Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    menjaga amanah

    kutubuku
    kutubuku
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 297
    Join date : 18.06.10
    Age : 36
    Lokasi : rahasia

    menjaga amanah Empty menjaga amanah

    Post by kutubuku Thu Jun 24, 2010 3:28 pm

    Amanah





    Maasyiral muslimin rahimakumullah!


    Rasulullah saw. bersabda, "Laa iimaana liman laa amaanata lahu wala
    diina liman laa 'ahda lahu"
    (Tidak ada iman orang yang tidak beramanat
    dan tidak ada agama orang yang tidak ada berjanji
    ).



    Engkau wahai Rasulullah, bila engkau mengambil
    janji, engkau akan memberikan janji itu. Semua janjimu adalah jaminan dipenuhi.
    Bila engkau marah, kemarahanmu pun adalah kemarahan terhadap kebaikan, tanpa
    dengki dan permusuhan.

    Selawat dan salam semoga terlimpahkan kepada beliau, keluarga, dan para
    sahabatnya yang telah didik di atas kelurusan, akhlak, dan prinsip-prinsip
    Islam yang benar. Mereka tidak mengenal rasa dengki, iri, benci, permusuhan,
    dan menumpahkan darah. Mereka tidak mengenal khamr, judi, dan riba. Namun, yang
    mereka kenal adalah bagaimana membebaskan negara dan para hamba, bagaimana
    menolong Islam dan mengangkat bendera keimanan. Sikap mereka tetap, tidak ada
    kemnunafikan, perampasan, kezaliman, kesia-siaan, dan permainan. Inilah akidah,
    inilah Islam, inilah Alquran. Mereka adalah kaum lelaki yang dididik dalam
    hamparan Ar-Rahman bukan dalam tempat kesia-sian dan di pinggir pantai. Mereka
    juga tidak dididk di ruangan yang di dalamnya bercampur antara laki-laki dan
    perempuan ataupun tempat perkumpulan para pemuda. Namun, mereka didik di
    rumah-rumah yang Allah mengizinkan di dalamnya disebut dan ditinggikan
    nama-nama-Nya di pagi dan sore hari, yaitu masjid. Mereka adalah laki-laki yang
    tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingati Allah, mendirikan
    salat, dan membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)
    hati dan penglihatan menjadi goncang.



    Ya Allah, hidupkanlah kami dalam keadaan muslim, matikanlah kami dalam keadaan
    muslim pula, kumpulkanlah kami dalam keadaan mukmin, dan jadikanlah kami berada
    di bawah bendera Rasulullah saw. , wahai Rab pemilik alam!

    Maasyiral muslimin rahimakumullah!


    Mungkin timbul pertanyaan, mengapa Rasulullah saw.
    meninggalkan Ali tetap tinggal di tempat tidurnya? Mengapa beliau
    meninggalkannya saat beliau hijrah ke Madinah? Mengapa pula Ali datang sedikit
    terlambat ketika berhijrah ke Madinah? Jawaban atas semua pertanyaan itu adalah
    karena Rasulullah saw. masih memiliki amanat dan titipan dari orang Quraisy,
    penduduk Mekah. Mereka adalah orang musyrik kafir kepada Allah, tetapi mereka
    tidak mendapatkan seorang pun yang dapat dipercaya di Mekah, kecuali Rasulullah
    saw. seorang. Mereka terhadap Rasulullah saw. kafir, tetapi terhadap keamanahan
    Rasulullah saw. mereka percaya. Karena itu, Rasulullah saw. tidak rela untuk
    hijrah ke Madinah, sementara amanat masih ada di tanganya. Beliau kemudian
    memerintahkan kepada Ali untuk sejenak berada di Mekah guna mengembalikan
    amanat kepada pemiliknya.

    Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, "Kapankah kiamat itu
    tiba? Kapankah bumi bergoncang dan gunung berserakan itu terjadi? Rasulullah
    menjawab, "Bila
    amanat telah lenyap, maka tunggulah datangnya kiamat."


    Maasyiral muslimin rahimakumullah!


    Ada empat hal yang bila empat hal itu terdapat dalam
    diri kalian, janganlah kalian menghiraukan dunia yang hilang. Keempat hal itu
    adalah menjaga amanat, berkata benar (jujur), berakhlak baik, dan kesucian
    makanan.





    Marilah kita sejenak merenungi firman Allah SWT yang
    artinya, "Sesungguhnya
    Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka
    semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
    mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
    itu amat zalim dan amat bodoh."
    (Al-Ahzab: 72).



    Amanat adalah ketaatan kepada Allah. Hal ini sesuai dengan bunyi ayat
    sebelumnya yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
    Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
    amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barang siapa menaati
    Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

    (Al-Ahzab:70--71).

    Sesungguhnya keengganan gunung di atas bukanlah keenggaan untuk menyampaikan
    amanat, tetapi keengganan di atas adalah keenngganan untuk memikul amanat.
    Jadi, ada perbedaan antara melaksanakan amanat dengan memikul amanat.



    Maasyiral muslimin rahimakumullah!


    Pada hari kiamat kelak, orang yang menghianati
    titipan akan datang menjumpai Allah, maka Allah berkata kepadanya,
    "Tunaikan amanat itu kepada si fulan, sampaikan titipan yang ada padamu
    itu kepada pemiliknya. Orang tersebut kemudian bertanya, "Dunia telah
    hancur, semuanya telah lenyap, (lantas) di manakah barang titipan itu sekarang
    berada? Allah berfiman kepada penjaga Jahannam, "Bawalah mereka ke sumur
    ini. Maka, mereka pun kemudian dibawa ke sumur yang dimaksud. Lalu, dikatakan
    kepada orang itu, "Lihatlah dasarnya." Orang itu lalu melihat ke
    dasarnya dan mendapati barang titipan itu ada di dalamnya. Dikatakan kepada
    orang itu, "Turunlah ke sumur itu dan sampaikan amanat kepada
    pemiliknya." Ia pun kemudian dilempar dengan amanat itu selama 70 musim
    rontok.



    Semoga Allah merahmati seorang hamba yang bermurah hati dalam menjual, membeli,
    melaksanakan, dan menuntut. Inilah akhlak Islam dan beginilah muamalah kaum
    muslimin.

    Maasyiral muslimin rahimakumullah!


    Kami tidak ingin mengatakan bahwa amanat telah
    hilang dari masyarakat kita, seperti halnya seseorang yang berkata, "Saya
    mencari amanat dan aku temukan ia telah berada di dalam kain kafan. Saya pun
    bertanya kepada masyarakat, di mankah amant itu, mereka menjawab, "Semoga
    Allah membesarkan pahalamu di dalam amanah. Saya bertanya, di manakah amanat
    itu? Ia menjawab, "Sesungguhnya amanat itu berada di pintu terakhir, saya
    kemudian pergi untuk mengunjunginya, dan ternyata ia telah berada di atas kasur
    kematian, saya pun melantukan syahadat untuknya. Saya kemudian mengira ia akan
    berada di antara kita, tetapi ia berkata kepadaku, "Saya titipkan kalian
    kepada Allah yang titipannya tidak akan hilang, sesungguhanya kita milik Allah
    dan sesungguhnya kita akan kembali kepadanya."



    Maasyiral muslimin rahimakumullah!


    Marilah sejenak kita mendengarkan kisah dari Kufah,
    yaitu kisah tentang Tsabit bin Ibrahim yang tengah berjalan-jalan di kota
    Kufah. Dalam jalan-jalannya itu, ia kemudian melewati pohon apel dan mendapati
    salah satu buahnya telah jatuh di luar pagar pohon. Ia kemudian memungut apel
    itu dan memakannya. Ketika apel itu telah dimakan setengah, ia tersentak dan berkata,
    "Apel ini bukan apelku, mengapa aku memakannya." Sisa apel yang
    setengah itu masih ia pegang, kemudian ia pergi ke penjaga kebun dan berkata,
    "Wahai hamba Allah, saya telah memakan setengah dari apel ini, maukah Anda
    mendermakan apel yang telah saya makan itu? Penjaga kebun menjawab, "Saya
    tidak berhak mendermakannya, karena ia bukan milikku." Lelaki tersebut
    bertanya, "Lantas di manakah pemilik apel ini?" Ia menjawab, "Ia
    berada lima mil dari sini."



    Tsabit lalu pergi menuju pemilik apel, setelah sampai di depan rumahnya, ia
    lalu mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Pemilik rumah menjawab salam dan
    datang menghampirinya. Dengan rasa gelisah masih menyelimuti dirinya, ia
    berkata, "Wahai hamba Allah, tahukah engkau mengapa saya datang kemari?"
    Ia menjawab, "Tidak." Tsabit berkata, "Saya datang kepadamu agar
    engkau mendermakan setengah buah apel milikmu yang terlanjur saya makan, dan
    inilah setengah sisanya. Pemilik apel berkata, "Demi Allah, saya tidak
    akan mendermakannya kepadamu, kecuali bila engkau menerima syarat dariku."
    Tsabit bertanya, "Apa syarat itu wahai Abdullah?" Ia menjawab,
    "Syaratnya adalah engkau menikahi anak gadisku." Tsabit berkata,
    "Apakah ini dianggap sebagai syarat, engkau mendermakan apel itu dan saya
    menikahi anakmu, tentu saja ini adalah karunia yang besar." Pemilik kebun
    berkata, "Apabila engkau menikahinya, aku akan mendermakan apel itu.
    Tsabit berkata, "Saya akan menikahinya." Pemilik kebun berkata,
    "Biar aku tidak menipumu, maka aku beri tahukan kepadamu bahwa anak
    gadisku ini adalah tuli: tidak mendengar, buta: tidak melihat, bisu: tidak
    berbicara, dan lumpuh: tidak mampu berdiri. Laa
    ilaaha illallah
    , tuli, buta, bisu, dan lumpuh. Tsabit lalu berkata,
    "Aku akan menikahinya atas dasar mencari keberkahan Allah dan Rasul-Nya. Maka,
    dilakukanlah akad dan berkatalah ayah gadis itu, "Bila engkau mau
    datanglah setelah salat Isya untuk menemui isterimu." Maka, datanglah
    Tsabit untuk menemui gadis yang buta, tuli, bisu, dan lumpuh itu. Ia merasa
    seakan-akan dirinya akan memasuki medan peperangan. Manakala telah sampai di
    depan kamarnya, ia mengucapkan salam dan ternyata gadis tersebut menjawab
    salamnya, berdiri, dan menjabat tangannya. Tsabit merasa heran, lalu berkata,
    "Apa ini? Mengapa ayahmu memberitahukan kepadaku tentangmu begini dan
    begini? Gadis itu lalu bertanya, "Apa yang diberitahukan ayahku
    kepadamu." Ia berkata, "Ayahmu memberitahukan kepadaku, bila kamu itu
    buta." Ia menjawab, "Demi Allah, ayahku tidak dusta, saya memang
    buta, saya tidak pernah melihat sesuatu yang dimurkai Allah. Ayahmu
    memberitahukan kepadaku bahwa kamu tuli. Ia berkata, "Ayah saya benar,
    demi Allah saya tidak mengucapkan kalimat yang dibenci Allah." Ayahmu
    memberitahukan kepadaku bahwa kamu tuli. Ia berkata, "Ia benar, demi Allah
    saya tidak mendengar, kecuali apa yang diridai Allah." Ia memberitahukan
    kepadaku bahwa kamu lumpuh. Ia berkata, "Ya, karena saya tidak berjalan
    dengan kakiku, kecuali kepada sesuatu yang diridai Allah, saya tidak berjalan
    ke tempat yang dimurkai-Nya." Dan, manakala Tsabit melihat wajah perempuan
    itu, ia mendapatinya bagaikan potongan bulan.



    Beberapa saat setelah keduanya menikah, lahirlah seorang hamba yang takwa,
    saleh, wara, dan khusyu kepada Allah. Seorang hamba yang mengisi dunia ini
    dengan ilmu, ibadah, dan amal. Tahukah kalian--wahai kaum muslimin-- siapakah
    hamba itu? Dia adalah Imam besar Abu Hanifah an-Nu'man, semoga Allah
    meridainya.

    Hari ini tidak ada wanita kita yang sebuta, setuli, sebisu, dan selumpuh wanita
    itu. Oh, seandainya wanita kita seperti dia, niscaya para wanita itu akan
    melebihi kaum lelakinya.








    Maasyiral muslimin rakhimakumullah!


    Allah Tabaraka wa Taala berfirman, yang artinya, "Dan,
    orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan
    orang-orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan
    mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
    dalamnya."
    (Al-Mukminuun: 8--11).



    Berdoalah kalian kepada Allah dan yakinlah bahwa doa kalian akan
    dikabulkan-Nya!

    Wallahu a'alam.



    Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi
    Islam Indonesia

      Waktu sekarang Thu May 09, 2024 6:28 am