Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Join the forum, it's quick and easy

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

ingin bergabung dengan elrakyat.tk klik pendaftaran. jika anda sudah pernah mendaftar silakan login. jangan lupa ajak kawan-kawanmu ke mari , dan jadilah top poster di forum kita

Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Komunitas pecinta koleksi jadul

salah satu forum terbesar tempat kita bernostalgia

Login

Lupa password?

Our traffic

info rakyat

Sun Oct 31, 2010 9:05 pm by admin

---------------
PEMBERITAHUAN....

SF ZONA RELIGI SEKARANG KAMI PINDAH KE [You must be registered and logged in to see this link.] ANDA BISA BERPARTISIPASI DAN MENJADI MODERATOR SESUAI PERMINTAAN ANDA DENGAN REQUEST VIA SMS NO ADMIN 081945520865


Sekilas Info

Sun Jun 27, 2010 2:44 pm by admin

kabar gembira, forum lentera-rakyat mulai hari ini juga bisa diakses melalui [You must be registered and logged in to see this link.]


    love and live

    ratri
    ratri
    Mega Ultimate Member


    Zodiac : Virgo Jumlah posting : 281
    Join date : 01.04.10
    Age : 36
    Lokasi : di hati si admin

    love and live Empty love and live

    Post by ratri Sat May 22, 2010 2:01 am

    Jodoh adalah problema serius. Kemana pun mereka melangkah,
    pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku
    rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong
    bayi, kapan giliranku dipanggil ibu / bapak? Aku jadi ragu, benarkah aku punya
    jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil?

    Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita. Kebanyakan orang ketika
    berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang
    kehidupan rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria
    calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu
    berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun
    kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri.

    Di sini orang berlomba mengajukan "standarnisasi" calon: wajah rupawan,
    berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar
    belakang keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas kesalehan.

    Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan, "Apa salahnya?" Memang,
    ada juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya
    calon yang saleh saja." Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat
    keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun
    mahal.

    Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh
    mereka yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria
    calon memang sesuai, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau
    mudahnya orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali
    menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama ini.

    Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita.
    Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah,
    sekaligus menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas
    menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga.

    Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah, bahkan lebih indah dari
    film-film picisan ala bintang India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang
    bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian,
    dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran mampir susul-menyusul.
    Mereka hanya siap menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri untuk
    berletih-letih membina keluarga.

    Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal
    ujian dan beban jauh lebih berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai
    penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan?

    Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi
    manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar
    kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan
    itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang
    menyediakannya. Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan itu pada
    akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun.

    Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap
    untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang sesuai kesanggupannya.". Di
    balik fenomena "telat nikah" sebenarnya ada bukti-bukti kasih sayang Allah.

    Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus
    dirintihkan. Kala itu hati seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita
    kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada. Jangan pernah
    lagi bertanya, mana jodohku? Namun bertanyalah, sudah dewasakah aku?

      Similar topics

      -

      Waktu sekarang Tue May 07, 2024 8:11 am