Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    israel: teroris yang sebenarnya

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    israel: teroris yang sebenarnya Empty israel: teroris yang sebenarnya

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 4:59 pm

    Israel: Negara yang Berdiri Atas Dasar Terorisme
    Bimo Ario Tejo
    Jamal Feyed (37 tahun) mengalami cacat mental dan fisik sejak kecil. Ia tak sanggup
    berjalan. Ketika tentara Israel menyerbu Jenin dan mulai merobohkan rumah-rumah,
    Jamal dibawa lari oleh keluarganya dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi gerak laju
    buldozer lebih cepat dan makin dekat. Saad Feyed--paman Jamal--melambaikan
    tangan agar buldozer berhenti. Tetapi malang tak dapat ditolak: buldozer terus
    bergerak maju, merobohkan rumah sekaligus mengubur hidup-hidup Jamal yang
    tergolek tak berdaya di atas kursi rodanya.
    1
    Dan 500 orang penghuni kamp pengungsi Jenin mengalami nasib sama seperti
    Jamal: mati. Status pengungsi tetap tak mampu menyelamatkan mereka dari
    pembunuhan dan--kalau sedikit beruntung--pengusiran. Seorang lelaki sepuh, Abu
    Bakr, yang mencoba bertahan di rumahnya, dibanting tubuhnya oleh tentara Israel
    dan kemudian buldozer datang. Ia, sebagaimana pengungsi Jenin lainnya, tak punya
    lagi tempat untuk tinggal. “Lima puluh tahun lalu kalian mengusir aku dari Haifa.
    Sekarang aku tak punya lagi tempat untuk pergi!”
    2
    Tragedi Jenin adalah kisah termutakhir dari serangkaian tindakan terorisme negara
    Israel untuk mempertahankan klaim politik dan teologis mereka atas tanah Palestina.
    Tidak ada satupun keabsahan atas klaim mereka terhadap bumi Palestina. Satu-
    satunya hanyalah keyakinan bahwa Tuhan (who?) telah menjanjikan tanah Philistine
    sebagai tempat menyelamatkan diri dari rangkaian horor Holocaust di daratan Eropa.
    Rafael “Rafi” Eitan, seorang agen Mossad
    3
    yang memiliki spesialisasi dalam operasi
    culik-bunuh dan menjabat Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel ketika peristiwa
    pembantaian Sabra-Shatilla, menceritakan resep propagandanya ketika ia harus
    merekrut sayanim4
    : “Aku katakan kepada mereka bahwa telah dua ribu tahun kita
    bermimpi. Dua ribu tahun kita--orang Yahudi--berdoa dengan penuh harap. Dalam
    nyanyian, dalam syair, dalam hati mereka, kita menjaga agar mimpi itu tetap hidup.
    Kini hal itu telah terwujud (pendudukan tanah Palestina –pen.). Untuk menjaga
    kelangsungan hidupnya, kami memerlukan orang-orang seperti kalian.”
    5
    Klaim teologis palsu yang mampu meyakinkan bukan hanya ribuan sayanim, tetapi
    jutaan kaum Yahudi di seluruh dunia untuk bermigrasi ke Palestina.
    * * *
    Dua tahun lalu, dalam jajak pendapat yang diadakan oleh Gallup Poll, hanya 8
    persen responden rakyat Israel yang mendukung pemindahan (baca: pengusiran)
    dua juta orang Palestina keluar Israel menyeberangi Sungai Jordan. Pada bulan Mei

    1
    What really happened in Jenin? Evidence of a Massacre by Justin Hugler and Phil Reeves (UK
    Independent, 25 April 2002).
    2
    What Kind of War Is This? by Amira Haas (Ha’aretz, 20 April 2002).
    3
    Ha Mossad le Teum (Institute of Coordination), lebih dikenal dengan sebutan Mossad. Badan intelijen
    Israel yang dibentuk pada 2 Maret 1951, merupakan gabungan dari lima lembaga intelijen Israel yang
    telah ada sebelumnya. Terpaksa dibentuk karena telah terjadi persaingan tidak sehat dan saling jegal
    antara kelima badan intelijen tersebut.
    4
    Sayanim: sukarelawan Mossad yang bertugas memberi masukan informasi. Dibentuk pada masa Meir
    Amit menjabat direktur Mossad (1963-1968). Sayanim bekerja dalam berbagai bidang profesi dan
    membantu Mossad dengan keahliannya tersebut; misalnya seorang sayanim yang bekerja di bank akan
    memberi bantuan dalam upaya pembocoran rekening seseorang.
    5
    Gordon Thomas, Gideon’s Spies, Pan Books (2000), hal. 83.2
    2002 jumlah itu meningkat menjadi 44%.
    6
    The Telegraph, sebuah koran konservatif
    Inggris dalam edisi tanggal 28 April 2002 memuat artikel yang ditulis Profesor Martin
    van Creveld, seorang sejarawan militer Israel terkemuka. Van Creveld mengungkap
    ambisi Ariel Sharon untuk membersihkan tanah Israel dari orang Palestina dan
    membuangnya ke Jordania. Sharon berpendapat bahwa Jordania adalah tempat
    yang paling cocok bagi orang Palestina karena di sana terdapat banyak orang Arab.
    Pada September 1970, pengusiran orang Palestina ke Jordania telah menyebabkan
    kerusuhan massal yang menjadi alasan bagi Raja Hussein untuk membantai 5,000-
    10,000 orang Palestina. Pembunuhan besar-besaran ini didukung penuh oleh Ariel
    Sharon yang ketika itu menjabat Komandan Front Selatan Israel.
    Sharon menunggu dua kejadian yang akan dijadikan pemicu pengusiran besar-
    besaran: serangan Amerika Serikat ke Irak yang diperkirakan akan dilakukan pada
    musim panas ini atau serangan pejuang Palestina ke kota-kota Israel. Karena itulah
    Sharon mendesak Menteri Luar Negeri Colin Powell untuk segera menyerang Irak.
    “Tidak ada sesuatupun di Israel yang dapat menjadi alasan menunda serangan ke
    Irak!”
    7
    Dalam analisis Van Creveld, pengusiran itu hanya akan berlangsung dalam
    hitungan jam dengan menutup semua perbatasan, memberangus media massa,
    mengisolasi para jurnalis ke hotel-hotel, dan melibatkan 12 batalyon tentara Israel:
    lima batalyon di perbatasan Mesir, tiga menghadap Suriah, satu menghadap
    Lebanon, dan sisanya tiga batalyon melakukan penyapuan ke arah timur sampai dua
    juta orang Palestina dapat diusir masuk ke Jordania.
    Peristiwa akhir-akhir ini, termasuk di Jenin, menunjukkan bahwa Sharon memang
    tidak main-main dengan rencananya membersihkan Israel Raya dari orang-orang
    Palestina. Tidak ada kekejaman di abad ke-20 ini yang pernah menyamai apa yang
    dilakukan Israel, kecuali apa yang telah dilakukan rezim Nazi pimpinan Adolf Hitler
    ketika mencita-citakan Jerman yang hanya didiami oleh bangsa Aria. Lebih dari
    sebuah pembersihan etnis, Israel telah melakukan pembersihan peradaban (culture
    cleansing), jenis kebiadaban yang hanya pernah dilakukan oleh bangsa Mongol
    ketika membunuh jutaan orang Islam di Baghdad dan membuang jutaan koleksi buku
    kaum Muslimin ke Sungai Tigris.
    Sebuah pembersihan peradaban ? Ya.
    Di wilayah Tepi Barat (West Bank) yang merupakan pusat administrasi Otoritas
    Palestina, tentara Israel menyerbu kantor-kantor pemerintahan. Bukan untuk
    membunuh para pegawainya, tetapi mereka mengincar komputer. Untuk dicuri?
    Tidak, mereka meninggalkan komputer itu tetap disana. Tetapi jika diperhatikan
    dengan teliti: harddisk yang berisi data-data penting telah hancur atau diambil. Kabel
    server diputus. Saluran telepon dihancurkan. Laptop dicuri. Dokumen kertas dicuri
    atau dibakar. Telah berlaku operasi pembersihan data.
    8
    Seluruh kerusakan tidak dapat dinilai dengan uang. Tetapi dengan hancurnya data-
    data penting yang tersimpan di Kementerian Pendidikan, Departemen Kesehatan,
    lembaga-lembaga riset yang telah merancang sistem pertanian, kesehatan, dan
    konservasi air yang modern untuk Palestina, itu berarti mengembalikan bangsa
    Palestina ke masa 50 tahun yang silam. Hasil karya para pemikir dan cerdik-pandai

    6
    Sharon’s Final Solution: The Israeli Prime Minister’s dream to ‘transfer’ all Palestinians out by
    Alexander Cockburn (Creators Syndicate, 2 May 2002).
    7
    Alexander Cockburn, ibid.
    8
    Operation Destroy the Data by Amira Haas (Ha’aretz, 24 April 2002). Artikel senada juga ditulis oleh
    jurnalis Uri Avnery: The Real Aim (ZMag, 27 April 2002) yang memaparkan tujuan sebenarnya
    serangan Israel ke Ramallah berdasarkan hasil investigasinya secara diam-diam ke kota tersebut.3
    Palestina yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan
    masa depan negara Palestina yang berdaulat, telah dihancurkan dalam hitungan
    jam.
    Ini bukanlah operasi penghancuran infrastruktur teroris seperti yang dikatakan Ariel
    Sharon dengan sandi Operation Defensive Shield. Jauh lebih dahsyat daripada itu,
    secara sistematis tentara Israel melakukan pelenyapan data. Penghancuran
    intelektual. Pembasmian peradaban. Daftar nama para “teroris” tidak akan dapat
    dijumpai di dalam harddisk Kementerian Kesehatan, komputer sekolah-sekolah,
    bank, klinik, atau lembaga-lembaga riset konservasi air dan pertanian. Jika memang
    ada daftar para “teroris”, tentulah tentara Israel akan meng-copy dan
    menyerahkannya pada Shin Bet atau Mossad.
    Israel berkepentingan untuk melenyapkan bangsa Palestina. Membunuh manusia
    dirasakan tidak cukup. Maka ditempuh cara yang lebih keji: pembersihan peradaban.
    * * *
    Desmond Tutu, peraih Nobel Perdamaian tahun 1984 atas perjuangannya
    menentang praktik apartheid di Afrika Selatan, mengatakan bahwa apa yang
    dilihatnya di Tanah Suci Yerusalem mengingatkannya pada praktik rezim apartheid
    di negerinya. “Apartheid di Tanah Suci” demikian Tutu mengungkapkannya.
    9
    Semua
    orang Arab--Muslim dan Kristen--diperlakukan sebagai orang tak bertuan sehingga
    harus diusir jauh-jauh dari tanah mereka sendiri. Desmond Tutu suatu ketika berjalan
    bersama Canon Naim Ateek, seorang rahib Kristen Palestina. Ateek menunjuk ke
    suatu arah dan berkata, “Disana pernah berdiri rumah-rumah kami. Kami diusir
    keluar dari rumah, dan kini diduduki oleh Yahudi Israel.”
    Pengusiran. Tidak ada teror yang paling menyakitkan selain pengusiran dari
    kampung halaman. Pembunuhan menghabisi nyawa dan urusan selesai. Tidak ada
    lagi rasa sakit atau tekanan mental. Tetapi pengusiran menempatkan seorang
    manusia pada situasi hopeless, hilang harapan, kehilangan jati diri dan jejak
    kemanusiaan. Tinggal di penampungan pengungsi menempatkan manusia pada
    situasi paradoksal: kesementaraan yang abadi. Abadi? Ya. Karena Israel tidak
    pernah berniat mengembalikan orang-orang Palestina itu ke tanah asalnya yang
    telah dirampok paksa.
    Tanah yang berhasil dirampas dengan cepat diletakkan rumah-rumah boks
    semacam kontainer yang memerlukan waktu singkat untuk mempersiapkannya.
    Jelas bukan rumah yang nyaman, tetapi sangat penting sebagai simbol penguasaan
    dan pendudukan. Israel sadar bahwa mereka tinggal di atas tanah rampokan yang
    tidak sah, sehingga jumlah serdadu yang melindungi satu enklave bisa lebih banyak
    dibanding jumlah penduduknya sendiri. Sebagai contoh di pemukiman Netzarim10
    ,
    6,000 orang Yahudi Israel tinggal disana dengan perlindungan dari 10,000 orang
    serdadu.

    9
    Apartheid in the Holy Land by Desmond Tutu (The Guardian, 30 April 2002).
    10
    Pemukiman Netzarim terletak 6 kilometer dari Gaza. Wilayah ini menjadi perhatian ketika tiga orang
    bocah Arab berusia 14 tahun: Youssef Zaqout, Anwar Hamdouna dan Ismail Abu Nadi meninggalkan
    sekolahnya dan mengirim surat perpisahan kepada orang tua masing-masing untuk menjadi syuhada
    dalam upaya perlawanan terhadap pendudukan Israel. Mereka gugur ketika mencoba memasuki
    Netzarim (Children are new martyrs of Gaza by Ewen McAskill, UK Guardian, 25 April 2002). Atas
    peristiwa ini, kelompok Hamas mengeluarkan seruan agar anak-anak Palestina bersabar sampai tiba
    waktunya mereka diperlukan untuk turun berjihad.4
    Perampasan tanah orang-orang Palestina dilakukan dengan jalan teror dan
    kekerasan setelah kegagalan Theodore Herzl meminta Sultan Abdul Hamid II
    11
    menjual tanah Palestina kepada Yahudi. Penguasa kaum Muslimin itu menolak tegas
    dengan alasan bahwa tanah Palestina adalah milik kaum Muslimin, bukan untuk
    dijual. Tetapi pada tahun 1948 bangsa Palestina kehilangan 78% wilayahnya; pada
    tahun 1967 hilang pula 22%. Keduanya direbut oleh Israel melalui peperangan.
    Operasi intelijen memegang peranan penting dalam upaya pengusiran orang
    Palestina. Suatu malam, tepat pada Jumat Sabbath di bulan September 1929, para
    pemimpin yishuf (komunitas Yahudi di Palestina) berkumpul untuk membahas
    kerusuhan pada siang harinya dengan penduduk Arab. Salah seorang yang hadir
    berkata, "Kita perlu mengingat kitab suci kita. Raja Daud bertitah bahwa kaum kita
    tergantung dari kepandaian yang kita miliki.” Kopi Turki dan kue-kue yang
    dihidangkan malam itu menjadi saksi suatu proses yang menjadi benih lahirnya
    badan intelijen terkejam di dunia: Mossad.
    12
    Mossad merekrut orang-orang Arab sebagai mata-mata dan menyebarkan informasi
    palsu tentang jumlah pasukan Israel yang sangat besar untuk menimbulkan
    kegentaran di kalangan orang Palestina. Mossad terlibat dalam pembunuhan Khalil
    al-Wazir, deputi Yasser Arafat yang dikenal dengan nama Abu Jihad (1988), Fathi
    Shkaki, pimpinan Jihad Islam (1995), Khalid Meshal, salahsatu pemimpin Hamas
    (1997, gagal), Dr. Gerald Bull, ilmuwan Kanada ahli balistik terkemuka dunia yang
    menolak menjual keahliannya kepada Israel (1990), bahkan pembunuhan sekutunya
    sendiri: Robert Maxwell, konglomerat media massa AS, pemilik koran Daily Mirror
    yang mengancam akan membuka semua rahasia Mossad jika tidak diberi tenggang
    waktu untuk melunasi hutangnya kepada investor Israel. Ia dibunuh di atas kapal
    pesiarnya.
    13
    Teror tidak dapat dilepaskan dari sistematika kerja Mossad. Dan juga sistematika
    Israel mempertahankan wilayah pendudukan yang dirampasnya.
    Israel tidak pernah merekomendasikan pembagian Palestina untuk dua negara.
    Pada tahun 1988 PLO membuat konsesi untuk dapat menerima berdirinya dua
    negara di Palestina. Tetapi hanya PLO yang mengatakan secara tegas. Israel tidak.
    Karena itulah sekarang berdiri lebih dari 170 kantung pendudukan (enklave) dengan
    300 mil jalan yang menghubungkan satu enklave dengan enklave lainnya. Jumlah
    enklave ini bertambah setiap tahun dengan menelan biaya US$ 3 juta yang didapat
    secara gratis dari Amerika Serikat.
    14

    11
    Sultan Abdul Hamid II (1876-1909) adalah Khalifah terakhir dari Khilafah Uthmaniyyah yang berpusat
    di Istambul. Ia juga dikenal sebagai Bedros (Peter dalam bahasa Armenia) karena ibunya mempunyai
    darah Armenia. Sultan Abdul Hamid II digulingkan oleh gerakan Turki Muda dan Ittihad ve Terakki yang
    didukung oleh Freemason, Yahudi, dan Donmeh (orang Islam yang menjadi Yahudi). Beliau kemudian
    diasingkan ke Salonika dan institusi Khilafah dihapus selama-lamanya (Lord Kinross, The Ottoman
    Centuries: The Rise and Fall of The Turkish Empire, Morrow Quill, 1979).
    12
    Gordon Thomas, idem, hal. 35.
    13
    Robert Maxwell adalah pengusaha raksasa media massa yang dipilih Mossad untuk mengedarkan
    PROMIS, piranti lunak komputer yang dapat memberikan sinyal satelit mengenai lokasinya. Piranti ini
    telah membantu Mossad melacak dan membunuh lawan-lawannya (Gordon Thomas, idem, hal. 205).
    14
    What Israel Has Done by Edward Said (Al Ahram, 18 April 2002). Profesor Edward Said (Columbia
    University) adalah seorang Kristen Palestina mantan anggota parlemen PLO di pengasingan yang
    bukunya, Orientalism (1978) secara keras mengkritik pandangan miring kaum orientalis terhadap Islam.
    Pada tahun 1991 ia mengundurkan diri dari PLO karena memandang sikap Yasser Arafat yang
    berdamai dengan Israel justru memperlemah posisi bangsa Palestina. Said dan Profesor Noam
    Chomsky (MIT) adalah dua orang yang paling ditakuti oleh pemerintah AS karena sikap kritisnya
    terhadap kebijakan standar ganda Amerika.5
    Sampai sekarang Israel tidak pernah mendeklarasikan batas wilayahnya secara
    tegas sebagai bagian dari upaya pendudukan yang terus berlanjut. Satu-satunya
    negara yang tidak memperuntukkan wilayahnya bagi warga negaranya, tapi bagi
    siapa saja orang Yahudi di seluruh dunia. Israel pula satu-satunya negara yang
    menyatakan tidak akan terikat kepada hukum internasional.
    15
    * * *
    Lantas kenapa tindakan Israel dibiarkan begitu saja oleh dunia internasional?
    Mari kita lihat terlebih dahulu negara-negara tetangga Israel. Bani Hashemite
    (keluarga Raja Jordania yang mengaku keturunan Nabi Muhammad) adalah agen
    CIA di dunia Arab dan sebelumnya sempat menjalin kerjasama dengan Mossad
    pada masa Meir Amit menjabat sebagai direkturnya.
    16
    Secara rutin setiap tahun
    Amerika--sebagai sekutu terdekat Israel--memberi bantuan ekonomi dan militer
    kepada Jordania sebesar US$ 226.7 juta (perkiraan 2001). Demikian pula Mesir,
    pasca perjanjian damai Israel-Mesir di Camp David, Mesir menerima sedekah dari
    Amerika rata-rata setiap tahun sebesar US$ 2 milyar.
    17
    Cukup banyak untuk
    membuat Hosni Mubarak dan Raja Abdullah bersikap diam terhadap terorisme
    Israel.
    Arab Saudi dan negara-negara yang lebih kecil lainnya tidak dapat bersikap
    menentang Israel dan Amerika karena adanya ancaman pencabutan perlindungan
    militer terhadap kemungkinan invasi oleh Irak dan Libya. Patut diduga dibiarkannya
    Saddam Hussein dan Muammar Ghadafi tetap berkuasa adalah upaya Amerika
    menjaga tingkat ketergantungan negara-negara Arab kepada perlindungan Amerika.
    Serbuan Irak ke Kuwait jelas menimbulkan trauma di kalangan bangsa Arab.
    Negeri-negeri Timur Tengah jelas tidak bisa diharapkan. Lantas bagaimana dengan
    negeri-negeri Muslim lainnya?
    Indonesia, negeri dengan penduduk Islam terbesar di dunia, telah menyerahkan
    pengelolaan ekonominya ke tangan International Monetary Fund (IMF) yang
    mayoritas sumber dananya berasal dari Amerika.
    18
    Penjelasan tentang pengaruh
    Amerika terhadap sikap politik Indonesia tidak perlu dibahas panjang-lebar disini.
    Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang tetap mempertahankan struktur hirarki
    berdasarkan para pemenang Perang Dunia II, tidak bisa lepas dari jebakan hak veto
    Amerika yang siap digunakan sewaktu-waktu. Terakhir, misi pencari fakta PBB
    dipimpin Marti Ahtisaari yang bertugas mencari bukti kekejaman perang Israel di
    Jenin, telah dibubarkan oleh Kofi Annan karena muncul suara ketidakpuasan dari
    Israel atas komposisi tim pencari fakta tersebut. Hal yang bertolak belakang dengan
    apa yang dilakukan PBB terhadap Irak ketika mengirim tim pencari senjata biologis.
    Lantas siapa yang bisa menolong bangsa Palestina dari tindak terorisme Israel?
    Mungkin diperlukan waktu agak lama untuk mencari jawaban yang pas atas
    pertanyaan ini. Dan sementara orang Islam serta komunitas internasional tengah
    berpikir, korban terus berjatuhan di tanah suci Palestina. ***

    15
    Edward Said, ibid.
    16
    Gordon Thomas, ibid, hal. 72-73.
    17
    http://www.us-israel.org/jsource/US-Israel/aidtoc.html
    18
    http://www.imf.org/external/np/tre/ffo/2001/fin3.pdf6

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 9:22 am