Pria DE Perlu Didukung Pasangannya 2- 2007
Disfungsi ereksi atau DE memiliki efek yang sangat berarti bagi hidup seorang pria,
termasuk dalam relasi dengan pasangannya. Bahkan, hal ini juga memengaruhi
kehidupan seksual pasangannya. Namun, situasi ini sering tidak terkomunikasikan.
Kegagalan komunikasi ini tentu saja bakal memengaruhi hubungan selanjutnya. Di
lain sisi, penanganan DE juga menuntut adanya komunikasi dengari dokter yang ahli
di bidangnya. Jadi, dalam hal ini penanganan DE mengandaikan adanya trias
komunikasi, dengan pasangan, partner, dan sang dokter.
Pengalaman si wanita bisa jadi memengaruhi penanganan maupun pengobatan DE si
laki-laki. Para dokter sebaiknya sadar bahwa perhatian si wanita terhadap
pasangannya yang menderita DE merupakan potensi yang berarti.
Sebuah penelitian menunjukkan, DE memiliki efek negatif pada pengalaman seksual
wanita. Penggunaan terapi PDE5 inhibitor (obat yang digunakan untuk
mengembalikan fungsi ereksi) pada pria DE dapat mengurangi efek tersebut.
Penelitian ini juga menemukan bahwa dukungan partner atas penanganan DE dapat
dipengaruhi dengan perubahan fungsi seksual sesuai pengalaman si wanita.
Demikian diungkapkan Prof. Aksam A. Yassin, MD, Ph.D, EdD FEBU, guru besar
urologi dan seksualitas manusia dari Segeberger Kliniken, Jerman, dalam simposium
internasional di bidang kedokteran seksual yang baru pertama kalinya
diselenggarakan oleh Asosiasi Seksologi Indonesia dan Universitas Hang Tuah,
Surabaya.
Seminar yang berlangsung di Hotel Hyatt Regency Surabaya bertajuk Better Sexual
Life For Best Quality of Life selama lima hari itu menghadirkan pembicara dari
berbagai negara, antara lain Jerman, Singapura, Australia, Taiwan, Austria, Korea,
dan tentu saja Indonesia. Ratusan dokter, yakni dokter umum, spesialis andrologi,
kandungan atau ginekologi, urologi, ahli hormonal, endokrinologi, kesehatan jiwa
dan jantung maupun psikolog, hadir dalam kesempatan ini.
Selanjutnya Prof. Yassin yang berdarah Siria ini menambahkan, penelitian atas
kepuasan partner dan kualitas hidup merupakan penelitian prospektif yang cukup
unik karena mengeksplorasi perkembangan fungsi ereksi dan berkembangnya
kualitas hidup seksual pada pasien pria dan pasangannya. Penelitian juga
menunjukkan bahwa Levitra secara berarti memperbaiki DE dan fungsi seksual pada
pria DE.
Secara klinis, perubahan penting teramati dalam kualitas hidup seksual pria DE
dengan pasangannya dan kepuasan atas penanganan yang dijalani bersama. Dalam
penelitian juga terungkap bahwa kualitas hidup seksual pria DE dengan pasangannya
membaik cukup berarti dibanding saat DE mulai dirasakan.
Selain pemaparan dari Prof. Yassin, ada puluhan tema lain yang disajikan dalam
kongres ini. Yang paling menarik adalah paparan mengenai pentingnya testosteron
pada pria di atas usia 50 tahun untuk berbagai keluhan, semisal hilangnya hasrat
seksual, mengecilnya otot, meningkatnya lemak tubuh, depresi, anemia, dan
pengeroposan tulang.Testosteron yang pada usia ini tidak lagi diproduksi dalam jumlah memadai dapat
diberikan dengan cara injeksi yang dilakukan secara bertahap setiap tiga bulan.
Hasilnya, kualitas hidup akan kembali seperti semula, meski tidak sebaik saat masih
muda.
Sumber: Senior
Disfungsi ereksi atau DE memiliki efek yang sangat berarti bagi hidup seorang pria,
termasuk dalam relasi dengan pasangannya. Bahkan, hal ini juga memengaruhi
kehidupan seksual pasangannya. Namun, situasi ini sering tidak terkomunikasikan.
Kegagalan komunikasi ini tentu saja bakal memengaruhi hubungan selanjutnya. Di
lain sisi, penanganan DE juga menuntut adanya komunikasi dengari dokter yang ahli
di bidangnya. Jadi, dalam hal ini penanganan DE mengandaikan adanya trias
komunikasi, dengan pasangan, partner, dan sang dokter.
Pengalaman si wanita bisa jadi memengaruhi penanganan maupun pengobatan DE si
laki-laki. Para dokter sebaiknya sadar bahwa perhatian si wanita terhadap
pasangannya yang menderita DE merupakan potensi yang berarti.
Sebuah penelitian menunjukkan, DE memiliki efek negatif pada pengalaman seksual
wanita. Penggunaan terapi PDE5 inhibitor (obat yang digunakan untuk
mengembalikan fungsi ereksi) pada pria DE dapat mengurangi efek tersebut.
Penelitian ini juga menemukan bahwa dukungan partner atas penanganan DE dapat
dipengaruhi dengan perubahan fungsi seksual sesuai pengalaman si wanita.
Demikian diungkapkan Prof. Aksam A. Yassin, MD, Ph.D, EdD FEBU, guru besar
urologi dan seksualitas manusia dari Segeberger Kliniken, Jerman, dalam simposium
internasional di bidang kedokteran seksual yang baru pertama kalinya
diselenggarakan oleh Asosiasi Seksologi Indonesia dan Universitas Hang Tuah,
Surabaya.
Seminar yang berlangsung di Hotel Hyatt Regency Surabaya bertajuk Better Sexual
Life For Best Quality of Life selama lima hari itu menghadirkan pembicara dari
berbagai negara, antara lain Jerman, Singapura, Australia, Taiwan, Austria, Korea,
dan tentu saja Indonesia. Ratusan dokter, yakni dokter umum, spesialis andrologi,
kandungan atau ginekologi, urologi, ahli hormonal, endokrinologi, kesehatan jiwa
dan jantung maupun psikolog, hadir dalam kesempatan ini.
Selanjutnya Prof. Yassin yang berdarah Siria ini menambahkan, penelitian atas
kepuasan partner dan kualitas hidup merupakan penelitian prospektif yang cukup
unik karena mengeksplorasi perkembangan fungsi ereksi dan berkembangnya
kualitas hidup seksual pada pasien pria dan pasangannya. Penelitian juga
menunjukkan bahwa Levitra secara berarti memperbaiki DE dan fungsi seksual pada
pria DE.
Secara klinis, perubahan penting teramati dalam kualitas hidup seksual pria DE
dengan pasangannya dan kepuasan atas penanganan yang dijalani bersama. Dalam
penelitian juga terungkap bahwa kualitas hidup seksual pria DE dengan pasangannya
membaik cukup berarti dibanding saat DE mulai dirasakan.
Selain pemaparan dari Prof. Yassin, ada puluhan tema lain yang disajikan dalam
kongres ini. Yang paling menarik adalah paparan mengenai pentingnya testosteron
pada pria di atas usia 50 tahun untuk berbagai keluhan, semisal hilangnya hasrat
seksual, mengecilnya otot, meningkatnya lemak tubuh, depresi, anemia, dan
pengeroposan tulang.Testosteron yang pada usia ini tidak lagi diproduksi dalam jumlah memadai dapat
diberikan dengan cara injeksi yang dilakukan secara bertahap setiap tiga bulan.
Hasilnya, kualitas hidup akan kembali seperti semula, meski tidak sebaik saat masih
muda.
Sumber: Senior
Tue Aug 01, 2023 9:56 pm by wisatasemarang
» Portable STATA 18 Crack Full Version
Thu May 11, 2023 5:24 pm by wisatasemarang
» NVivo 12 Crack Full version
Mon Jan 30, 2023 11:16 am by wisatasemarang
» Tutorial Difference In difference (DID (Diff-in-Diff) With Eviews 13
Thu Nov 03, 2022 6:24 am by wisatasemarang
» Online Workshop Smart PLS Minggu, 01 Oktober 2022
Sat Sep 17, 2022 11:35 am by wisatasemarang
» kumpulan ebook tentang robot
Fri Jan 02, 2015 10:04 pm by kyuru
» MANTRA PELET
Wed May 16, 2012 3:31 am by orlandojack
» book love of spell
Sat Mar 24, 2012 8:08 pm by rifqi as
» attraction Formula
Sat Mar 24, 2012 7:09 pm by rifqi as