mengikuti
    jalan Allah, bukan untuk mengikuti selera masyarakat. Memang boleh kita
    mempertimbangkan sesuatu untuk kemashlahatan, sepanjang tidak bertentangan
    dengan prinsip-prinsip yang digariskan oleh Allah SWT. Kita sekarang ini terlalu
    banyak membuat kebijakan-kebijakan tanpa memperhatikan dasar-dasar 'aqidah yang
    digariskan Allah. Mungkin kita khawatir jika selalu berpegang pada prinsip yang
    digariskan Allah malah sulit diterima masyarakat. Kekhawatiran ini tidak
    berdasar. Rasulullah SAW juga ketika berdakwah, awalnya memang tidak diterima
    masyarakat. Tetapi beliau tetap berpegang pada prinsip yang digariskan Allah.
    Dan hasil yang dicapai Rasulullah dengan izin Allah sedemikian menakjubkan.



    Ini menegaskan agar nilai yang kita
    anut harus tetap. Nilai yang kita pegang itu adalah ajaran Allah SWT, bukan
    selera masyarakat. Ketika Allah menurunkan jumlatul ismiyat ini tidak
    kebetulan, tetapi Allah memilih dengan hikmah, supaya ummat Islam jangan
    sedikitpun mengikuti jalan yang dibentangkan oleh Yahudi dan Nasrani. Ketika
    Umar bin Khothob r.a menjadi kholifah, beliau berusaha merapikan masalah
    ketatanegaraan (bukan berarti sebelumnya tidak rapi, tetapi sebelumnya belum
    sempurna sehingga perlu disempurnakan). Untuk itu beliau membutuhkan orang-orang
    yang ahli dalam tata negara. Ketika itu Gubernurnya menawarkan seorang kristen
    yang ahli tata negara untuk bekerja di iddaroh (di kantor kenegaraan). Apa kata
    Umar bin Khothob ? Apa beliau mengatakan "Wah Anda baik, Anda betul-betul
    bisa mencari orang yang kita butuhkan, karena pada tahun-tahun ini kita butuh
    ahli semacam ini". Ternyata Umar tidak mengatakan demikian tetapi beliau
    malah berkata: "Untuk apa kita menerima orang Kristen, apakah kalau orang
    kristen itu mati, kita tidak lagi bekerja ? Saya tidak mau menerima semua
    ini". Begitu kata Umar. Padahal orang kristen itu benar-benar ahli dalam
    bidang yang sedang dibutuhkan negara. Itupun Umar bin Khothob menolaknya.
    Betapa Umar betul-betul memahami dan mengamalkan isi ayat ini. Tidak mungkin orang-orang
    kafir itu bekerja tanpa pamrih. Pasti dia mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
    Mana ada orang kafir yang ketika bekerja dia tidak mencari posisi untuk
    mendakwahkan agamanya ?



    Thobi'atul ma'rokat (karakter
    peperangan) antara haq dan bathil itu tidak pernah selesai. Ketika al-haq
    eksis, al-bathil tidak akan merasa aman, merasa terganggu. Mereka pasti
    bergerak.



    Jika ada orang beriman yang tidak
    berda'wah, berarti dia tidak mengetahui thobi'atul haq (hakekat kebenaran).
    Cacing yang hidup di tempat kotor, jika kita pegang untuk kita pindah pada air
    yang bersih, dia menolak. Ketika kita masukkan cacing tersebut ke dalam air
    kolam yang bersih dia tidak betah, karena sudah biasa di tempat yang kotor.
    Kehidupan cacing ini contoh bagi kita. Kita mengajak mereka (orang-orang yang
    kotor itu) supaya dia bersih dari dosa, supaya dia baik. Tetapi ketika kita
    tarik kepada sesuatu yang bersih, dia bergerak, dia menggeliat dan melawan. Dia
    lebih suka tetap mempertahankan eksistensi kebathilannya. Inilah pelajaran berharga
    dari Allah yang harus kita perhatikan.

      Waktu sekarang Wed May 08, 2024 1:41 pm