Alfred Nobel, Sang
Penemu Dinamit
Hendro
Sujatmoko
Ayah, jangan lupa. Febri dibeliin play
station ya! seru bocah 5 tahun pada ayahnya. Iya, doain ayah ya, nak,î sahut
sang ayah yang hendak pergi bekerja ke sebuah kantor di kawasan Kuningan,
Jakarta. Suryadi nama sang ayah yang berprofesi sebagai tukang kebun di Gedung
Kedubes Australia. Nahas nasib Suryadi, setelah sebuah mobil boks meledak tepat
di depan gedung tempat ia bekerja. Permintaan sang anak pun yang tengah
menunggu di rumah tak akan terpenuhi sang ayah setelah ditemukannya mayat
Suryadi.
Tak hanya keluarga Suryadi yang
mengalami musibah tersebut, kebanyakan korban peledakan merupakan warga
pribumi. Peristiwa ini mendapatkan banyak kecaman dari berbagai pihak yang
ditujukan kepada para teroris. Berdasarkan temuan tim Puslabfor ditemukan
fakta, bahan yang digunakan para teroris tersebut untuk peledakan adalah
campuran TNT dan belerang.
Beberapa waktu lalu pun kita mendengar
berita mengenai ledakan yang terjadi di berbagai daerah termasuk di Jln.
Banceuy dan Jln. Braga, Bandung. Anda juga tentu tidak lupa dengan tragedi bom
bunuh diri yang sering terjadi akhir-akhir ini seperti tragedi hotel JW.
Marriot. Bahan peledak yang dipergunakan memang lebih canggih dan memiliki daya
ledak yang lebih besar daripada dinamit yang pertama kali ditemukan Alfred
Nobel, namun memiliki prinsip kerja serupa.
Sang penemu tentu tidak menyangka,
hasil karyanya tersebut akan disalahgunakan menjadi alat untuk merusak dan
menghancurkan kehidupan manusia seperti pada saat ini. Sebenarnya siapakah
Alfred Nobel tersebut?
Nama lengkapnya
Alfred Bernhard Nobel, seorang ilmuwan terkenal, penemu, pengusaha sukses dan
pendiri dari Penghargaan Nobel (Nobel Prize). Ia dilahirkan dari pasangan suami
istri berkebangsaan Swedia di Stockholm, Swedia. Ayahnya bernama Immanuel Nobel
dan ibunya bernama Andriette Ahlsell Nobel. Ayahnya seorang ahli teknik dan
penemu, kemampuan ayahnya inilah yang kelak akan diwariskan pada Alfred.
Pada tahun yang sama dengan kelahiran
Alfred, usaha ayahnya mengalami kemunduran dan akhirnya dinyatakan bangkrut.
Pada tahun 1837, ayahnya mencoba untuk membuka usaha baru di Rusia dengan
meninggalkan keluarganya di Stockholm. Alfred dan kedua kakaknya, Robert yang
dilahirkan tahun 1829 dan Ludvig tahun 1831 harus hidup sederhana dengan hanya
mengandalkan usaha ibunya yang membuka toko grosir.
Beberapa tahun kemudian, usaha ayahnya
dalam bidang workshop mekanik yang menyediakan peralatan tentara Rusia di St.
Petersburg, Rusia, mengalami kemajuan dan akhirnya seluruh keluarga pindah ke
Rusia, tahun 1842. Setahun kemudian adik Alfred lahir dengan nama Emil. Keempat
bersaudara ini mendapat pendidikan yang baik meliputi ilmu pengetahuan alam,
bahasa dan literatur. Di usia 17 tahun, Alfred muda dapat menguasai bahasa
Swedia, Rusia, Prancis, Inggris, dan Jerman.
Alfred sangat
tertarik dengan ilmu literatur, kimia dan fisika. Ayahnya sangat mengharapkan
agar Alfred dapat mengikuti jejak langkahnya, sehingga ia mengirim Alfred muda
ke luar negeri untuk menjadi seorang ahli teknik kimia.
Di Paris, Alfred bekerja di
laboratorium pribadi seorang ilmuwan terkenal pada saat itu, T. J. Pelouze. Di
sana ia bertemu dengan ahli kimia dari Italia, Ascanio Sobreno yang telah
menemukan suatu cairan yang sangat mudah meledak yang terkenal dengan nama
nitrogliserin. Sobreno menyadari, temuannya ini sangat berbahaya untuk
diaplikasikan. Namun, Alfred muda sangat tertarik dan ingin mempergunakannya di
bidang konstruksi. Ketika Alfred pulang ke Rusia, ia bekerja sama dengan ayahnya
untuk mengembangkan nitrogliserin untuk dikomersialisasikan dan digunakan untuk
sesuatu yang berguna, misal membantu pekerja untuk menghancurkan batu.
Kembali
ke Swedia
Setelah peperangan antara Rusia dan
Turki berakhir, tahun 1863, maka usaha ayahnya kembali mengalami kemunduran,
sehingga keluarga Alfred memutuskan untuk kembali ke Swedia, kecuali kedua
kakaknya yang tinggal dan meneruskan sisa-sisa usaha ayahnya. Di Swedia, Alfred
terus mengembangkan nitrogliserin sebagai bahan peledak. Namun, Alfred harus
kehilangan adiknya dan beberapa orang pada saat eksperimen ledakan dari
nitrogliserin hasil penelitiannya. Karena ledakan ini pemerintah setempat
melarang penelitian tersebut.
Alfred tidak begitu saja menyerah, ia
terus melakukan penelitian mengenai nitrogliserin di atas perahu di Danau
Malaren. Pada tahun 1864, ia mampu memproduksi nitrogliserin dalam jumlah
besar, namun ia juga tidak berhenti untuk terus meneliti nitrogliserin dengan
cara menggabungkannya dengan bahan-bahan lain hingga diperoleh produk yang
lebih aman.
Akhirnya dengan kerja keras, pada
tahun 1866 Alfred dapat menemukan, tanah kieselguhr dapat mengubah wujud cair
nitrogliserin menjadi pasta yang dapat dibentuk menjadi batangan. Batangan ini
dapat dilubangi dan diberi sumbu. Alfred memperoleh hak paten dan kepemilikan
atas bahan-bahan tersebut satu tahun kemudian. Penemuannya tersebut dinamakan
dinamit. Ia juga telah menemukan detonatornya. Penemuannya ini dimanfaatkan
dapat mengurangi biaya dalam pekerjaan konstruksi seperti pembuatan terowongan
atau saluran, menghancurkan bebatuan, membangun jembatan, dan lain-lain.
Permintaan akan dinamit dan
detonatornya terus meningkat dalam bidang industri konstruksi. Oleh Karena itu,
Alfred membangun pabrik dinamit di 90 tempat berbeda di 20 negara. Alfred
tinggal di Paris dan menjadi pengusaha sukses. Ia terus bekerja secara intensif
di Stockholm dan Karlskoga (Swedia), Hamburg (Jerman), Ardeer (Skotlandia),
Paris dan Sevran (Prancis) dan Sam Remo (Italia). Ia pun meneliti mengenai
pembuatan karet dan kulit sintetik dan kulit buatan.
Alfred wafat di Sam Remo, Italia pada
tanggal 10 Desember 1896. Pada keinginan terakhir dan surat wasiatnya, ia
menulis, beberapa bagian hartanya dihadiahkan kepada orang yang telah berjuang
untuk kebaikan umat manusia dalam bidang fisika, kimia, fisiologi atau
obat-obatan, literatur dan perdamaian. Keinginannya terkabul pada tahun 1901.
Hadiah Nobel pertama diberikan dalam bidang fisika, kimia, fisiologi atau
obat-obatan, dan literatur di Stockholm, Swedia dan di bidang perdamaian di
Oslo, Norwegia. Ia wafat pada tahun 1896 dengan mematenkan 355 produk hasil
penelitiannya.
Pesan dari sang penemu adalah untuk
menggunakan temuannya demi kebaikan umat manusia, bukan sebaliknya. Semoga kita
semakin arif dan bijaksana dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan.***
Sumber : Pikiran Rakyat (7 Oktober 2004)
Penemu Dinamit
Hendro
Sujatmoko
Ayah, jangan lupa. Febri dibeliin play
station ya! seru bocah 5 tahun pada ayahnya. Iya, doain ayah ya, nak,î sahut
sang ayah yang hendak pergi bekerja ke sebuah kantor di kawasan Kuningan,
Jakarta. Suryadi nama sang ayah yang berprofesi sebagai tukang kebun di Gedung
Kedubes Australia. Nahas nasib Suryadi, setelah sebuah mobil boks meledak tepat
di depan gedung tempat ia bekerja. Permintaan sang anak pun yang tengah
menunggu di rumah tak akan terpenuhi sang ayah setelah ditemukannya mayat
Suryadi.
Tak hanya keluarga Suryadi yang
mengalami musibah tersebut, kebanyakan korban peledakan merupakan warga
pribumi. Peristiwa ini mendapatkan banyak kecaman dari berbagai pihak yang
ditujukan kepada para teroris. Berdasarkan temuan tim Puslabfor ditemukan
fakta, bahan yang digunakan para teroris tersebut untuk peledakan adalah
campuran TNT dan belerang.
Beberapa waktu lalu pun kita mendengar
berita mengenai ledakan yang terjadi di berbagai daerah termasuk di Jln.
Banceuy dan Jln. Braga, Bandung. Anda juga tentu tidak lupa dengan tragedi bom
bunuh diri yang sering terjadi akhir-akhir ini seperti tragedi hotel JW.
Marriot. Bahan peledak yang dipergunakan memang lebih canggih dan memiliki daya
ledak yang lebih besar daripada dinamit yang pertama kali ditemukan Alfred
Nobel, namun memiliki prinsip kerja serupa.
Sang penemu tentu tidak menyangka,
hasil karyanya tersebut akan disalahgunakan menjadi alat untuk merusak dan
menghancurkan kehidupan manusia seperti pada saat ini. Sebenarnya siapakah
Alfred Nobel tersebut?
Nama lengkapnya
Alfred Bernhard Nobel, seorang ilmuwan terkenal, penemu, pengusaha sukses dan
pendiri dari Penghargaan Nobel (Nobel Prize). Ia dilahirkan dari pasangan suami
istri berkebangsaan Swedia di Stockholm, Swedia. Ayahnya bernama Immanuel Nobel
dan ibunya bernama Andriette Ahlsell Nobel. Ayahnya seorang ahli teknik dan
penemu, kemampuan ayahnya inilah yang kelak akan diwariskan pada Alfred.
Pada tahun yang sama dengan kelahiran
Alfred, usaha ayahnya mengalami kemunduran dan akhirnya dinyatakan bangkrut.
Pada tahun 1837, ayahnya mencoba untuk membuka usaha baru di Rusia dengan
meninggalkan keluarganya di Stockholm. Alfred dan kedua kakaknya, Robert yang
dilahirkan tahun 1829 dan Ludvig tahun 1831 harus hidup sederhana dengan hanya
mengandalkan usaha ibunya yang membuka toko grosir.
Beberapa tahun kemudian, usaha ayahnya
dalam bidang workshop mekanik yang menyediakan peralatan tentara Rusia di St.
Petersburg, Rusia, mengalami kemajuan dan akhirnya seluruh keluarga pindah ke
Rusia, tahun 1842. Setahun kemudian adik Alfred lahir dengan nama Emil. Keempat
bersaudara ini mendapat pendidikan yang baik meliputi ilmu pengetahuan alam,
bahasa dan literatur. Di usia 17 tahun, Alfred muda dapat menguasai bahasa
Swedia, Rusia, Prancis, Inggris, dan Jerman.
Alfred sangat
tertarik dengan ilmu literatur, kimia dan fisika. Ayahnya sangat mengharapkan
agar Alfred dapat mengikuti jejak langkahnya, sehingga ia mengirim Alfred muda
ke luar negeri untuk menjadi seorang ahli teknik kimia.
Di Paris, Alfred bekerja di
laboratorium pribadi seorang ilmuwan terkenal pada saat itu, T. J. Pelouze. Di
sana ia bertemu dengan ahli kimia dari Italia, Ascanio Sobreno yang telah
menemukan suatu cairan yang sangat mudah meledak yang terkenal dengan nama
nitrogliserin. Sobreno menyadari, temuannya ini sangat berbahaya untuk
diaplikasikan. Namun, Alfred muda sangat tertarik dan ingin mempergunakannya di
bidang konstruksi. Ketika Alfred pulang ke Rusia, ia bekerja sama dengan ayahnya
untuk mengembangkan nitrogliserin untuk dikomersialisasikan dan digunakan untuk
sesuatu yang berguna, misal membantu pekerja untuk menghancurkan batu.
Kembali
ke Swedia
Setelah peperangan antara Rusia dan
Turki berakhir, tahun 1863, maka usaha ayahnya kembali mengalami kemunduran,
sehingga keluarga Alfred memutuskan untuk kembali ke Swedia, kecuali kedua
kakaknya yang tinggal dan meneruskan sisa-sisa usaha ayahnya. Di Swedia, Alfred
terus mengembangkan nitrogliserin sebagai bahan peledak. Namun, Alfred harus
kehilangan adiknya dan beberapa orang pada saat eksperimen ledakan dari
nitrogliserin hasil penelitiannya. Karena ledakan ini pemerintah setempat
melarang penelitian tersebut.
Alfred tidak begitu saja menyerah, ia
terus melakukan penelitian mengenai nitrogliserin di atas perahu di Danau
Malaren. Pada tahun 1864, ia mampu memproduksi nitrogliserin dalam jumlah
besar, namun ia juga tidak berhenti untuk terus meneliti nitrogliserin dengan
cara menggabungkannya dengan bahan-bahan lain hingga diperoleh produk yang
lebih aman.
Akhirnya dengan kerja keras, pada
tahun 1866 Alfred dapat menemukan, tanah kieselguhr dapat mengubah wujud cair
nitrogliserin menjadi pasta yang dapat dibentuk menjadi batangan. Batangan ini
dapat dilubangi dan diberi sumbu. Alfred memperoleh hak paten dan kepemilikan
atas bahan-bahan tersebut satu tahun kemudian. Penemuannya tersebut dinamakan
dinamit. Ia juga telah menemukan detonatornya. Penemuannya ini dimanfaatkan
dapat mengurangi biaya dalam pekerjaan konstruksi seperti pembuatan terowongan
atau saluran, menghancurkan bebatuan, membangun jembatan, dan lain-lain.
Permintaan akan dinamit dan
detonatornya terus meningkat dalam bidang industri konstruksi. Oleh Karena itu,
Alfred membangun pabrik dinamit di 90 tempat berbeda di 20 negara. Alfred
tinggal di Paris dan menjadi pengusaha sukses. Ia terus bekerja secara intensif
di Stockholm dan Karlskoga (Swedia), Hamburg (Jerman), Ardeer (Skotlandia),
Paris dan Sevran (Prancis) dan Sam Remo (Italia). Ia pun meneliti mengenai
pembuatan karet dan kulit sintetik dan kulit buatan.
Alfred wafat di Sam Remo, Italia pada
tanggal 10 Desember 1896. Pada keinginan terakhir dan surat wasiatnya, ia
menulis, beberapa bagian hartanya dihadiahkan kepada orang yang telah berjuang
untuk kebaikan umat manusia dalam bidang fisika, kimia, fisiologi atau
obat-obatan, literatur dan perdamaian. Keinginannya terkabul pada tahun 1901.
Hadiah Nobel pertama diberikan dalam bidang fisika, kimia, fisiologi atau
obat-obatan, dan literatur di Stockholm, Swedia dan di bidang perdamaian di
Oslo, Norwegia. Ia wafat pada tahun 1896 dengan mematenkan 355 produk hasil
penelitiannya.
Pesan dari sang penemu adalah untuk
menggunakan temuannya demi kebaikan umat manusia, bukan sebaliknya. Semoga kita
semakin arif dan bijaksana dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan.***
Sumber : Pikiran Rakyat (7 Oktober 2004)
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as