Alergi Rinitis
Alergi rinitis adalah suatu reaksi inflamasi (peradangan) pada daerah hidung
terhadap alergen (bahan-bahan yang menimbulkan alergi), yang memiliki gejala
rhinorrhea (keluarnya ingus terus menerus), snezzing (bersin), itching (rasa gatal)
dan nasal blockage (sumbatan pada hidung).
Penyakit ini merupakan masalah kesehatan global yang menyerang kira-kira 10-50%
penduduk dunia, yang dapat mengganggu kualitas hidup, kualitas pendidikan di
sekolah dan produktvitas kerja. Oleh karena hidung merupakan bagian dari saluran
nafas yang memiliki hubungan ke paru-paru, maka saat ini sedang dicari hubungan
rinitis alergi dengan penyakit asma yang sama-sama mempunyai dasar timbulnya
penyakit yaitu hipersensitifitas terhadap alergen (atopi).
Bukti saat ini menunjukkan sebanyak 78 % penderita asma dewasa memiliki gejala
gangguan pada hidung mirip rinitis alergi. Sedangkan sebanyak 38% penderita rinitis
alergi dewasa juga memiliki gejala penyakit asma. Oleh karena itu terjadi perubahan
paradigma bahwa dalam penanganan rinitis alergi sebaiknya juga mencakup
penegakkan diagnosis dan penatalaksaan asma juga.
Penatalaksanaan rinitis alergi terdiri dari penghindaran dari bahan alergen,
pemberian obat-obatan, terapi secara imunologis (untuk masa mendatang) dan
dilakukan pembedahan jika diperlukan. Upaya penghindaran bahan alergen ini
merupakan langkah pertama dan penting untuk mengatasi rinitis ini. Upaya ini harus
disertai dengan pemberian penjelasan yang baik tentang bahan-bahan alergen serta
cara penghindarannya.
Topik di atas merupakan salah satu topik utama yang dibahas dalam 7th Asian
Research Symposium in Rhinology pada tanggal 15-16 Februari 2002 di Hotel
Kartika Plaza, Bali. Simposium ini merupakan ajang saling bertukar infomasi
mengenai perkembangan penilitian yang dilakukan peneliti muda di bagian Penyakit
Hidung (Rhinology). Pertemuan para ahli rhinology ini dipelopori oleh Prof. Yasuo
Sakakura (Jepang) dan Prof.Yang Gi Min (Korea). Pertemuan ini akan dilaksanakan
setiap tahun dengan mengambil tempat yang berbeda-beda di negara Asia. Untuk
tahun ini, simposium ini diketuai oleh dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT (RSCM-
Jakarta).
Simposium ini juga membahas Masalah sinusitis (infeksi pada rongga sinus di
wajah) yang sering menyerupai rinitis alergi. Untuk itu pada penderita yang
memiliki gejala seperti yang telah disebutkan di atas harus dilakukan pemeriksaan
yang teliti untuk membedakan kedua penyakit tersebut. Penatalaksanaan kedua
penyakit tersebut sangatlah berbeda. Saat ini dinyatakan bahwa sinusitis kronik
(infeksi yang lama) disebabkan oleh adanya gangguan pada aliran cairan dalam
rongga sinus. Gangguan ini menyebabkan menumpuknya cairan tersebut dan
kemudian akan mengiritasi daerah tersebut. Selain itu juga akan mempermudah
timbulnya infeksi bakteri yang berulang.
Salah satu metode yang dilakukan memperbaiki aliran tersebut adalah dengan teknik
operasi FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery). Teknik merupakan salah satu
teknik bedah minimal invasif (baca liputan sebelumnya) yang akan mengangkat
suatu bagian dari hidung yang diperkirakan dapat memperbaiki aliran dalam rongga
sinus. Selain itu juga perlu dilakukan pengobatan dengan pemberian antibiotika,
obat anti inflamasi, drainase (upaya mengeluarkan cairan tersebut) dan bantuan
untuk pernafasan.
Alergi rinitis adalah suatu reaksi inflamasi (peradangan) pada daerah hidung
terhadap alergen (bahan-bahan yang menimbulkan alergi), yang memiliki gejala
rhinorrhea (keluarnya ingus terus menerus), snezzing (bersin), itching (rasa gatal)
dan nasal blockage (sumbatan pada hidung).
Penyakit ini merupakan masalah kesehatan global yang menyerang kira-kira 10-50%
penduduk dunia, yang dapat mengganggu kualitas hidup, kualitas pendidikan di
sekolah dan produktvitas kerja. Oleh karena hidung merupakan bagian dari saluran
nafas yang memiliki hubungan ke paru-paru, maka saat ini sedang dicari hubungan
rinitis alergi dengan penyakit asma yang sama-sama mempunyai dasar timbulnya
penyakit yaitu hipersensitifitas terhadap alergen (atopi).
Bukti saat ini menunjukkan sebanyak 78 % penderita asma dewasa memiliki gejala
gangguan pada hidung mirip rinitis alergi. Sedangkan sebanyak 38% penderita rinitis
alergi dewasa juga memiliki gejala penyakit asma. Oleh karena itu terjadi perubahan
paradigma bahwa dalam penanganan rinitis alergi sebaiknya juga mencakup
penegakkan diagnosis dan penatalaksaan asma juga.
Penatalaksanaan rinitis alergi terdiri dari penghindaran dari bahan alergen,
pemberian obat-obatan, terapi secara imunologis (untuk masa mendatang) dan
dilakukan pembedahan jika diperlukan. Upaya penghindaran bahan alergen ini
merupakan langkah pertama dan penting untuk mengatasi rinitis ini. Upaya ini harus
disertai dengan pemberian penjelasan yang baik tentang bahan-bahan alergen serta
cara penghindarannya.
Topik di atas merupakan salah satu topik utama yang dibahas dalam 7th Asian
Research Symposium in Rhinology pada tanggal 15-16 Februari 2002 di Hotel
Kartika Plaza, Bali. Simposium ini merupakan ajang saling bertukar infomasi
mengenai perkembangan penilitian yang dilakukan peneliti muda di bagian Penyakit
Hidung (Rhinology). Pertemuan para ahli rhinology ini dipelopori oleh Prof. Yasuo
Sakakura (Jepang) dan Prof.Yang Gi Min (Korea). Pertemuan ini akan dilaksanakan
setiap tahun dengan mengambil tempat yang berbeda-beda di negara Asia. Untuk
tahun ini, simposium ini diketuai oleh dr. Damayanti Soetjipto, Sp.THT (RSCM-
Jakarta).
Simposium ini juga membahas Masalah sinusitis (infeksi pada rongga sinus di
wajah) yang sering menyerupai rinitis alergi. Untuk itu pada penderita yang
memiliki gejala seperti yang telah disebutkan di atas harus dilakukan pemeriksaan
yang teliti untuk membedakan kedua penyakit tersebut. Penatalaksanaan kedua
penyakit tersebut sangatlah berbeda. Saat ini dinyatakan bahwa sinusitis kronik
(infeksi yang lama) disebabkan oleh adanya gangguan pada aliran cairan dalam
rongga sinus. Gangguan ini menyebabkan menumpuknya cairan tersebut dan
kemudian akan mengiritasi daerah tersebut. Selain itu juga akan mempermudah
timbulnya infeksi bakteri yang berulang.
Salah satu metode yang dilakukan memperbaiki aliran tersebut adalah dengan teknik
operasi FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery). Teknik merupakan salah satu
teknik bedah minimal invasif (baca liputan sebelumnya) yang akan mengangkat
suatu bagian dari hidung yang diperkirakan dapat memperbaiki aliran dalam rongga
sinus. Selain itu juga perlu dilakukan pengobatan dengan pemberian antibiotika,
obat anti inflamasi, drainase (upaya mengeluarkan cairan tersebut) dan bantuan
untuk pernafasan.
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as