AKURASI DAN KUTIPAN
Farid Gaban
AKURASI: KUNCI KREDIBILITAS
Informasi
yang penting adalah informasi yang akurat dan jelas.
Penulis
dan pembaca mempunyai keperluan yang berbeda, namun bisa bekerjasama. Penulis
tak ada artinya tanpa pembaca, dan pembaca masuk dalam sebuah cerita dengan
harapan besar bisa memahami semuanya.
Tanggung
jawab yang terbesar terletak pada penulis. Jika penulis mengkhianati harapan
pembaca dengan membuat sejumlah kesalahan atau kekurang-tepatan, dia merusak
kerjasama yang telah terbentuk.
Ketidak-akuratan
biasanya disebabkan karena kecerobohan, kemalasan, penipuan atau
ketidakpedulian reporter dalam menuliskan hasil reportasenya.
Pengecekan
ulang sebelum kita menulis, membaca kembali dengan hati-hati dan mengeceknya
kembali setelah kita menulis adalah benteng terbaik terhadap ketidak-akuratan.
MENGUJI AKURASI
Berikut
ini adalah elemen-elemen utama dalam mencermati sebuah fakta atau detil.
Jangan menebak
Penulis
harus memegang betul apa saja yang diketahui dan apa saja yang dimengerti. Jika
kita tidak benar-benar memahami, cek kembali hal itu atau tinggalkan sama
sekali. Jangan pernah mengira-kira.
Angka
Ceklah
dua kali semua angka dan jumlah. Sebuah angka seringkali tak memiliki makna,
kecuali diletakkan pada konteks yang mudah dipahami pembaca. Angka tentang
omset penjualan misalnya, tak punya makna jika tak disertai omset penjualan
tahun lalu, berapa prosentase kenaikan atau penurunan dari tahun-tahun
sebelumnya.
Angka
juga seringkali lebih bermakna jika disertai penjelasan yang menyentuh pembaca:
Dengan
kata lain, angka yang ada sebaiknya disertai ekuivalennya yang mudah dicerap
pembaca.
Ukuran-ukuran
juga sebaiknya dikonversikan ke ukuran yang lazim dipakai pembaca: km bukan
mil, rupiah bukan dolar, meter bukan kaki, kg bukan pound.
Jika
Anda tak menghitung sendiri, sebutkan dari mana angka itu dikutip -- dari
sumber atau dari buku statistik, misalnya.
Nama, Tanggal dan Tempat
Tak
ada orang yang suka namanya ditulis secara salah. Usahakan untuk meminta sumber
berita mengeja sendiri nama sekaligus gelar dan nama panggilannya. Lihat di
buku rujukan yang terpercaya, misalnya buku apa siapa atau ensiklopedi. Jangan
percaya hanya pada leaflet atau selebaran atau omongan teman Anda.
Catatan
penting tentang nama sumber: sebagian besar nama orang Indonesia
terdiri atas dua kata (kecuali Soeharto misalnya). Cantumkan nama lengkap
ketika pertama kali Anda menyebutnya dalam laporan.
Pada
saat kita menulis tentang tanggal, lihatlah kalender lebih dahulu. Ketika
menulis tentang tempat, lihatlah kembali peta.
Jika
mungkin, milikilah sebuah buku pintar, infopedi, tabel konversi, kalender dan
peta kecil. Letakkan pada tempat yang mudah dijangkau, sehingga tak enggan kita
untuk mengecek sesuatu fakta.
Kutipan
Apakah
sesuatu kutipan benar-benar seperti yang dikatakan oleh sumber? Apakah catatan
kita benar dan kita berani mempertahankan sampai di meja pengadilan? Jika
tidak, sebaiknya dijelaskan dengan kata-kata kita sendiri saja.
Terburu-buru
Kata-kata
yang sering digunakan sebagai permintaan maaf atas beberapa kesalahan adalah:
''Saya tidak punya waktu untuk mengeceknya kembali''. Alasan yang tidak bisa
diterima.
Cerita Bohong
Sangat
jarang penerbitan yang tidak memasukkan hal ini ke dalam beritanya.
Keragu-raguan adalah perlindungan yang terbaik. Jika sebuah cerita atau kenyataan
seolah-olah sangat aneh atau menakjubkan untuk dipercaya, jangan percaya hal
itu sebelum ada pembuktiannya.
Kesalahan Teknis
Perhatian
yang istimewa sangat dibutuhkan pada tulisan khusus seperti ilmu pengetahuan,
hukum, kedokteran, teknik, keuangan dan sejenisnya. Sediakan waktu untuk
menelitinya, dan kemudian ceklah kembali informasi yang kita peroleh melalui
pakar yang dapat dipercaya pada bidang tersebut.
Rekayasa
Manipulasi,
perubahan konteks, distorsi, pemaparan yang salah, sindiran, kebencian, gosip,
kabar angin dan melebih-lebihkan. Semua itu sangat tinggi ongkosnya, sementara
hasilnya sangat rendah.
MEMILIH DAN MENULIS KUTIPAN
Kutipan
adalah cara yang paling indah untuk menyajikan cerita dalam kerangka yang
manusiawi. Dan kutipan hanya akan bagus jika:
Untuk
menentukan apakah Anda akan mengutip langsung ataut idak, inilah pedomannya:
Kadang-kadang
pilihannya malah lebih sulit. Yakni bila hanya sedikit bagian kutipan yang
dapat diangkat, yakni bagian kecil yang sangat bagus. Bila demikian halnya,
baiklah kita memakai bentuk kutipan tidak langsung untuk menuliskan sebagian
besar ucapan si subyek, dan baru kita pakai tanda kutipan langsung pada bagian
yang menarik perhatian itu:
Walikota mengutuk Komisi Pelayanan Masyarakat yang cara kerjanya
''tolol dan brengsek'' dalam menjalankan petunjuk-petunjuk DPRD.
Kadang-kadang
kutipan yang bagus bisa lemah karena ditulis terlalu panjang:
''Karena
sikap warga yang tidak kooperatif, selalu mengganggu kami dengan keluhan
kecil-kecil, seperti gong-gongan anjing, radio stereo yang berisik, anak-anak
yang ribut, perkelahian pribadi, kucing hilang, bau yang tidak enak dari
pabrik, saya mengundurkan diri,'' kata Ketua RT itu.
Pak
Ketua RT itu terlalu berkepanjangan, sehingga wartawan bisa memilih begini:
''Karena sikap warga yang tidak kooperatif, yang selalu mengganggu
kami dengan keluhan kecil-kecil... saya mengundurkan diri,'' kata Ketua RT itu.
Dalam
bagian atas sudah kita bicara perlunya alinea pendek. Tapi kadang-kadang,
sebuah kutipan yang bagus memerlukan tempat panjang. Nah, seorang penulis yang
baik akan membagi kutipan itu menjadi beberapa alinea.
''Kesulitan kami muncul setelah
saya dipecat. Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa
membayar sewa. Pemilik rumah mengusir kami, meskipun sebelumnya kami tidak
pernah menunggak pembayaran. Kami tinggal di bawah jembatan, semacam
gelandangan,'' kata Abdul Gafur.
Bila
penulis memutuskan memakai kutipan itu supaya efektif, ia harus memotongnya
menjadi paling tidak dua alinea. Ini bisa dilakukan dengan tidak menutup
kutipan pada akhir satu aliena dan menambahkan tanda kutip pada awal alinea
berikutnya:
''Kesulitan kami muncul setelah saya
dipecat,'' kata Abdul Gafur. ''Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa
membayar sewa. Pemilik rumah mengusir kami, meskipun sebelumnya kami tidak
pernah menunggak pembayaran.
''Saya mencoba kemudian untuk pergi ke Kantor
Jawatan Sosial, tapi mereka mengatakan saya tidak berhak dapat bantuan karena
saya menolak tawaran pekerjaan di luar kota.
Saya tidak ada pilihan lain karena saya tidak punya uang untuk ongkos bis.
''Maka, selama 2 minggu terakhir
ini, kami tinggal di bawah jembatan, semacam gelandangan.''
Anda
perhatikan bahwa penyebutan nama hanya sekali pada awal alinea karena kutipan
masih berlanjut. Dalam hal-hal lain, bila ada kutipan baru, nama yang dikutip
harus disebutkan lagi:
''Kesulitan kami muncul setelah saya dipecat,'' kata Abdul Gafur.
''Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa membayar sewa.
Pemilik rumah mengusir kami, meskipun sebelumnya kami tidak pernah menunggak
pembayaran.''
Untuk
meneruskan cerita itu setelah pengecekan secukupnya, penulis mencampur kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung:
Pertama:
Mudjono, kepada bagian di tempat Abdul
Gafur bekerja di Koperasi Pertanian Meguwo, mengatakan bahwa Gafur dipecat
setelah terbukti menggelapkan uang pupuk. Gafur membantah tuduah itu.
Yang empunya rumah tempat Gafur tinggal,
Cecep Suganda, membantah kata-kata Gafur, bahwa ia selalu membayar sebelumnya.
Menurut Cecep, Gafur belum membayar 4 bulan.
Kedua:
''Saya mencoba ke Kantor Jawatan Sosial, tetapi
mereka mengatakan saya tidak berhak dapat bantuan karena saya menolak tawaran pekerjaan
di luar kota.
Saya tidak ada pilihan lain, karena tidak punya uang untuk ongkos bis,'' kata
Gafur.
Sri Sukatni seorang petugas di Kantor
Jawatan Sosial, mengatakan bahwa Gafur menolak tiga tawaran pekerjaan, termasuk
di sebuah toko, 2 km jauhnya dari jembatan tempat tinggalnya kini.
Ketiga:
''Maka, selama dalam dua minggu terakhir
ini, kami tinggal di bawah jembatan, semacam gelandangan,'' kata Gafur.
Di kampung Jambe, Kelurahan Karangkobar,
Nyi Fatimah, ibu Gafur, tinggal dalam sebuah rumah yang punya 4 kamar. Para tetangga mengatakan bahwa Gafur dan isterinya
menyusup ke rumah ibunya segera setelah matahari tenggelam dan tinggal di sana sampai matahari
terbit.
OVER ATAU UNDER QUOTE?
Dalam
menulis kutipan, banyak problem teknis yang dihadapi. Kebanyakan penulis muda
cenderung terlalu banyak mengutip (over-quote)
atau terlalu sedikit mengutip (under-quote).
Dalam
over-quoting, penulis hanya sekadar
menyusun kutipan, seraya kadang-kadang menysipkan kata penyambung.
Cara
pengutipan seperti ini sering tidak bisa diterima. Sedikit orang yang
menggunakan kata-kata secara ringkas dalam percakapan. Sebagai penulis,
wartawan harus mampu menyampaikan pesan itu dengan lebih jelas dan ringkas
dengan cara membuat menjadi kalimat kutipan tak langsung.
Over-quoting juga menghancurkan salah satu tujuan baik
dalam pengutipan: menghapuskan kejemuan karena gaya yang sama. Dengan over-quoting, penulis hanya mengganti gaya monoton dirinya dengan gaya monoton seorang lain.
Unverquoting juga merusak. Banyak penulis baru yang
tidak yakin akan kemampuannya mengambil kutipan, sehingga ia selalu membuat
kutipan tidak langsung. Cara ini juga menghilangkan tujuan baik pengutipan.
[selesai]
Farid Gaban
AKURASI: KUNCI KREDIBILITAS
Informasi
yang penting adalah informasi yang akurat dan jelas.
Penulis
dan pembaca mempunyai keperluan yang berbeda, namun bisa bekerjasama. Penulis
tak ada artinya tanpa pembaca, dan pembaca masuk dalam sebuah cerita dengan
harapan besar bisa memahami semuanya.
Tanggung
jawab yang terbesar terletak pada penulis. Jika penulis mengkhianati harapan
pembaca dengan membuat sejumlah kesalahan atau kekurang-tepatan, dia merusak
kerjasama yang telah terbentuk.
Ketidak-akuratan
biasanya disebabkan karena kecerobohan, kemalasan, penipuan atau
ketidakpedulian reporter dalam menuliskan hasil reportasenya.
Pengecekan
ulang sebelum kita menulis, membaca kembali dengan hati-hati dan mengeceknya
kembali setelah kita menulis adalah benteng terbaik terhadap ketidak-akuratan.
MENGUJI AKURASI
Berikut
ini adalah elemen-elemen utama dalam mencermati sebuah fakta atau detil.
Jangan menebak
Penulis
harus memegang betul apa saja yang diketahui dan apa saja yang dimengerti. Jika
kita tidak benar-benar memahami, cek kembali hal itu atau tinggalkan sama
sekali. Jangan pernah mengira-kira.
Angka
Ceklah
dua kali semua angka dan jumlah. Sebuah angka seringkali tak memiliki makna,
kecuali diletakkan pada konteks yang mudah dipahami pembaca. Angka tentang
omset penjualan misalnya, tak punya makna jika tak disertai omset penjualan
tahun lalu, berapa prosentase kenaikan atau penurunan dari tahun-tahun
sebelumnya.
Angka
juga seringkali lebih bermakna jika disertai penjelasan yang menyentuh pembaca:
- Seberapa jauh melampaui standar
pencemaran udara? - Seberapa mahal dibanding APBN
Indonesia tahun ini atau dibanding harga mobil Kijang yang rata-rata
dimiliki pembaca? - Seberapa luas dibanding lapangan
sepakbola?
Dengan
kata lain, angka yang ada sebaiknya disertai ekuivalennya yang mudah dicerap
pembaca.
Ukuran-ukuran
juga sebaiknya dikonversikan ke ukuran yang lazim dipakai pembaca: km bukan
mil, rupiah bukan dolar, meter bukan kaki, kg bukan pound.
Jika
Anda tak menghitung sendiri, sebutkan dari mana angka itu dikutip -- dari
sumber atau dari buku statistik, misalnya.
Nama, Tanggal dan Tempat
Tak
ada orang yang suka namanya ditulis secara salah. Usahakan untuk meminta sumber
berita mengeja sendiri nama sekaligus gelar dan nama panggilannya. Lihat di
buku rujukan yang terpercaya, misalnya buku apa siapa atau ensiklopedi. Jangan
percaya hanya pada leaflet atau selebaran atau omongan teman Anda.
Catatan
penting tentang nama sumber: sebagian besar nama orang Indonesia
terdiri atas dua kata (kecuali Soeharto misalnya). Cantumkan nama lengkap
ketika pertama kali Anda menyebutnya dalam laporan.
Pada
saat kita menulis tentang tanggal, lihatlah kalender lebih dahulu. Ketika
menulis tentang tempat, lihatlah kembali peta.
Jika
mungkin, milikilah sebuah buku pintar, infopedi, tabel konversi, kalender dan
peta kecil. Letakkan pada tempat yang mudah dijangkau, sehingga tak enggan kita
untuk mengecek sesuatu fakta.
Kutipan
Apakah
sesuatu kutipan benar-benar seperti yang dikatakan oleh sumber? Apakah catatan
kita benar dan kita berani mempertahankan sampai di meja pengadilan? Jika
tidak, sebaiknya dijelaskan dengan kata-kata kita sendiri saja.
Terburu-buru
Kata-kata
yang sering digunakan sebagai permintaan maaf atas beberapa kesalahan adalah:
''Saya tidak punya waktu untuk mengeceknya kembali''. Alasan yang tidak bisa
diterima.
Cerita Bohong
Sangat
jarang penerbitan yang tidak memasukkan hal ini ke dalam beritanya.
Keragu-raguan adalah perlindungan yang terbaik. Jika sebuah cerita atau kenyataan
seolah-olah sangat aneh atau menakjubkan untuk dipercaya, jangan percaya hal
itu sebelum ada pembuktiannya.
Kesalahan Teknis
Perhatian
yang istimewa sangat dibutuhkan pada tulisan khusus seperti ilmu pengetahuan,
hukum, kedokteran, teknik, keuangan dan sejenisnya. Sediakan waktu untuk
menelitinya, dan kemudian ceklah kembali informasi yang kita peroleh melalui
pakar yang dapat dipercaya pada bidang tersebut.
Rekayasa
Manipulasi,
perubahan konteks, distorsi, pemaparan yang salah, sindiran, kebencian, gosip,
kabar angin dan melebih-lebihkan. Semua itu sangat tinggi ongkosnya, sementara
hasilnya sangat rendah.
MEMILIH DAN MENULIS KUTIPAN
Kutipan
adalah cara yang paling indah untuk menyajikan cerita dalam kerangka yang
manusiawi. Dan kutipan hanya akan bagus jika:
- Menggambarkan aktivitas secara lebih
lebih hidup atau lebih tepat daripada yang bisa digambarkan dengan cara
lain. - Menjawab pertanyaan yang mungkin
diajukan oleh pembaca. - Berusaha memberikan gambaran sekilas
tentang pribadi pembicara. - Untuk memberikan citarasa kesegaran
dan kredibilitas pada sebuah cerita.
Untuk
menentukan apakah Anda akan mengutip langsung ataut idak, inilah pedomannya:
- Apakah kutipan itu kata-katanya tidak
berantakan, ringkas dan jelas? Bila jawabannya tidak, Anda harus memakai
kalimat tidak langsung. - Apakah kutipan langsung itu akan
memperkuat efek, memperjelas siapa yang bicara, atau menambah kesan
sebagaipendapat dari orang yang memang layak dikutip? Bila jawabannya ya,
pakailah kalimat kutipan langsung. - Apakah cerita yang mengawalinya
cenderung untuk under-quote?
Bila jawabannya ya, pakailah kutipan langsung. Bila over-quote, pakailah bentuk kutipan tidak langsung.
Kadang-kadang
pilihannya malah lebih sulit. Yakni bila hanya sedikit bagian kutipan yang
dapat diangkat, yakni bagian kecil yang sangat bagus. Bila demikian halnya,
baiklah kita memakai bentuk kutipan tidak langsung untuk menuliskan sebagian
besar ucapan si subyek, dan baru kita pakai tanda kutipan langsung pada bagian
yang menarik perhatian itu:
Walikota mengutuk Komisi Pelayanan Masyarakat yang cara kerjanya
''tolol dan brengsek'' dalam menjalankan petunjuk-petunjuk DPRD.
Kadang-kadang
kutipan yang bagus bisa lemah karena ditulis terlalu panjang:
''Karena
sikap warga yang tidak kooperatif, selalu mengganggu kami dengan keluhan
kecil-kecil, seperti gong-gongan anjing, radio stereo yang berisik, anak-anak
yang ribut, perkelahian pribadi, kucing hilang, bau yang tidak enak dari
pabrik, saya mengundurkan diri,'' kata Ketua RT itu.
Pak
Ketua RT itu terlalu berkepanjangan, sehingga wartawan bisa memilih begini:
''Karena sikap warga yang tidak kooperatif, yang selalu mengganggu
kami dengan keluhan kecil-kecil... saya mengundurkan diri,'' kata Ketua RT itu.
Dalam
bagian atas sudah kita bicara perlunya alinea pendek. Tapi kadang-kadang,
sebuah kutipan yang bagus memerlukan tempat panjang. Nah, seorang penulis yang
baik akan membagi kutipan itu menjadi beberapa alinea.
''Kesulitan kami muncul setelah
saya dipecat. Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa
membayar sewa. Pemilik rumah mengusir kami, meskipun sebelumnya kami tidak
pernah menunggak pembayaran. Kami tinggal di bawah jembatan, semacam
gelandangan,'' kata Abdul Gafur.
Bila
penulis memutuskan memakai kutipan itu supaya efektif, ia harus memotongnya
menjadi paling tidak dua alinea. Ini bisa dilakukan dengan tidak menutup
kutipan pada akhir satu aliena dan menambahkan tanda kutip pada awal alinea
berikutnya:
''Kesulitan kami muncul setelah saya
dipecat,'' kata Abdul Gafur. ''Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa
membayar sewa. Pemilik rumah mengusir kami, meskipun sebelumnya kami tidak
pernah menunggak pembayaran.
''Saya mencoba kemudian untuk pergi ke Kantor
Jawatan Sosial, tapi mereka mengatakan saya tidak berhak dapat bantuan karena
saya menolak tawaran pekerjaan di luar kota.
Saya tidak ada pilihan lain karena saya tidak punya uang untuk ongkos bis.
''Maka, selama 2 minggu terakhir
ini, kami tinggal di bawah jembatan, semacam gelandangan.''
Anda
perhatikan bahwa penyebutan nama hanya sekali pada awal alinea karena kutipan
masih berlanjut. Dalam hal-hal lain, bila ada kutipan baru, nama yang dikutip
harus disebutkan lagi:
''Kesulitan kami muncul setelah saya dipecat,'' kata Abdul Gafur.
''Uang kami habis tiga minggu kemudian, sehingga kami tidak bisa membayar sewa.
Pemilik rumah mengusir kami, meskipun sebelumnya kami tidak pernah menunggak
pembayaran.''
Untuk
meneruskan cerita itu setelah pengecekan secukupnya, penulis mencampur kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung:
Pertama:
Mudjono, kepada bagian di tempat Abdul
Gafur bekerja di Koperasi Pertanian Meguwo, mengatakan bahwa Gafur dipecat
setelah terbukti menggelapkan uang pupuk. Gafur membantah tuduah itu.
Yang empunya rumah tempat Gafur tinggal,
Cecep Suganda, membantah kata-kata Gafur, bahwa ia selalu membayar sebelumnya.
Menurut Cecep, Gafur belum membayar 4 bulan.
Kedua:
''Saya mencoba ke Kantor Jawatan Sosial, tetapi
mereka mengatakan saya tidak berhak dapat bantuan karena saya menolak tawaran pekerjaan
di luar kota.
Saya tidak ada pilihan lain, karena tidak punya uang untuk ongkos bis,'' kata
Gafur.
Sri Sukatni seorang petugas di Kantor
Jawatan Sosial, mengatakan bahwa Gafur menolak tiga tawaran pekerjaan, termasuk
di sebuah toko, 2 km jauhnya dari jembatan tempat tinggalnya kini.
Ketiga:
''Maka, selama dalam dua minggu terakhir
ini, kami tinggal di bawah jembatan, semacam gelandangan,'' kata Gafur.
Di kampung Jambe, Kelurahan Karangkobar,
Nyi Fatimah, ibu Gafur, tinggal dalam sebuah rumah yang punya 4 kamar. Para tetangga mengatakan bahwa Gafur dan isterinya
menyusup ke rumah ibunya segera setelah matahari tenggelam dan tinggal di sana sampai matahari
terbit.
OVER ATAU UNDER QUOTE?
Dalam
menulis kutipan, banyak problem teknis yang dihadapi. Kebanyakan penulis muda
cenderung terlalu banyak mengutip (over-quote)
atau terlalu sedikit mengutip (under-quote).
Dalam
over-quoting, penulis hanya sekadar
menyusun kutipan, seraya kadang-kadang menysipkan kata penyambung.
Cara
pengutipan seperti ini sering tidak bisa diterima. Sedikit orang yang
menggunakan kata-kata secara ringkas dalam percakapan. Sebagai penulis,
wartawan harus mampu menyampaikan pesan itu dengan lebih jelas dan ringkas
dengan cara membuat menjadi kalimat kutipan tak langsung.
Over-quoting juga menghancurkan salah satu tujuan baik
dalam pengutipan: menghapuskan kejemuan karena gaya yang sama. Dengan over-quoting, penulis hanya mengganti gaya monoton dirinya dengan gaya monoton seorang lain.
Unverquoting juga merusak. Banyak penulis baru yang
tidak yakin akan kemampuannya mengambil kutipan, sehingga ia selalu membuat
kutipan tidak langsung. Cara ini juga menghilangkan tujuan baik pengutipan.
[selesai]
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as